17. Berbeda

7 0 0
                                    

Semakin hari kesibukan Azka semakin bertambah. Turnamen futsal besar-besaran akan segera dimulai. Mau tidak mau, panitia OSIS yang dipimpin oleh Azka harus bekerja ekstra keras.

Hubungannya dengan Zoya kian memburuk. Azka yang sudah jarang membalas pesan Zoya mengakibatkan hubungan mereka kian merenggang. Mereka sibuk satu sama lain, karna Zoya pun juga sedang mempersiapkan acara di sekolahnya.

Bedanya, Zoya selalu menyempatkan waktu untuk membalas pesan Azka.

Namun tidak dengan Azka.

Azka menghela nafas kasar, tubuhnya letih karna seharian harus mengurus persiapan futsal. Ia tahu hubungannya dengan Zoya akan semakin renggang, namun ia rasa ia tidak harus pusing memikirkannya.

Karna Azka tidak pernah serius dengan wanita manapun.

Azka fikir Zoya akan lelah dan menjauh darinya karna pesannya yang selalu ia balas sangat lama. Bukan karna sebab, Azka melakukan itu karna ia memang jarang membuka handphone nya.

Bukan maksud Azka membiarkan Zoya menunggu. Hanya saja ia tidak mau berjuang terlalu keras akan sesuatu. Biarkan semuanya mengalir, jika suatu saat pesannya tidak dibalas oleh Zoya, berarti itu yang sudah digariskan oleh Tuhan.

Azka duduk ditepi lapangan futsal, beristirahat sebentar dengan meneguk air mineral yang barusan ia beli.

Handphone di kantong celana kanannya berbunyi, menandakan ada pesan baru yang masuk.

Zoya: azkaa

Zoya: lo sibuk ya?

Zoya: balesnya nnti aja gapapa

Zoya: semangat pak ketos! semoga acaranya lancar yaa heheheh

Mata Azka mendelik, bagaimana bisa ia lupa membalas pesan Zoya sejak kemarin sore, hingga gadis itu mengirim pesan kembali padanya untuk memberikan semangat.

Buru-buru ia ketik balasan untuk Zoya selagi ia istirahat.

Azka: Zoy sorry gue lupa bales chat lo dr kmrn

Azka: iyaa

Hanya itu balasan Azka. Ia terlalu letih untuk berbasa basi.

***

Kedua bahu Zoya menurun saat membaca pesan Azka. Sudah satu minggu Azka menjadi sosok yang tidak Zoya kenal. Dingin, lama membalas pesan, tidak peduli padanya, dan hilangnya seluruh sifat hangat dari Azka.

Pandangan Zoya semakin kabur, ditengah ia mempin rapat OSIS tak sengaja ia membuka handphone nya. Ia pikir balasan Azka akan membuat mood nya membaik. Namun ia salah, justru tangisan yang akan ia dapat.

Zoya harus tetap profesional sebagai pemimpin. Masalah pribadinya tidak boleh ia campuri dengan masalah organisasi. Seperti robot yang bertemu remotnya, kini Zoya sedang pada mode ‘pura-pura untuk baik-baik saja’ dan lanjut memimpin rapat dari awal hingga akhir.

Selesai rapat di Sekolah, seharusnya Zoya harus langsung menuju base camp organisasi nya yang ada di luar sekolah untuk sekedar berkumpul, tapi Zoya memilih untuk berdiam diri di ruang OSIS sembari menenangkan diri.

Zoya menutup matanya perlahan, mencoba mengingat kembali rentetan kejadian yang sudah ia alami akhir-akhir ini dan mencoba meresapi setiap momen yang ada agar ia tidak salah mengambil langkah.

SkylightWhere stories live. Discover now