(46) Keinginan Ajeng

51 36 53
                                    

Happy reading 💓
Voment Yamoon Too

••••

"Jika lo membandingkan diri sendiri pada standar orang lain, maka selamanya lo akan selalu merasa tidak pantas."

- Yamoon

••••

"AKHH!!"

"Cewek sialan!" pekik Ajeng sambil melempar ponselnya ke sembarang arah.

Pagi hari ini, Ajeng melihat perbincangan anak-anak di group sekolah. Mereka semua membahas tentang Rici yang memiliki hubungan nyata dengan Benua. Postingan Instagram Benua lah yang memperjelas hubungan mereka.

Alhasil semua orang mengira bahwa Ajeng telah dikalahkan gadis kecil seperti Rici. Gadis itu benar-benar berani mengambil langkah besar mendahului Ajeng.

Sangat kurang hajar.

"Sepertinya gertakan kemarin bukan apa-apa untuk dia," lirih Ajeng pada dirinya sendiri.

Ajeng membuka laptopnya segera. Menghubungi seseorang lewat email. Ajeng akan memberi Rici pelajaran. Berani-beraninya mengambil sesuatu yang Ajeng sukai. Maka, sudah diputuskan bahwa di antara mereka telah terjadi permusuhan garis keras.

Kehidupan Rici tidak akan baik-baik saja mulai sekarang.

"Gua butuh bantuan lo," lontar Ajeng pada seseorang di balik earphone yang dikenakan olehnya.

"Cari tahu gadis bernama Fabricia Yemima."

"Buat segala hal tentangnya hancur."

"Sampai dia sendiri yang memohon kepada kekuasaan gua."

"Dia harus tahu sampai mana gua bermain."

"Paham?"

Ajeng mengangguk yakin. Jika Rici berani menantang nya untuk bertarung, jangan salahkan Ajeng yang ikut serta tanpa takut. Gadis kumuh dan miskin seperti Rici sangat mudah disingkirkan oleh Ajeng.

Akan lebih baik Rici tidak menjadikan nasibnya sama seperti sahabatnya, Leta.

"Kali ini apa lagi?" tanya Gisel yang tidak sengaja mendengar pembicaraan Ajeng di sambungan telepon.

Ajeng menunjukkan senyuman miring andalannya itu. "Dia sudah melewati batasan," lirih Ajeng.

Langkah kaki Gisel mendekati Ajeng. Yah, kali ini pergerakan Ajeng kembali terlihat. Sebagai teman, Gisel sungguh khawatir dengan langkah Ajeng. Benar-benar merugikan banyak orang hanya karena egois yang dirasakan.

"Kesengsaraan dan putusnya hubungan Leta apa nggak membuat lo merasa puas?"

"Lo seharusnya sudah mendapat semua hal yang lo inginkan."

Penuturan Gisel sangatlah benar, tetapi Ajeng bukanlah manusia yang cepat puas. Terlebih mengenai hal-hal yang menjadi kesukaan dan pilihan nya. "Belum dengan Benua," sergah Ajeng.

"Dia belum jadi milik gua, artinya permainan ini belum berakhir."

"Sialnya, lalat pengganggu itu ada untuk dimusnahkan."

"Dan itu bukanlah kesalahan gua jika dia mendapatkan pelajaran."

"Siapa suruh lalat itu menginginkan donat kesukaan gua?" delik Ajeng sambil mengepalkan tangan nya kuat.

Gisel menghela napasnya. Ajeng sungguh bersikeras. Langkah terlalu berani untuk menghancurkan hidup seseorang. Gisel rasa mereka sudah salah jalan. Ajeng yang dikenalnya dulu, tidaklah seperti ini. Meskipun dahulu, sering sekali mendapat penderitaan.

She's a Fangirl || Proses PenerbitanWhere stories live. Discover now