13. What?!

5.2K 580 89
                                    

"Aku peduli padamu, Kaitlyn."

Apa? Sontak aku menoleh kearah Luke untuk memastikan bahwa ia tidak serius dengan ucapannya barusan. Kutatap kedua mata birunya yang memancarkan keteduhan sekaligus ketenangan bagi siapapun yang melihatnya. Ia peduli terhadapku? Jeez, lelucon macam apa itu?

Seperti tersadar dari apa yang baru saja diucapkannya, Luke dengan cepat menutup mulutnya dan mengalihkan pandangan dariku. "Astaga, lupakan saja."

Tidak, aku tidak bisa------ dan mungkin tidak akan pernah bisa melupakannya. Lagipula, apa maksudnya ia berkata seperti itu? Semua orang dimuka bumi ini tau bahwa kami saling membenci.

Memilih untuk diam, aku hanya sibuk menatap hamparan rumput yang ada disekitarku. Beruntung hari sudah gelap, karena kalau tidak, Luke bisa melihat wajah sembabku ini yang secara otomatis membuatnya berpikir bahwa aku merupakan gadis yang cengeng.

Yah, walau memang begitulah kenyataannya.

Sebenarnya aku sama rapuhnya dengan gadis-gadis lain. Namun, karena tidak ingin terlihat seperti itu, aku berusaha bersikap cuek dan arogan.

"Kait," Luke memanggilku setelah keheningan melanda kami selama beberapa menit. Suaranya yang pelan dan hampir berbisik itu membuat detak jantungku menjadi tidak beraturan. Tunggu dulu------ dia memanggilku apa? Kait? "Forgive me, please?"

Oke, rasanya aku ingin meleleh sekarang juga. Bagaimana tidak? Ia memasang puppy facenya dan menatap kedua mataku intens. Lidahku kelu dan tenggorokanku tercekat. Hell, what should i do?

Tapi----- tidak! Aku tidak boleh luluh secepat ini. Bagaimana pun juga, Luke bersalah karena telah menghancurkan pesta ulang tahunku yang seharusnya berjalan lancar dan meriah tanpa kehadirannya dan kembarannya yang sialan itu.

"Kau pikir dengan meminta maaf dapat memperbaiki semuanya?! Tidak, Luke! Kesalahanmu dan Bella sudah sangat besar dan tak termaafkan! Kalian telah menghancurkan pestaku!" bentakku dengan emosi yang meluap-luap sehingga berhasil membuatnya terlonjak kaget. Mungkin ia terkejut dengan suaraku yang keras dan wajahku yang memerah akibat amarah.

"Listen, Kait, aku kesini hanya ingin meminta maaf-----"

"Go, Luke," ujarku, putus asa. "Aku butuh waktu sendirian. Just----- go."

Butuh waktu sekitar dua menit sebelum akhirnya Luke memutuskan untuk mengalah dan menuruti permintaanku. Pun ia menghela nafas berat, bangkit dari duduknya, lalu dengan perlahan pergi meninggalkanku yang hanya bisa diam sambil menatap punggungnya yang perlahan-lahan mulai menghilang.

Aku tidak berbohong. Aku memang butuh waktu sendirian untuk menenangkan diri dan mengembalikan semangat hidupku yang saat ini sedang diujung tanduk. Aku juga tidak membutuhkan belas kasihan dari siapapun.

Termasuk dari seorang Luke Hemmings.

Luke's POV

"Apa kau berhasil membujuknya?"

Aku tersenyum kecut dan menggeleng pelan. "Sayangnya, tidak."

Dalam sekejap senyuman yang menghiasi wajah Bella pun memudar. Dengan raut wajah kecewa, ia merangkak masuk kedalam mobil dan membanting pintunya dengan keras. Aku yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku lalu tancap gas menuju rumah.

Selama diperjalanan, hanya terdengar suara kasak-kusuk yang berasal dari radio mobil. Tak sepatah katapun keluar dari mulut kami. Kuperhatikan Bella hanya sibuk memperhatikan jalan raya sambil sesekali bergumam tak jelas.

"Aku tau kejadian semacam ini tak akan terjadi kalau seandainya kita tak datang, Luke." ujar Bella setelah jeda yang cukup lama. Nada bicaranya pelan----- terdengar seperti orang yang hampir putus asa. "Ini tak seharusnya terjadi----- i mean, Kaitlyn tak pantas mengalami semua ini."

arrogant ➳ l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang