37 - Jealous Fans (Rani)

238 50 0
                                    

Kau salah paham. Aku tidak punya maksud buat cari perhatian ke dia. Lagi pula sejak tadi aku tidak mau maju ke panggung, hingga semua teman sekelas aku yang memaksa begitu.

~Rani

---R&Я---

RANI POV

Sebelumnya, jam 21.29 WIB, di depan UKS sekolah.

"Habis kecelakaan yang menimpa kami, dia jadi bertingkah aneh. Waktu acara perpisahan SD, dia terlihat membenci teman yang kebetulan bermuka mirip dengannya."

"Jadi maksud lo, Rani dan Rana sudah lama temenan lalu pisah sejak itu?"

"Dia sendiri enggan cerita soal temannya itu. Sepertinya dia kena gangguan ingatan. Jadi gue sendiri nggak tau banyak." Abangku terdiam sejenak. "Tapi sejak Rani mulai cerita kalau dia ketemu lagi sama teman kembarnya itu di hari pertama sekolah disini, gue jadi penasaran. Kenapa dia nggak akur banget sama orang itu?"

Suara dari pemuda lain membalas. "Iya memang. Mereka sulit diajak damai. Tapi sejauh ini yang mulai buat masalah dari si Rana. Adik lo hanya jadi korbannya."

"Gue justru ingin tahu bagaimana mereka bisa ketemu dan jadi teman, sampai sebelum kecelakaan itu." Suara Gibran berhenti sesaat. "Yuno, gue mohon tetap awasi dia dari jauh. Kalau adik gue kenapa-napa, terus kasih tahu gue. Dia mungkin mulai merasa nggak nyaman kalau lo saja yang menolong dia. Jadi kalau bisa minta bantuan teman sekelas dia, Yani, Benji, atau Ros. Mereka teman sekelasnya yang bisa gue percaya."

Kemudian aku hanya mendengar samar-samar keramaian di tempat bazar yang jaraknya sekitar tiga puluh meter dari sini. Sudah selesai ya?

Mataku memberanikan diri menatap dua orang yang baru saja bercakap-cakap. Dan sesaat aku membeku ketika melihat sosok Yuno yang juga balas menatap diriku.

Aish, aku ketahuan mengintip mereka di pohon ini.

"Rani, kenapa sembunyi di situ?" tanya Yuno.

Spontan abangku turut melihat diriku. "Loh, adik sudah datang rupanya."

Aku hendak menghampiri mereka, sebelum akhirnya abang langsung berdiri mendahului aku. "Kalau begitu gue pulang duluan, bareng adik gue."

"Iya, hati-hati." Yuno membalas, masih di tempat.

Akhirnya aku dan abang segera pulang ke rumah karena nenek pasti menanti kami di rumah.

---R&Я---

Malam berikutnya adalah puncak acara hari jadi sekolahku. Banyak orang yang mulai memenuhi halaman utama sekolah yang mana telah berdiri sebuah panggung megah dan penuh cahaya. Tak peduli siapapun mereka, baik warga sekolah maupun warga sekitar sekolah. Bahkan satu keluarga diajak kesini ramai-ramai, tak terkecuali aku. Nenek tidak biasa berada di tempat ramai. Terlebih lagi halaman sekolah itu sudah sangat sesak akan manusia. Jadi aku putuskan mencari tempat duduk di bagian paling belakang, tepat di depan ruang Koperasi sekolah. Meskipun lumayan jauh dari panggung, namun kami masih bisa melihatnya dengan jelas.

Selain nenek dan abang aku, teman-teman sekelas aku—sebagian diantaranya turut mengajak serta anggota keluarganya atau orang dekatnya—juga memutuskan ikut denganku. Tiga dari kami sudah menggelar tikar sebagai alas duduk. Otomatis kami, pasukan siswa X IPA-5 mendirikan markas sementara di tempat ini.

Acara dibuka secara meriah oleh penampilan yang dibawakan oleh grup yang juara lomba musik, tarian tradisional maupun dance. Meski kami sempat terhalang penonton barisan depan yang tampak berdiri, namun itu tidak menjadi perkara serius.

We Are (not) TwinsOnde histórias criam vida. Descubra agora