3. Siaran padat

618 65 3
                                    

"Lo mau ke kantin kan, Ram?"Tanya Haikal tepat setelah jam istirahat pertama berbunyi, "Gua nitip bakso dong. Sama es jeruk."

Rama mendelik sinis, "Males. Lo kaga ngantin emang?"

"Gua harus ke sekre, ada yang diurus buat lomba minggu depan,"Jelas Haikal. Matanya seolah memohon agar Rama menuruti permintaannya.

"Gua mau beli rice box. Pasti ngantri, ga keburu kalo harus ke stand bakso,"Kata Rama sambil membayangkan sumpeknya kantin di jam istirahat.

"Tumben beli nasi?"

Rama tersenyum kecut, "Biasa lah, nggak sempet sarapan dirumah."

Haikal memberikan semua atensinya kepada Rama. Ia mengangguk paham.

Haikal gatel banget sebenernya. Rama sama sekali ga pernah dateng telat.

Dia selalu duduk rapih di mejanya sebelum jam setengah 7.

Penyebabnya cuma satu.

Rama harus berangkat pagi karna ia harus mengikuti jadwal kakak laki-lakinya yang setiap hari mengantarnya ke sekolah.

"Udah ngomong ke nyokap belum lu minta motor?"Tanya Haikal.

Berbeda dengan Rama, Haikal sudah dibelikan motor sejak kelas 3 SMP karna tidak ada yang mengantarnya ke sekolah.

Tempat Ayahnya bekerja sangat jauh dari sekolah Haikal, tidak mungkin Ayahnya putar balik sejauh itu karna memakan banyak waktu.

Sementara sang kakak tidak berkuliah di Jakarta. Risa melanjutkan studinya di Malang. Jadilah Haikal mirip-mirip seperti anak sulung dirumah.

"Udah. Nyokap gua malah nuduh yang enggak-enggak. Katanya gua minta motor biar bisa cabut main,"Cerita Rama.

Haikal hanya bergumam. Tidak tau ingin merespon apa karna sekeren apapun ia memberi saran pada Rama, akan tetap kalah dengan perintah orang tuanya.

Rama tidak pernah berani melawan.

"Gua nitip nasi juga dah kalo gitu,"Final Haikal lalu memberi selembar uang sepuluh ribu dan selembar uang lima ribu, "Anter ke ruang radio yak. Gua cabut jam ketiga langsung siaran."

Rama mengangguk. Dalam hati ia ingin sekali seperti sahabatnya.

Dibolehkan dispen untuk mengurus ekskul dan menjauhi jam pelajaran sebentar.

Rama apa daya. Minta dibelikan motor saja sudah dituduh berniat bolos.

"Permisi, ada Kak Rama?"Suara seorang gadis dari arah pintu.

"Ram dicariin tuh,"Celetuk seseorang, nadanya terdengar tengil.

Rama menghampiri gadis itu, "Iya, ada apa ya?"

"Maaf ganggu Kak Rama. Kakak dicariin Kak Ezra di sekre osis sekarang, ada yang harus diomongin katanya,"Jelas si gadis.

"Kenapa lagi si Ezra manggil gua lewat orang, padahal kelasnya sebelahan,"Ucap Rama kesal ke sembarang arah, lalu kembali memasang senyumannya menghadap si adik kelas,"Iya nanti gua kesana. Makasih ya."

Rama berjalan menuju koridor yang memisahkan basis IPA dan IPS, koridor tersebut dipenuhi ruang khusus ekstrakulikuler.

"Nah ini dia bintangnya dateng,"Ujar seseorang saat pintu sekretariat dibuka menampilkan sosok Rama.

"Kenapa?"

"Ram, ketuplak pensi ya?"Tanya Ezra. Salah, tepatnya meminta bukan bertanya.

"Gua?"Tanya Rama, menunjuk dirinya sendiri.

Perspektif; Haikal & RamaWhere stories live. Discover now