Percakapan Rahasia

45 8 12
                                    

Penduduk Twinesia menandai pergantian bulan dengan nama bebatuan. Dimulai dari Garnet, Amethyst, Aquamarine, Kristal, Emerald, Alexandrite, Ruby, Peridot, Sapphire, Opal, Topaz dan Zircon. Kedua belas batu mulia itu menjadi sangat penting di Twinesia.

Sedangkan pergantian musim terjadi setiap tiga bulan. Musim api adalah waktu saat udara terasa sangat panas dan dedaunan di pohon tampak mengering. Setelahnya berganti menjadi musim angin ketika langit berwarna oren dan daun-daun berguguran. Setelah musim angin berlalu, musim salju datang menggantikan. Hari-hari ketika salju menutupi hampir semua permukaan tanah serta bangunan dan pepohonan yang ada. Sejauh mata memandang, yang terlihat warna putih. Tiga bulan berlalu, musim salju pamit digantikan musim hujan. Di musim ini, penduduk akan lebih suka berada di dalam rumah.

👑👑👑

Sada menutup buku yang sejak beberapa waktu lalu ia tekuni. Matanya lelah. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan menengadah menatap atap pondok. Matanya terpejam beberapa saat.

"Hah, hari ini sangat melelahkan," ucapnya disela dengusan.

Masih dengan mata terpejam jari telunjuknya mengetuk tepian meja beberapa kali. Suara tuk tuk diselingi denting kecil sampai di pendengarannya.

Sada membuka mata dan melihat liontin dari kanabi yang menimbulkan bunyi. Diraihnya kalung berliontin biru itu. Semula biasa saja. Namun beberapa saat setelah berada di telapak tangan Sada, warna biru berpendar lalu redup beberapa saat kemudian.

Sadar akan sesuatu, Sada mengerjapkan mata beberapa kali. Ia pikir pandangannya yang terganggu karena lelah. Namun setelah diamati lagi, pandangannya tidak salah. Kanabi memang perpendar dan akan meredup beberapa saat kemudian.

Tanpa sadar, Sada telah memakai kalung tersebut. Ia mengamati liontin yang menjuntai. Sangat indah terpasang di lehernya. Terasa cocok dan pas. Sada berniat membawanya tidur. Beralaskan lengan kanan, ia memejamkan mata dengan lengan kiri menindih buku.

Baru saja ia memejamkan mata, Sada merasa dirinya melayang. Tubuhnya sangat ringan. Ia berputar di bawah atap pondok sebelum melesat jauh ke langit malam. Ia menembus atap pondok tanpa terluka. Melesat jauh menembus gulita tanpa cahaya. Jauh hingga kakinya berpijak pada karpet tebal yang entah di mana tepatnya.

👑👑👑

Perpustakaan tertutup rapat pagi ini. Tidak ada satu pengawal pun di sekitar pintu. Lorong juga tampak lengang.

Sang Raja, Putra Mahkota dan Guru Kerajaan sudah berada di dalam sana sejak matahari terbit. Hingga bayangan berada di barat dan lebih tinggi dari manusia itu sendiri, daun pintu perpustakaan belum juga bercelah.

"Aku hanya ingin kau menjaga rahasia ini," pinta Raja dengan tatapan memohon.

Putra Mahkota yang tak dapat menolak akhirnya mengangguk meski berat. "Baiklah akan kujaga amanat ayah," katanya lirih.

"Aku dan kakek-kakekmu sudah berusaha dengan baik. Kami, berdua dengan Guru Kerajaan selalu berhasil menjalankan tugas dengan baik." Raja bangkit dan mendekati jendela tanpa menyentuhnya.

"Baik ayah, akan kuusahakan rakyat tidak pernah tahu tentang ini semua," kata Putra Mahkota penuh keyakinan.

"Ibumu sudah lama tiada. Jika nantinya aku menyusul, kutitipkan rakyat padamu." Raja menepuk bahu putranya dari belakang kursi. Ia kemudian memutar ke kursinya untuk kembali duduk. "Jaga juga Shaga untukku."

TWINESIAWhere stories live. Discover now