Part 82

19.8K 2.6K 113
                                    

Piw ah balik lagi bosqu

______

Haechan pergi ke perusahaan Mark setelah ia mengantarkan Yeonwoo ke apartemen Jaemin. Renjun sudah selesai kelas, dan Jaemin bilang dia akan segera pulang, jadi Haechan membawa Yeonwoo pulang.

Ia menaiki bus untuk menuju perusahaan Mark yang berada di pusat kota. Sebelumnya ia mendapat alamat perusahaan ini dari orang yang menelponnya, Jacob.

Karena sebelumnya saat ia masih menjadi pengasuh putra Mark, dirinya belum pernah datang ke perusahaan milik mantan majikannya itu.

Bus berhenti di halte dekat perusahaan, ia berjalan selama sepuluh meter dan menemukan gedung tinggi dengan logo perusahaan diatasnya. Itu tampak megah dan berkelas, namun aktivitas di gedung itu sangat sedikit.

Haechan bertanya-tanya, kenapa perusahaan besar seperti ini kantornya sangat sepi? Sangat aneh.

Ia memasuki lobi dan disambut oleh dua resepsionis wanita. Mereka tersenyum padanya dan bertanya apa yang bisa mereka bantu.

"Aku ingin bertemu dengan Mark Sajangnim, bisakah?" tanya Haechan dengan hati-hati.

Keduanya saling pandang, lalu salah satu dari mereka menghubungi sekretaris Bae untuk konfirmasi.

"Presdir ada diruangannya, di lantai paling atas. Anda hanya perlu berkelok ke kanan setelah keluar dari lift." jelas salah satunya.

Haechan mengangguk paham lalu mengucapkan terimakasih sebelum pergi menuju lift. Di meja resepsionis, kedua wanita itu tertegun dengan keramahannya. Sebelum ini, tidak ada tamu yang sopan seperti itu.

Baik klien ataupun rekan bisnis atasan mereka, semuanya akan mengangkat dagu mereka tinggi-tinggi tanpa memperhatikan keramahan mereka. Namun, pemuda tadi benar-benar baik dan sopan. Nada bicaranya sangat lembut seperti semilir angin musim semi, membuat mereka nyaman saat berbicara dengannya.

Mereka pikir, orang yang bisa mendapatkan hati pemuda itu pasti orang yang beruntung. Mendapatkan kekasih yang lembut dan perhatian, itu adalah impian semua orang.

Sementara Haechan sendiri, dia tidak tahu apa yang mereka pikirkan. Saat ini dia sedang gugup, takut bahwa Mark akan membentaknya seperti saat itu.

Tangannya basah dengan keringat dingin, dan jantungnya berdetak lebih cepat. Tapi ia terus berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum sambil menenangkan dirinya sendiri.

Tak butuh waktu lama, lift berdenting dan berhenti di lantai paling atas. Haechan melangkah keluar dan berjalan mengikuti instruksi wanita resepsionis tadi. Tak jauh darinya, ada sebuah pintu kaca tembus pandang yang memperlihatkan sosok Mark tengah sibuk mengetik sesuatu.

Tatapannya terlihat sangat serius dan sesekali ia akan memijat pangkal hidungnya, Mark tampak kuyu dan kelelahan. Haechan jadi tidak tega melihatnya.

Dulu Mark tidak pernah terlihat seperti ini, selelah apapun dia, penampilannya tidak pernah terlihat seperti sekarang ini.

Dengan pelan Haechan mengetuk pintu kaca itu, menunggu respon si pemilik ruangan.

Di dalam, Mark mengangkat kepalanya dan tertegun saat melihat sosok Haechan berdiri di luar pintu sedang menatapnya.

"Masuk..." ujar Mark dengan suara yang tidak terlalu keras.

Haechan membuka pintu, dan berjalan masuk sambil memegangi ujung kemejannya. Matanya tidak lepas dari sosok Mark yang juga tengah menatapnya.

"Hai..." sapa Haechan dengan kikuk, ia sedikit menunduk.

Mark mengangguk kaku, "y-ya, hai juga..."

"Bagaimana kabarmu, Mark hyung?" tanya Haechan dengan hati-hati.

Mark tersenyum tipis, "aku baik, bagaimana denganmu?"

Haechan mengangguk kecil, "aku juga baik,"

Setelah itu mereka terdiam dengan suasana canggung, tidak tahu harus berkata apa lagi. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, Mark yang masih terkejut Haechan datang kesini dan Haechan yang bingung bagaimana cara membujuk Mark agar bisa beristirahat.

"Haechan!/hyung!" seru keduanya disaat bersamaan.

Haechan langsung menunduk sambil menggigit bibirnya, sementara Mark mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Kau duluan..." ujar Mark kemudian.

Haechan menatapnya dengan ragu-ragu, tapi ada raut kekhawatiran disana. "Apa hyung belum istirahat?"

Mark membeku, kenapa Haechan tahu? Apakah Jacob menelpon orang rumah untuk memberitahunya?

"...sudah." jawab Mark berbohong.

"Kau tidak bisa berbohong hyung, kau benar-benar kelelahan. Ayo pulang dan istirahat, kau bisa melupakan sejenak pekerjaanmu disini.." jelas Haechan dengan lembut.

Mark tak berani menatapnya, jadi ia kembali melihat dokumen di komputer untuk mengalihkan perhatiannya. "Aku tidak bisa, ini adalah tanggung jawabku sebagai pemimpin perusahaan. Semua karyawanku sedang bekerja keras, bagaimana aku bisa bersantai?"

"Hyung, beristirahat selama satu hari tidak akan membuatmu kehilangan semuanya. Kalaupun kau kehilangan semua itu, kau bisa meraihnya secara perlahan. Kau tidak sendirian, ada banyak orang yang akan membantumu." jelas Haechan dengan sabar. "Mereka tidak akan membiarkanmu berusaha sendiri, mereka pasti bersedia untuk membantu jika kau memintanya. Jangan pernah paksakan dirimu, karena pada akhirnya kau tidak akan mendapat apa-apa sebagai hasilnya..."

Itu adalah kalimat terpanjang yang Haechan ucapkan dalam beberapa bulan terakhir, dan dia mengatakannya pada Mark. Rasanya seperti Deja Vu saat ia menceramahi orang yang lebih tua darinya.

Sebelumnya, ia juga pernah melakukan hal yang sama dan pada orang yang sama pula. Namun karena hal yang berbeda. Rasanya seperti ia tidak bisa lepas dari Mark, dan takdir selalu bermain dengannya disaat ia ingin melupakan sosok pria yang membuatnya patah hati itu.

Mark terdiam, tangannya berhenti mengetik dan ia hanya menatap kosong pada layar komputer.

"Pulanglah bersamaku, hanya satu hari saja..." sambung Haechan. Wajahnya dipenuhi permohonan.

Mark memijat pangkal hidungnya dan menghela nafas kasar. Baiklah, libur satu hari. Hanya satu hari. Pikirnya.

Ia lalu menelpon Jacob untuk mengosongkan jadwalnya hari ini dan bersiap untuk pulang. Ia mengemas tas kerjanya, mematikan komputer setelah menyimpan dokumen yang sudah ia periksa, lalu menghampiri Haechan. "Ayo pergi."

Haechan tersenyum tipis dan mengangguk, lalu berjalan berdampingan dengan Mark.

Di sepanjang perjalanan, ada banyak karyawan yang menyapa Mark dengan sopan dan memandang keduanya dengan kagum. Haechan yang tidak pernah berada di pusat perhatian orang-orang merasa tidak nyaman dan mendekatkan dirinya ke tubuh Mark secara tidak sadar.

Mark tersenyum kecil, mungkinkah masih ada kesempatan kedua baginya untuk memiliki pemuda manis ini? Kali ini ia akan sungguh-sungguh dan tidak akan mengecewakannya, ia berjanji.

Biarkan tuhan mengambil nyawanya jika ia terbukti mengingkari janjinya itu.

________

To be continued

Maaf ya hp ku mulai ngadat, maklum kaum kenthank :)

Eh saran fanfic school life yaoi dong, kapel apa aja yang penting gaada adegan anunya hehe

Perpus aku isinya ya fanfik yang kubuat sendiri gaada yang lain, hehe:)

See you tomorrow

[END]Mom For UsWhere stories live. Discover now