aku...

188 26 2
                                    

Rayana hanya bisa tersenyum sambil mengangguk. Lalu nenek meninggalkan Rayana yang sebenarnya sedih karena masih tidak bisa dekat dan memeluk Rain sebagai anak kandungnya.

Sampai mereka di ruang rawat tempat Rain dan Aidan di pindahkan dengan ruangan yang bersampingan. Rain di ruang 12 dan Aidan di ruang 13. Keluarga Zonan masuk ke ruangan rawat Rain untuk melihat ke adaan Rain setelah di tangani dokter di Ruang UGD, begitu juga dengan Keluarga Aidan yang melihat keadaan Aidan, tapi ingin sekali Rayana melihat keadaan Rain anak kandungnya juga, lalu dia teringat pesan dari nenek Rain untuk merahasiakan semua ini dari Rain.

Di ruang rawat Aidan.
Rayana masuk dengan raut wajah yang sedih. Virhan yang melihat istrinya yang masuk dengan Raut wajah yang sedih.

"Kenapa kamu sedih?. Bukankah Aidan sudah melewati kritis?". Tanya Virhan.

"Nenek tadi berkata kalau aku harus merahasiakan kepada Rain kalau dia adalah anak kandung kita. Padahal aku ingin sekali melihat Rain". Kata Rayana.

Virhan tau maksud dari nenek bukan untuk menyakiti kami tapi untuk menjaga perasaan Rain.

"Kamu bersabar ya... Kita merahasiakannya tidak untuk selamanya. Kita tunggu Rain sampai sembuh atau setidaknya kondisinya siap untuk menerima kebenaran. Kita juga tidak tau apakah Rain akan menerima kita dengan senang hati jika dia tau kalau kita dulu sudah menitipkan dan melupakan dia di panti asuhan". Kata Virhan mencoba membuat istrinya mengerti dan tidak sedih lagi.

Rayana tidak memikirkan perasaan Rain jika tau kalau dia dan suaminya pernah menitipkan dan melupakannya di panti asuhan. Rayana jadi takut kalau Rain tidak akan bisa menerima kebenarannya.

Akhirnya mereka berdua duduk di samping Aidan dan menunggu Aidan siuman.

Sementara di ruang rawat Rain.
Nenek, kakek, Rizal dan Elina sedang mendiskusikan soal Rain dan kebenaran bahwa Rain adalah anak dari Virhan dan Rayana.

"Ibu sudah bilang ke Rayana untuk tidak memberi tau Rain tentang kebenaran ini". Kata nenek.

"Kenapa ibu bilang begitu ke Rayana?. Rain harus tau siapa orang tua yang sebenarnya". Kata Rizal tidak setuju dengan apa yang dilakukan ibunya.

"Lalu kalau ibu biarkan Rain tau apa Rain bisa menerimanya?. Dia akan sedih kalau tau orang tua kandungnya sama dengan orang tua angkatnya yang tidak perduli dengan dia". Kata nenek marah.

"Memang dari awal kamu tidak pernah memikirkan perasaannya jadi kamu bisa berkata seperti itu tanpa memikirkan perasaan Rain". Kata Kakek.

Zain yang masih khawatir dengan kakaknya yang tidak kunjungan sadar kesal mendengar percakapan keluarganya yang malah bertengkar dan mengabaikan kakaknya yang terbaring tidak sadarkan diri.

"Kakak belum sadar sampai sekarang dan kalian malah berdebat!!!. Kalian itu sama saja tidak ada yang perduli dengan ke adaan kakak sekarang". Kata Zain marah karena tidak ada yang khawatir dengan kakaknya yang terbaring tidak sadarkan diri.

Mereka akhirnya berhenti berdebat dan mendekat ke arah Zain dan Rain. Mereka merasa bersalah dengan sikap mereka yang seharusnya lebih mementingkan Rain yang belum sadarkan diri.

"Kenapa kakak belum sadar sampai sekarang?. Panggil dokter mah pah panggil dokter nenek kakek. Aku takut kakak kenapa kenapa". Kata Zain yang khawatir kakaknya tidak kunjung sadar.

"Sabar Zain. Rain habis melewati masa kritisnya, wajar dia belum sadar". Kata Elina.

Mereka kembali menunggu Rain dengan suasana yang hening di dalam ruangan rawat, sampai akhirnya Zain melihat jari tangan kakaknya bergerak menandakan dia akan sadar sebentar lagi.

ONLY HOPE  (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang