Part 3. Regret

3.8K 720 157
                                    

Pintu di depan mereka terbuka.

Lemari usang yang digunakan untuk memblokir pintu terjatuh menyedihkan akibat dorongan kuat dari luar sana.

Raungan menakutkan menggema di seluruh toilet sempit itu.

Sunghoon dan Sunoo sudah bersiap dengan pisau di tangan masing-masing, mempertaruhkan nyawa dengan melawan ancaman bahaya di depan mereka.

Apa boleh buat?

Jika mereka akhirnya mati, setidaknya mereka mati bukan karena menyerah.

"Tetap di belakangku." 

Sang senior melirik Sunoo sekilas.

Ada rasa kepercayaan diri yang memancar di sana. Sunghoon benar-benar serius kali ini. Sunoo membalas dengan anggukan mantap.

Sunghoon memacu tubuhnya ke arah kumpulan itu, mengayunkan switchblade-nya dengan lincah. Pemuda itu cepat sekali, Sunoo bahkan bisa merasakan angin dan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pemuda yang lebih tua.

Sesuai perintah seniornya, Sunoo tetap berada di belakang. Dia sadar tangannya belum sembuh benar.

Oleh karena itu, mau tidak mau dia harus dalam mode bertahan. 

Sunghoon memutar, memiting, dan menendang tiap musuh yang datang menyerangnya. Sulit dipercaya staminanya tidak habis-habis setelah menumbangkan sekian banyak dari mereka. Raungan-raungan kesakitan menggema di seluruh ruangan sempit itu, menambah kesan mencekam. 

Di sela-sela pertarungan, Sunghoon yang sedang mencengkram kepala seorang Runner berteriak,

"Lakukan apapun untuk membunuh mereka!"

Sesaat setelah itu, dia menghantam musuhnya ke lantai dan menginjak kepalanya dengan sekuat tenaga.

Kepala mayat hidup itu hancur seketika!

Sunghoon benar-benar terlihat mengerikan sekarang.

Auranya bak pembunuh berdarah dingin. Tubuhnya yang dipenuhi muncratan cairan merah menambah kesan gelap dan jahat.

Sunoo ternganga menyaksikan pemandangan di depannya.

Betapa brutalnya cara Sunghoon membasmi mereka, namun detik berikutnya ia paham memang seharusnya itulah yang dilakukan.

Membunuh atau dibunuh.

Lagipula Runner bukan lagi manusia, mereka adalah mayat hidup terinfeksi yang sudah dikuasai oleh insting yang lebih mirip dengan binatang. Mereka bahkan memakan manusia lain.

Setelah beberapa saat, Sunoo berusaha sekuat tenaga untuk menguasai emosinya. Dia tidak mau lagi terpojok oleh rasa takut. Ini bukan saatnya merasa panik dan gugup.

Beberapa Runner yang sudah dibuat oleng oleh Sunghoon diserahkannya kepada Sunoo.

"Bunuh!"

Suara Sunghoon yang tegas menggema lagi di toilet itu.

Seakan sadar dengan maksud Sunghoon, Sunoo bergerak dengan kilat sambil mengayunkan pisaunya. 

SRAAAT!

Darah kembali mengalir ke lantai.

Dengan cepat, Sunoo memutus urat nadi di leher mayat hidup itu setelah menangkap tubuhnya dari belakang.

The Pandemic | SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang