Saranku kalian bisa denger lagunya Nadin Amizah - Bertaut dan Skinnyfabs - Happy.
⚠️ Content warning; mention of death, depression, suicide, and lots of sadness ⚠️
Dimulai dari bulan Juli tahun 2021, di mana Haechan benar-benar melangkah menuju hidup yang sesungguhnya. Melangkah seorang diri, tanpa sanak saudara di dunia yang bisa dibilang sedikit kejam.
Jika kalian fikir Haechan baik-baik saja, jawabannya; hampir. Tapi tidak sepenuhnya dia baik-baik saja.
Jika ditilik secara logika, setabah apapun pria itu, dia akan tetap jatuh rapuh dalam kesendiriannya. Menjadi dewasa tentu bukan hal mudah, terlebih ia dewasa tanpa figur keluarga.
******
"Assalamualaikum! Haechan pulang!" Haechan membuka pintu rumahnya lalu ia tersenyum, "masih jam sebelas malammm, aku nggak pulang telat kan, Ambu? Udah dong Ambu jangan cemberut, aku capek nih abis cari kerja."
Akan kupastikan siapapun yang melihat dan mendengar percakapan tadi, mereka pasti memilih untuk memeluk Haechan dengan erat, mendekapnya penuh cinta dan kasih.
Pasalnya Haechan bermonolog dengan bingkai foto besar yang tercetak foto sang ibunda dan ayahanda.
Haechan melangkah ke kamarnya, meletakan tasnya dengan sembarang, mengganti celana bahannya dengan boxer berwarna abu-abu, lalu setelah itu dia menuju ke arah meja makan seraya menenteng sebungkus nasi goreng yang ia sempat beli di jalan pulang tadi.
"Tehh, Echan makan duluan, ya!" Teriak Haechan pada penjuru rumah yang ia tinggali seorang diri.
Sudah menjadi kebiasaannya menganggap semua anggota keluarganya seoalah masih lengkap.
Sebelum makan ia akan izin pada Kakaknya seperti tadi, sebelum berangkat pergi dari rumah ia akan meminta izin restu pada kedua orang tuanya yang ada dalam bentuk bingkai foto, lalu kadang jika ia merasa sudah sangat sedih, dia akan masuk ke dalam kamar mendiang sang Kakak, hanya untuk beristirahat di sana.
"Echan anggap Teteh lagi meluk Echan, ya, Teh."
"Echan capek, Teh. Nyari kerja susaaaah banget."
"Teh, kalian gimana di sana? Aku mah di sini ya gini-gini aja hahaha."
"Teteh bisa tolong peluk Echan nggak? Echan lagi capek banget. Echan izin tidur di kamar Teteh, ya."
Seperti itu kata-kata yang Haechan suarakan di dalam kamar bernuansa putih yang beberapa tahun lalu ditempati oleh kakak perempuannya.
Tidak, Haechan tidak gila.
Tolong, jangan pandang anak malang itu dengan sebelah mata hanya karena dia memilih menjadi lemah dan menyedihkan.
Jika bukan menyuarakan dalam diam, lantas siapa yang akan mendegar pilu dan keluhnnya?
*****
"Chan, mau kerja ga?" Tawar Hendery saat mereka sedang bertemu berdua menikmati batangan rokok masing-masing.
Haechan menatap sinis, "capek anyingg gua sama lo, Der. Dari kemaren juga ngomong gitu, ternyata gue disuruh jadi tukang cuci piring."
"Ya itu kan kerjaan?" Hendery tertawa.
"Der serius, gua butuh banget duittt ini, bangsaaatt." Pria itu menggeram kesal.
Dalam beberapa saat meja mereka hanya diisi keheningan, Hendery sibuk dengan ponselnya dan Haechan sibuk dengan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDUP. || END. [HAECHAN]
Fanfiction[FROM twitter AU @icudoys - Selamat Tinggal, Haechan] "- Kematian bukanlah cara kehilangan yang paling baik." 🌃