(44) Breakup

71 49 97
                                    

Happy reading 💓
Voment Yamoon Yeorobun

••••

"Papa atau mama. Menetap atau ikut pergi. Gua muak mendengarnya."

- Fabricia Yemima

••••

Di malam yang nan dingin ini, sepasang kekasih saling berhadapan. Memancarkan sorot mata yang tidak bisa ditebak. Hanya terdapat aura canggung di antara kedua insan tersebut.

Tidak ada komunikasi, tidak ada perasaan. Mereka terhanyut pada pandangan masing-masing.

"Aku mau ngomong."

Sahutan itu sontak terucap dari mulut Dipta dan Leta secara bersamaan. Dipta menarik napasnya dalam-dalam, lalu membiarkan Leta berbicara terlebih dahulu. "Kamu duluan," lirih Dipta menghargai Leta.

"Ayo kita putus."

Kata-kata keramat itu jelas mengejutkan Dipta. Tubuhnya mematung mengalahkan es batu di kutub Utara. Tidak menyangka hal tersebut keluar begitu saja dari mulut Leta. "Putus?" beo Dipta dengan mata masih membelalak.

"Iya, kita putus."

Dipta menelan saliva nya susah. Masih tidak menyangka bahwa Leta memilih keputusan seperti itu. Padahal sesungguhnya tujuan Dipta bertemu dengan gadis itu tidak dengan harapan ini.

Dipta hendak mengajak Leta untuk memberitahu ke seluruh dunia bahwa mereka saling memiliki. Termasuk ke orang tua masing-masing. Namun, di saat ini keputusan mereka sangatlah berbeda. Sungguh bertolak belakang.

Jelas hal itu membuat Dipta sangat terkejut dengan keputusan yang Leta pilih.

"Kenapa harus putus?"

"Terlalu menyakitkan buat melanjuti kembali."

"Aku nggak mau."

Leta mengatupkan kedua matanya. Sudah menduga bilamana Dipta tidak akan menerima keputusan yang dimilikinya. "Dipta, please jangan memaksa," lontar Leta pasrah.

Leta tidak memiliki keputusan lain. Kali ini tidak ada kesempatan untuk Leta. Tidak boleh ada resiko di depan sana.

"Kita nggak bisa terusin hubungan yang kayak gini."

"Kita nggak sejalan dan aku nggak mau menerima resiko lagi."

Dipta memegang tangan Leta. Menenangkan gadis itu terlebih dahulu. Dipta sama sekali tidak ingin kehilangan Leta. Bagaimana dengan masa depan yang akan datang? Tanpa Leta, sungguh Dipta tidak bisa membayangkan hal tersebut.

"Jika nggak sejalan, kita bisa satukan jalan nya. Itu tujuan aku nemuin kamu hari ini."

"Kita kasih tau kepada semua orang bahwa kita saling memiliki. Ke mama aku, ke ayah kamu, ke orang lain, okay?"

Di tempatnya berdiri, sekuat tenaga Leta berusaha agar tidak menitikkan air matanya. Ini adalah harapan yang Leta inginkan. Hanya saja Leta tidak bisa bertahan lagi. Ucapan ibunya benar bilamana saat ini bukanlah waktu yang tepat.

She's a Fangirl || Proses PenerbitanWhere stories live. Discover now