Part 1

366 54 11
                                    

Rumah besar bercat putih dengan penjagaan ketat terlihat tenang. Tak ada suara gangguan apa pun selain air mancur buatan yang berada di pelataran taman. Penjaga berseragam hitam menjaga berbagai sisi. Setiap menitnya, mereka akan memindai ke berbagai sudut taman untuk memastikan keamanan si tuan rumah.

Siang ataupun malam penjagaan tak dilonggrakan sedikitpun. Bahkan malam ini, penjagaan semakin ketat karena kedatangan tamu penting di rumah sang jenderal. Beberapa penjaga bergilir berkeliling rumah dan halaman, memeriksa setiap detail pojok maupun tanaman rimbun. Bahkan ketika pelayan di rumah kediaman jenderal negara akan menyuguhkan makanan, mereka harus melalui pemeriksaan para penjaga.

Seperti saat ini. Tiga orang pelayan berseragam putih dan biru tengah diperiksa oleh dua orang penjaga. Ketiganya digeledah ketat dan diharuskan membuka tiap-tiap makanan yang dibawa. Semua ini berkaitan dengan kekhawatiran sang jenderal yang menginginkan tak ada celah apa pun yang dapat mencelakainya.

Setelah lolos dari geledahan, ketiga pelayan itu diizinkan masuk dan menyuguhkan hidangan di meja makan. Hanya ada dua orang pada meja makan tersebut yang duduk di masing-masing ujung meja. Keduanya adalah Jenderal Besar Negara dan Menteri Pertahanan.

“Kau bisa melakukan apa yang kaurencanakan, tetapi harus kauingat, penjagaan presiden saat ini diperketat karena ancaman pembunuhan lalu.” Sang jenderal menghentikan ucapannya ketika tiga pelayan telah sampai dan menyuguhkan beberapa hidangan.

Dua pelayan membuka tutup makanan lalu menyajikan satu per satu. Sedangkan satu pelayan lain mendorong troli berisi teko dan cangkir. Dia berhenti di dekat jenderal menaruh sebuah cangkir lalu menuangkan teh ke dalamnya. Saat ia akan menaruh teko tersebut ke troli, tangannya dengan sigap mengelus pinggiran meja dan menempelkan alat perekam yang sangat kecil dan pipih.

Selesai menempelkan dia kembali menaruh teko pada trolli dan bergerak menuju Menteri Pertahanan. Namun, gerakannya berhenti ketika sang menteri mengangkat tangannya menyuruhnya berhenti.

“Kau … berhenti. Aku tak menyukai teh. Jadi tak usah mendekat kemari.”

“Tapi ….” Pelayan itu terlihat kebingungan, lalu menoleh pada sang jenderal. Sang jenderal mengangguk.

“Kau membawa wine dari gudang penyimpanan?” tanya sang jenderal. Pelayan itu mengangguk.

“Beri dia satu gelas, dia akan berterima kasih akan hal itu.”

“Baik, Tuan.” Pelayan tersebut mengangguk kemudian membuka tirai yang menutupi bagian dalam troli dan mengambil sebotol wine Syrah andalan tuannya.

Menteri Pertahanan adalah orang yang sangat sulit didekati. Dalam arti, bahwa orang ini tak ingin bersama-sama orang asing, karena itu si pelayan tersebut bergegas membuka tutup botol wine dan menuangkan pada gelas sang menteri.

Melihatnya diam dan mengamati wine itu dituangkan si pelayan merasa lebih percaya diri.

“Caramu menuangkan wine ….” Menteri Pertahanan bernama Nazir itu mengangkat pandangannya dan mengamati si pelayan.

“Ya Tuan,” sahut si pelayan sambil menunduk.

Sang menteri terkekeh sambil menggeleng lalu menoleh pada sang jenderal. “Pelayanmu benar-benar terampil. Apa kau melatihnya dengan ketat?”

“Aku selalu menginginkan yang terbaik.”

Keduanya terkekeh-kekeh lalu mengangkat gelas masing-masing untuk bersulang. Pada kesempatan itulah, si pelayan dengan cekatan menempelkan kembali alat perekam kecil di bawah meja sang menteri.

Setelah hidangan tersaji sempurna, ketiga pelayan tersebut segera mengundurkan diri keluar ruangan. si pelayan pembawa troli berjejer di barisan belakang dengan sigap tangannya mengelus kancing kemeja atas, lalu berbisik, “Tiger, tikus telah mengambil roti.”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 09, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Lost SoulWhere stories live. Discover now