(74) Keributan

281 43 3
                                    

Byurr

Latika menumpahkan minuman itu tepat di rok Liana membuat semua orang kaget dan langsung menutup mulutnya. Latisha yang melihat kejadian itu langsung menghampiri kembarannya.

"Gue sengaja. Makanya jangan berulah. Kalau lo nyakitin Latisha, lo berhadapan sama gue dan kak Bara. Kalau lo nyakitin gue sama Latika, lo berhadapan sama Pradipta" ucap Latika dengan nada memperingati. Semua orang diam mendengarkan penuturan Latika.

Seluruh siswa tau jika Latika tidak pernah main-main dengan ucapannya. Berbeda dengan Latisha yang lebih lembut dan tau malu.

"Ka, jangan begini" ucap Latisha sembari menarik lengan Latika agar menjauh tapi kaki Latika tidak mau bergerak mengikuti Latisha. Sehingga keduanya berdiri di hadapan Liana seperti ingin melawan gadis itu

"Apa gue juga perlu numpahin es ke kepalanya Sergio biar dia sadar sekalian, siapa yang dia sakiti" ucap Latika dengan nada sarkastik. Hati Sergio seperti bergetar, ini sebuah sindiran yang tepat mengenai sasaran. Ucapan Latika tidak pernah salah. Apalagi gadis itu bermaksud untuk melindungi kembarannya.

"Ka nggak gitu" ucap Latisha dengan mata melotot tajam ke arah kembarannya yang sepertinya ingin menjambak rambut Liana.

"Salah gue dimana ya? Kalau Latisha berantem sama Sergio. Apa itu salah gue? Gue sama Sergio cuma berteman. Bukan lebih. Kalau kalian menilai kita ada apa-apa kalian itu salah" ucap Liana sembari berdiri dari duduknya. Roknya benar-benar basah kali ini.

"Ya nggak usah nempel-nempel dong ibuk. Kayak nggak punya harga diri aja" sindir Latika sembari menyelipkan anak-anak rambut yang pendek di telinganya. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain, tidak ada yang berani membela Liana kali ini. Selain karena Latika adalah anak pemilik yayasan, mereka juga tau jika Liana bersalah saat ini. Mau di bela juga akan tetap salah. Sesuatu yang tabu dilakukan di lingkungan Salvator.

"Bagian mana gue nempel-nempel?" Tanya Liana lalu tersenyum miring. Tidak mau tau dihadapannya ini anak pemilik yayasan, anak menteri atau bahkan anak presiden. Karena yang Liana tidak merasa seperti yang Latika katakan.

"Bagian lo nempel Sergio terus. Ke sana kemari" celetuk salah satu siswa kelas IPA 2 yang memang melihat sendiri setiap detik Sergio pergi, Liana selalu mengikuti. Saat Sergio memintanya menjauh, Liana malah semakin mendekat tanpa rasa bersalah.

"Tuh dengerin. Bukan cuma gue yang ngomong. Seluruh sekolah juga tau bagian mana lo itu nempel" ucap Latika

"Gue sama Sergio cuma berteman" ucap Liana

"Tapi pertemanan lo itu nyakitin Latisha. Berbahagialah tanpa merebut milik orang lain" ucap Latika lalu tertawa. Tawa yang begitu menyindir di telinga Liana. Beberapa siswa juga mengikuti tawa itu.

Latisha diam tidak bergeming, ia tau jika sekali Latika mengata-ngatai orang tidak akan mau berhenti atau pergi kecuali jika orang yang dikata-katain itu pergi dengan sendirinya. Latisha pernah mengalaminya langsung, bahkan menangis di depan Latika agar gadis itu berhenti. Mulut pedas Latika tidak mau berhenti barang sedetik pun.

"Ka udah. Gue mohon" ucap Latisha dengan tatapan yang begitu memohon. Latika menepis tangan Latisha dari lengannya. Latika berdiri lebih dekat ke tempat dimana Liana berdiri.

Latisha menatap Bara yang jauh disana, matanya memohon kepada cowok itu tapi Bara hanya menggeleng. Lantaran tau sifat Latika jika sekali keluar maka memang tidak bisa di tahan atau di cegah. Macan akan tetap mengamuk saat di ganggu, tidak akan berubah jinak meskipun ada panda di depannya.

My Flat BoyfriendWhere stories live. Discover now