00

7.7K 475 28
                                    

Tangis haru yang sebelumnya mendominasi salah satu kamar rawat di rumah sakit itu, kini digantikan oleh tangis pilu begitu mengetahui bahwa sosok kecil yang ditunggu-tunggu keluarga besarnya selama lima tahun ini, terancam keselamatannya.

Isak tangis wanita yang baru saja menerima gelar seorang ibu, membuktikan betapa hancur perasaannya saat ini. Tubuhnya bertumpu sepenuhnya pada sang suami yang juga ikut hancur. Di depan mereka berdua, tampak tiga orang yang ikut andil dalam penyelidikan kasus penculikan sang anak.

"kami akan segera mencari keberadaan putra Anda tuan."

"Lakukan!" Si pria mendekap istrinya dengan erat, ia merasa bersalah. Jika saja waktu itu ia meluangkan waktunya untuk menjaga si kecil di ruangan bayi saat sang istri masih harus beristirahat. Dan jika saja ia menolak panggilan sang ayah untuk menghadiri meeting mendadak, mungkin bayinya masih bersama keluarga Gavriel. Tapi kata 'jika' itu sekarang, tidak lagi berarti apa-apa.

Sedangkan di sisi sofa ruang rawat, seorang pria yang sudah berumur ikut menangis dalam diam. Seseorang yang dikenal sebagai pengusaha sukses di tanah air, memiliki wibawa tinggi, kini jatuh bersama dengan kabar buruk yang ia dapatkan beberapa menit yang lalu.

"Kakek."

Tuan besar Gavriel tersentak, ia melupakan sosok lain yang duduk di sampingnya dengan mata nan polos tanda tak mengerti kejadian yang dialami oleh keluarga (angkat) nya.

"Kenapa mama nangis?"

Tuan besar Gavriel tersenyum, di bawanya tubuh anak berusia 5 tahun itu ke dalam gendongannya. "Al sayang adik bayi tidak?"

Tanpa ragu anak itu mengangguk semangat. "Al sayang adik bayi, tapi adik bayi Al di mana?"

"Al harus berdo'a agar tuhan berbaik hati pada adik bayi ya," ucap Tuan besar Gavriel.

"Al sayang adik," ujarnya dengan nada sedih. "Adik Al dimana?" Tanya nya sekali lagi.

Tuan besar Gavriel tersenyum. Diusapnya kepala si kecil dengan sayang. "Nanti Al ketemu sama adik bayi. Sekarang Al sama Mama dulu, itu mamanya nangis dari tadi. Al tidak mau peluk?"

Alfian memasang wajah berpikir membuat Tuan besar Gavriel terkekeh gemas.

"Al mau peluk Mama," pekiknya girang.

"Bilang sama mama, kalau masih ada kak Al dan bang Abi yang bakal jaga mama," ujar tuan besar Gavriel, ia menurunkan tubuh gembul Alfian membuat si kecil berlari pelan menuju brankar.

"Mama!" panggilnya nyaring, kaki-kaki mungil itu terus berlari menuju wanita yang sudah ia panggil dengan sebutan 'mama' selama 2 tahun terakhir.

Hap!

Si papa muda berhasil membawa tubuh gembulnya ke dalam gendongan.

"Mama!"

Wanita itu merentangkan tangan dan di sambut semangat oleh salah satu putranya. "Ma, jangan nangis. 'Kan masih ada kak Al sama bang Abi. Mama harus senyuuuuumm~"

Where is My Family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang