(2) Promise

832 549 637
                                    

Happy reading 💞
Voment Yamoon Yeorobun

•••

"You should be your light."

- Promise - PJM

••••

Sesuai dengan kesepakatan yang dibuat Rici dan Leta di awal pagi. Sehabis pulang sekolah mereka langsung meluncur menuju cafe. Mereka tidak sabar mendengar alunan lagu yang dibawakan Miley. Cukup lama Miley mengasingkan diri dari kemampuannya. 

Kian hari ini sudah sepantasnya Miley membuktikan sejauh mana kemampuan yang dimiliki selama ini.

"Untung kita belom terlambat," gumam Leta dengan bola mata yang mengedar seraya mencari keberadaan seseorang.

Leta sudah membuat janji dengan yang lainnya untuk menonton Miley secara bersama-sama. Teman mereka sedang memulai perjuangannya. Maka mereka diwajibkan hadir sebagai senjata penyemangat yang tidak mudah dihancurkan.

"Ta, itu dia."

Leta mengikuti arah tunjuk Rici yang memberitahukan keberadaan mereka. "Oh iya, itu mereka," gumamnya.

"Ayo, kita gabung di sana!

"Kita nggak boleh jadi orang terakhir yang datang."

Leta menghampiri mereka yang duduk di meja pojok dengan outdoor cafe. Di belakangnya terdapat Rici yang mengekor. Hari ini mereka akan bersenang-senang bersama.

"Wih, makin komplit aja nih," sambut salah satu gadis di antara mereka yang menyadari kedatangan Leta dan Rici.

Rici mengembangkan senyuman manis lalu berjabat tangan dengan mereka. Terasa lama sekali mereka berpisah. Rici sangat merindukan kehangatan mereka yang selalu terpancarkan sebagai obat jenuh.

"Parah sih, gua rindu berat sama kalian," seru Rici. Kedua tangannya direntangkan lebar seraya menerima pelukan mereka secara terbuka.

"Sayang kalian banget," tutur Leta dengan gemas.

Di sini mereka bersikap seperti keluarga sendiri. Itu karena pada dasarnya kebersamaan mereka ialah rumah baru untuk kesedihan yang melanda. Biar Rici perkenalkan mereka satu-persatu.

Di mulai dari gadis berpenampilan anggun yang sering dikenal si dunia misterius. Kehidupannya sangat tertutup. Selama bertahun-tahun mereka hanya bisa mengetahui sebagian kecil dari dunia miliknya.

Leteshia Inez Edrea.

Mereka kerap menyapanya dengan sebutan Inez. Tingkahnya tidak berbeda jauh dengan Leta. Dia ceria dan aktif. Pelukan miliknya paling hangat jika dibandingkan dengan yang lain. Setiap kali dunia mereka kebanjiran, akar terkuat dari banyaknya pohon hanyalah Inez seorang.

"Semesta ini berasa hampa sekali tau kalau tanpa kalian."

"Kayak kurang sesuatu buat jadi pelengkap." Inez mengucapkan kata hati dengan nada dramatis andalannya. Mereka akui bahwa Inez sangat ahli bersilat lidah.

Kata-katanya yang keluar dari mulut Inez selalu terlihat indah dan berkesan. Meskipun mereka tidak tahu itu kejujuran dari hati atau hanya sekadar sandiwaranya saja.

"Makin mahir ya memuji orang. Nanti kita melayang tanpa sayap baru tau rasa," cibir Leta lalu memilih duduk di kursi yang tersisa.

"Gimana jadinya terbang tanpa sayap?"

"Itu kata kiasan, kurang air putih ini anak!"

"Bergaya ngomong pakai kata-kata kiasan. Ngomong tuh langsung ke intinya!" Inez membalas perkataan Leta dengan ketus. Alhasil mereka yang mendapati keributan kedua gadis itu hanya mampu menghela napasnya panjang.

She's a Fangirl || Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang