Terkenang Dalam Hati

79 13 33
                                    

Requested by: fridaycheese
Doyoung as Dirgantara🌹

2.195 words

NAMANYA Dirgantara—Dirga for short—di saat matahari menuju kembali ke arah Barat, ia sedang dalam perjalanan menuju sebuah gedung di daerah Surabaya. Sebuah tempat yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari komplek perumahannya. Di dalam mobil, ia menyalakan radio secara asal. Tangan kanannya sibuk memegang tuas kendali sedangkan tangan kirinya sibuk menekan-nekan tombol next di radio. Dirga berusaha mencari apa saja yang menurutnya cocok untuk didengar saat ini. Tapi lama-kelamaan, ia mulai merasa gusar, suara-suara dari radio itu tidak menghilangkan rasa sendu di hatinya. Ah, bahkan Dirga sendiri tidak mengerti apa yang saat ini ia rasakan. Aneh sekali.

Ia berkendara sendirian di dalam mobil dengan perasaan tidak karuan. Hingga dua puluh menit kemudian Dirga telah sampai di tempat tujuan. Ia segera melepas seat belt dan keluar dari mobil. Setelah menutup pintu, Dirga berdiri memperhatikan gedung ini dari jarak pandang beberapa meter. Di depan gedung itu terlihat banyak sekali bunga mawar merah, merah muda, dan putih yang menghiasi pintu utama. Beberapa tamu datang berdua, sendiri, beramai-ramai, dan mengantre untuk menulis nama di guest book.

Pandangan Dirga beralih, ia memeriksa setangkai bunga mawar merah di saku jas hitamnya. Memperhatikannya sebentar, memejamkan mata, dan mengembuskan napas kasar, Dirga merasa kacau saat ini, perasaanya sakit. Tapi ia menolak perasaan itu, karena di hari seperti ini harusnya dia bahagia. Walau sebenarnya, ketika ia menolak untuk merasa sakit, hal itu membuat hatinya terasa semakin perih. Seperti ia melukai diri sendiri lalu ditambah lagi melukai luka itu di atas luka. Terdengar berlebihan. Tapi itu yang Dirga rasakan.

Setelah menulis nama di guest book, Dirga berjalan masuk ke dalam gedung. Mengikuti karpet merah panjang yang mengarah lurus ke depan. Ia melewati tiang-tiang berhiaskan bunga-bunga mawar. Di bagian samping kanan kiri, Dirga menemukan beberapa bingkai foto yang mengabadikan dua manusia berwajah bahagia.

Dirga datang ke acara ini setelah beberapa jam acara inti dimulai. Sehingga sekarang di dalam gedung ini tamu-tamunya sudah mulai berhamburan. Berlalu lalang mengambil makanan dan memilih tempat duduk. Udara ruangan ini seakan-akan penuh oleh banyaknya perbincangan dari banyaknya manusia di dalam.

"Dirga?"

Mendapati namanya dipanggil oleh seseorang, Dirga menoleh ke samping.

"Wih, apa kabar, Bro?" Di saat Dirga baru saja tersenyum, Hary sudah menepuk bahunya sedikit keras. Salah satu tanda bahwa mereka adalah sohib dekat sejak SMA.

Dirga hanya terkekeh pelan. "Gue nggak lebih dari baik. Lo gimana, nih?"

Hary mengangkat kedua bahunya. "Ya... nggak beda jauh lah ya sama lo." Kemudian Hary mengikuti arah pandang Dirga yang melihat seorang gadis di sebelahnya dengan bingung. "Oh iya, kenalin ini Kina."

Mereka pun berjabat tangan sekilas.

"Dirga."

"Kina."

"Dia...?" tanya Dirga bingung pada Hary yang hanya dibalas dengan sebuah senyuman penuh arti. Dirga pun ikut tersenyum mengerti maksud Hary dan Kina. "Nanti jangan lupa undang gue, ya?"

"Walaupun di Jakarta?"

"Ntar lo jemput gue pake supir-supir pribadi itu." Ketiganya pun tertawa bersama setelah Dirga berkata demikian.

"Lo udah makan?" tanya Hary dengan suara beratnya yang khas. Ia memang mempunyai suara keras seakan lawan bicaranya berada di jarak sepuluh meter darinya.

Garis TintaWhere stories live. Discover now