3 ; Pudding | Kazuya Ohashi

142 24 2
                                    

Aku mengernyit saat melihat layar ponselku yang menunjukkan bahwa paket pesananku telah sampai dan ditandatangani oleh penerima.

He? Apa-apaan ini? Paketnya belum sampai padaku....

Belum sempat memikirkan keluhan yang akan aku tulis pada layanan antar barang ini, suara bel apartemenku terdengar beberapa kali. Aku mau tak mau bergegas dan menghampiri tamuku.

Betapa terkejutnya aku saat melihat sosok pemuda yang berdiri di depan pintu apartemenku. Aku meneguk ludah, kemudian membuka pintu itu.

"Kazuya-san?"

Tu-tunggu!

Bodoh! Ini pertama kalinya aku bicara padanya, kenapa aku langsung memanggil nama depannya?! Bukankah itu tidak sopan?

Pemuda itu tersenyum. Senyum manis yang selalu aku kagumi. Senyum manis yang sering aku lihat dari kejauhan. Senyum itu kini ada di hadapanku.

"Sepertinya ini milikmu. Kurirnya tadi mengirimkan barang ini ke alamatku. Eh, maaf ya karena aku sudah menerimanya atas namamu-"

Aku menggeleng cepat. "Tidak apa-apa! Sungguh, tidak apa-apa." Aku kemudian mengambil alih kotak itu dari tangannya. "Terima kasih banyak, Ohashi-san."

Ia mengangguk. "Tapi aku penasaran.... Apa isinya?"

"Oh, ini.... Mixer. Mixer lamaku mesinnya sudah rusak jadi aku memesan yang baru."

"Begitu?" Wajahnya terlihat tertarik. "Apa kau berencana memasak sesuatu hari ini?"

Aku mengangguk. "Hari ini aku berniat membuat puding."

"Oh!" Kazuya terlihat berbinar-binar. "Boleh aku masuk? Boleh aku minta?"

"Eh?" Aku agak terkejut dengan permintaannya yang mendadak itu.

"Aku sangat suka puding!" katanya bersemangat dengan suara seraknya yang khas itu. Aku tertawa kecil. Bagaimana bisa kau terlihat sangat imut di usiamu yang sudah di atas 20 tahun, Kazuya?

Aku akhirnya mengizinkannya masuk. Begitu tiba di dapur, ia langsung heboh sendiri melihat beberapa set kamera terpasang di sudut-sudut tertentu.

"Kau..." Kazuya menggantungkan ucapannya, menatapku dengan dramatis. "Kau seorang YouTuber?!" tanyanya heboh. Makin heboh lagi ketika aku menganggukkan kepalaku dengan pelan. "Hebat! Hebat sekali!"

Ah. Berhenti memujiku terang-terangan begini, tolong. Bagaimana kalau aku tiba-tiba meleleh di hadapannya?

"Semua makananmu itu, apa kau habiskan sendiri?" tanya Kazuya saat aku sedang sibuk mengeluarkan mixer dari dalam kotak pembungkus.

Aku menggeleng. "Tentu saja tidak. Makanan manis sebanyak itu jika aku habiskan sendiri sama saja seperti mencari penyakit, kan?"

Kazuya tertawa dan mengangguk setuju. "Kalau begitu ... mulai sekarang, kau bisa memberikan sisa makananmu padaku, ya? Terutama puding! Aku itu sangat suka puding, lho!"

Aku mengangguk. "Dengan senang hati, Ohashi-san."

Kazuya tersenyum. "Kalau mau, kau boleh memanggil nama depanku, kok."

"E-eh?" Aku langsung salah tingkah. "Y-yang tadi itu ... aku tidak sengaja."

"Makanya," ucap Kazuya sembari tertawa. "Kalau kau mau, boleh-boleh saja. Kau bebas memanggilku seperti yang kau mau."

"Eh ... Kazuya-san?"

"Iya?"

"Hanya memanggil...."

"Hahaha!"

Ah.... Nampaknya berada di dekat Kazuya jauh lebih beresiko menimbulkan diabetes dibanding memasak makanan manis setiap hari.

I Like You! 【なにわ男子】✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang