Chapter II

12 3 0
                                    

*WARNING : Self Injury, if you don't like this kind of story, better leave this for your own safety.


Kazuya

"Kazu-chan, apa belakangan ini kau sedang stres?" Omi si make up artist menepuk-nepuk pelan wajah Kazuya dengan bedak tabur sambil mengerutkan kening.

"Eh?" Kazuya yang sedang membaca naskah yang kemarin diberikan oleh Nomura memandang ke cermin menatap Omi.

"Ini," Omi menunjuk bawah bibir Kazuya, "jerawatmu muncul. Biasanya saat kau sedang stress jerawatmu akan muncul."

"Ah, maaf."

"Jangan terlalu stres, jangan makan makanan yang berminyak."

Kazuya mengangguk pelan dan kembali membaca naskah. Sebenarnya, ia tidak tidur dari semalam. Ia harus mempelajari naskah dan menghapalnya untuk audisi beberapa hari lagi. terlebih, saat ia bertemu dengan seniornya yang tahu jika ia ingin mengikuti audisi, seniornya itu tampak kaget dan mengatakan hal yang agak membuatnya jadi khawatir. Dan tentu itu menjadikannya banyak pikiran. Bukan saja tentang audisi, namun cara audisi itu sendiri. Kini jika mengingatnya kembali, kepalanya seakan mau pecah saja.

"Dari novel Akemi Sensei? Wah, kau harus berhati-hati." kata si Senior beberapa hari yang lalu.

"A-apa ada hal khusus yang harus diperhatikan?" Kazuya bertanya takut-takut.

"Aku memang belum pernah main di film yang dibuat dari novel Akemi Sensei, tapi ku dengar dia menjadi juri final ketika audisi. Terkadang kau harus melakukan hal-hal yang... kau tahulah."

Si Senior lalu menepuk pundak Kazuya sembari tersenyum dan pergi.

Kazuya tahu kalau di dunia entertain banyak hal-hal tabu yang harus dilakukan jika ia ingin terkenal dengan cepat dan mendapatkan peran yang bagus. Ia tahu beberapa orang yang melakukan hal itu, dari yang menjadi simpanan, teman tidur sampai... ah sudahlah. Tiba-tiba saja ia jadi takut sampai terus memikirkannya dan tidak bisa tidur semalam. Kira-kira apa yang harus ia lakukan nanti? Apakah ia akan lolos audisi? Telapak tangannya basah dan dingin, digenggamnya naskah dengan erat.

"Omi-san, apa kau tahu gosip-gosip tentang Akemi Sensei?"

Omi melepas jepit di rambut Kazuya dan meletakannya ke kotak.

"Hmm... yang ku tahu Akemi Sensei dikenal sebagai putri literatur karena kecantikannya, berbeda jauh dari apa yang ditulisnya. Tapi, aku belum pernah melihatnya secara langsung. Namun aku pernah mendengar kalau dia selalu bertemu empat mata dengan para kandidat yang akan menjadi pemain adaptasi tulisannya. Entah apa yang mereka bicarakan, tidak ada satu pun yang pernah bercerita tentang hal itu. Dan, kebanyakan dari mereka jatuh cinta pada Akemi Sensei, tapi tidak ada yang pernah benar-benar dekat dengannya. Bisa dibilang, dia misterius mungkin karena seorang penulis. Apa kau sudah baca buku pertamanya yang memenangkan Nozoki Prize?"

"Belum."

"Ah, kau payah."

"Apa bukunya sebagus itu?"

"Yang jelas aku tak percaya jika seorang perempuan berusia dua puluh empat tahun bisa menulis cerita seperti itu. Ketika membacanya, rasanya seperti masuk ke lumpur dan sulit untuk naik ke permukaan, menyesakkan."

Omi selesai merapikan rambut Kazuya dan menepuk kedua pundaknya, "selesai, semangat untuk tapping dan audisimu!"

Kazuya meninggalkan ruang tunggu setelah mengucapkan terima kasih. Kali ini ia ada tapping untuk acara reality show yang membahas tentang makanan serta gaya hidup. Ia sengaja tidak makan sebelum datang ke sini karena ia tahu jika ia akan disuguhkan berbagai makanan dari seluruh dunia. Sebenarnya ia memiliki lactose intolerant ia tidak bisa mengkonsumsi apa pun dengan olahan susu. Tapi, demi pekerjaan apa pun makanannya akan ia coba.

A River of WordsWhere stories live. Discover now