tigabelas

1K 179 36
                                    

TW! Pelecehan Seksual !! (Gak ada adegannya, tapi aku pasang aja TW ya)

Nih, udah besoknya. Hari keempat MOS yang Juna jalani dengan sepenuh hati dan jiwa raganya yang lucu dan mengggemaskan. Heem, tabok aja silakan.

Dua jam pertama kegiatannya diisi sama materi pembelajaran di kelas. Nah, setelah itu baru deh kegiatan yang paling ditunggu - tunggu sama semuanya, kecuali mereka yang gak mau masuk organisasi dan klub apapun. Terpaksa mereka jalan kesana kemari sok - sokan tertarik padahal karena gak boleh diam aja di kelas sama di kantin. Sedih.

Juna, Renan dan Bima lagi di jalan menuju ke ruang klub Seni. Usut punya usut, di klub ini ada beberapa sub-klub lagi gitu. Gak yang mentah - mentah klub fotografi.

Nama klubnya Klub Seni. Di dalamnya ada beberapa hal. Art and Creation, Dance and Move, Music and Sound, Fotography and Cinematography. Terserah Juna mau pilih sub-klub apa aja, mau semua juga boleh tapi yaa dipikir dulu juga gitu ya. Di setiap sub-klub itu ada ketuanya dan pengurus lainnya, tapi ada ketua, sekretaris, dan bendahara inti dari 4 sub-klub ini. Itu sih gak penting, nanti aja pas Juna udah kelas 11.

Juna sih, pengen masuk sub-klub Fotography and Cinematography sama Art and Creation, tapi dia tertarik sama Music and Sound juga. Katanya itu klub untuk jadi penyanyi, anak band, dan pahamin lagu. Katanya bakal ada banyak sesi memproduksi lagu gitu. Njirlah, Juna ngiler bayanginnya.

Kalau si Renan gak usah ditanya. Dia sukanya foto - foto aja, jadi dia bakal masuk Fotography and Cinematography tapi dia bakal keluar dari sesi Cinematography. Video - video gitu Renan gak suka, dia sukanya ngefoto aja.

Takjub banget mereka sama konsepnya klub Seni. Entah norak atau gimana, tapi mereka bertiga baru kali kini dengar ada klub di dalam klub. Biasanya, kan, ada circle di dalam circle. Eh, hah apa?

Ini tinggal belok di lorong kanan terus jalan lurus pasti bakal sampai ke klub Seni nya, tapi Bima tiba - tiba keingat kalau ponselnya ketinggalan di laci meja. Dia cuman teriak sambil lari lawan arah, "HP GUA DI LACI MEJA ANJIRRR!!" dan Juna sama Renan langsung paham banget. Mereka lanjut jalan aja.

"Itu menurut lo hilang gak? HPnya?" Renan mulai ngobrolnya.

"Nggak, sih. Temen sekelas orang kaya semua, anying."

"Yaa, tapi gua miskin, Ju."

"Oh iya. Kecuali elo."

"Babi, Ju."

"Mana babi?"

"ELO BABINYA, ANJING."

"Weh santai pakci'. Jadi gua ini babi atau anjing? Tentukan dan jangan labil."

"Tau ah, Ju. Em- Njir. Pen berak. Aduh. Duh. Auh. S-sampai bertemu, nak!"

"DAFTARNYA GIMANA WOI???!!"

"Kebelet anjir! Duluan aja, nanti gua nyusul AAAHH PEN BERAKKK"

Yak. Sekiranya kayak gitu awal mula gimana Juna bisa tersesat di ruang Seni ini. Sendirian. Sendirian. Sendirian. Please jangan baca pakai nada di episode squidward sendirian itu, ya.

Keadaan ruangan ini gak terlalu ramai. Juna agak bingung kok bisa klub sekeren ini peminatnya sedikit?

Jadinya Juna nanya panitianya yang lagi enak ngasoy di tangga depan ruangan klub. Dijawab gini, "Biasa, dek. Nanti kalo udah agak siangan ke sore gitu baru mereka pada dateng. Puncaknya besok baru mereka rebutan."

"Ooh, ini sistemnya rebutan gitu ya?"

Si kakak ketawa - ketawa, terus ngegeleng, "Nggak. Cuman mereka ngiranya kayak gitu. Padahal mah kalau mau masuk sini ya masuk aja, 'kan? Ngapain rebutan. Cuman setiap angkatan baru suka gak paham."

UNDERCOVER - jk.Where stories live. Discover now