04 | asrama melati

179 31 4
                                    

Ospek hari pertama capek banget, semua mahasiswa baru di suruh baris kayak tujuh belasan, terus beriringan keliling fakultas sambil teriak pakai yelyel fakultas dan juga yelyel buatan mereka.

Jurusan Heejin dan Jaemin alias Fakultas Ilmu Sosial dan Politik adalah yang paling loyo, sedangkan yang paling semangat itu jurusannya Hyunjin, Fakultas Teknik. Oh satu lagi, rival abadinya Teknik yang gak kalah semangat, Fakultas Pertanian. Memang gila sih dua fakultas itu, udah terkenal seantero kampus.

Semua mahasiswa bubar jam lima sore, rasanya capek banget, kayak semua sendi lepas dari badan, betis cenat cenut, muka udah berminyak dan gak jelas lagi bentuknya. Semuanya pada balik ke asrama masing masing, termasuk penghuni asrama melati dan kebetulan banget mereka sampenya berbarengan.

Semua pada kaget melihat Nancy duduk di teras pakai piyama, mukanya murung banget dan matanya bengkak. Padahal semua fakultas bubarnya baru lima menit yang lalu, tapi Nancy udah bersih, rapi pakai piyama.

"Kok cepat lo sampenya?" Aisha menatap Nancy penasaran, diantara semua anak cewek yang paling cepat akrab itu Aisha dan Heejin. Yang lain masih agak kaku dan malu malu.

Nancy menghela napas berat, kayak punya beban banget kemudian menggeleng. Haechan menyipitkan mata penasaran, jujur diantara semua anak cewek di asrama, Haechan paling sebel sama Nancy, soalnya nyebelin dan suka marah marah. Tapi kalau Nancy jadi kalem dan sadgirl begini, kasihan juga. "Kenapa cemeberut lo? Ada masalah ya?"

Nancy masih menggeleng, mereka yang baru sampai akhirnya buka sepatu dan beres beres, kasih waktu buat Nancy menyendiri.

"Gue sama Soobin mau ke depan nih, beli lauk. Ada yang mau nitip nggak?" Heejin menatap teman temannya yang lagi sibuk sendiri sendiri.

"Gue mau! Mager masak anjir!" Karina lari ke dalam kamar buat ambil uang. "Ayam asam manis, gak usah pakai sayur sama nasi ya Hee, gue masak nasi kok."

Heejin mengangguk. "Ada lagi?"

"Gue delivery aja, lagi pengen bakso hehe." Yeji nyengir.

"Eh bareng dong Ji!" celetuk Hyunjin terus deketin Yeji, lihat lihat menu delivery.

"Kalo di pikir pikir, lo berdua mirip ya?" Haechan menatap Yeji dan Hyunjin bergantian.

"Eh iya masa? Kayak kembar." Yiren ketawa, Yeji dan Hyunjin bertatapan sebentar terus masang muka bingung, eh malah makin mirip.

"Kembar ya lo berdua? Sama sama Hwang lagi!" tuduh Yangyang sambil main game, tapi sempat sempatnya nimbrung meskipun fokusnya terbagi dua.

"Enggak anjir! Gue sama dia kenal nya di sini, sama kayak kalian." Yeji geleng geleng ambil melirik Jeno, gak tau deh kenapa dia lirik Jeno. Padahal yang di lirik malah sibuk main hp.

"Hati hati, biasanya yang mirip mirip tuh jodoh loo." Haechan menatao Hyunjin dan Yeji sambil menyeringai tengil.

"Gak lah!" Hyunjin cengengesan, tapi malu juga. Masak jodohnya udah muncul sih? Cepet amat.

"Aduh, lo berdua gemes. Calon calon asrama melati nih. Mana sama sama suka bakso lagi." Karina keluar dari kamar bawa uang tukaran sepuluh ribu, terus di kasihin ke Heejin.

Yeji mendengus, kan pengennya sama Jeno. Tapi kalo bukan Jeno gak apa apa deh! Hyunjin juga ganteng soalnya, hihi.

"Udah gak ada yang mau nitip lagi?" Heejin menatap mereka semua, gayanya udah kayak Ibu Ibu yang nanyain anaknya, sementata Soobin udah nungguin di luar.

"Udah Mama gak ada lagi. Bilang Papa bawa motornya hati hati." Celetuk Jeno, semuanya ketawa.

Heejin melotot galak ke Jeno, eh mereka malah makin ketawa. Soalnya Heejin kalo melotot gak ada serem seremnya, malah makin imut.

•••


Semuanya makan malam bareng bareng, meskipun gak berhadapan. Ada yang makan di dalam kamar, di ruang tengah dan meja makan. Tapi Nancy gak makan, dia pusing mikirin nasibnya besok, masih di teras asrama dari tadi, gak masuk masuk.

"Loh? Masih disini lo?" Yiren kaget, dia kenyang dan berniat cari angin di luar dan menemukan Nancy duduk murung sendirian.

Meskipun Yiren agak sebel karna Nancy sering deket deket Bomin crush nya, tapi kalau Nancy begini Yiren juga gak tega. Dia duduk di sebelah Nancy dan nepuk pundak Nancy pelan. "Kenapa Nancy? Cerita coba, lo bahkan gak makan malam loh, nanti sakit gimana."

Nancy makin cemberut, napasnya gak beraturan. Yiren mengelus pundak Nancy pelan, mencoba bikin cewek itu nyaman. "Mau peluk?"

Nancy gak bisa tahan lagi, akhirnya dia nangis kenceng, Yiren kaget awalnya tapi langsung meluk Nancy dan elus elus kepalanya.

Haechan yang baru abis nyebat di dekat kolam ikan dengar suara tangis jadi penasaran, akhirnya dia mendekat dan melihat Nancy lagi nangis di pelukan Yiren. "Anjir? Kenapa lu?"

Nancy masih nangis, dia angkat kepalanya terus menatap Yiren dan Haechan bergantian. "Gue.. gue tuh maluuu."

"Kenapa Nancy? Cerita coba." Yiren bingung, gak tau cara menghadapi Nancy, sementara Haechan udah duduk di lantai dan mengadah keatas menatap Nancy, mukanya merah, hidungnya merah, bibirnya cemberut.

"Gue malu.." Nancy menceritakan kejadian ospek pertamanya sambil sesekali terisak, Haechan dan Yiren mendengarkan dengan seksama, kemudian mengangguk paham.

"Gila juga senior lo, masa begitu aja ngamuk sih?!" Yiren sebal sendiri, hanya gara gara warna bibir.

"Iri tuh, lo kan cantik Cy. Jadi dia takut kalah saing." Haechan menepuk nepuk pundak Nancy menenangkan, sejenak lupa kalau mereka berdua sering sindir sindiran halus.

"Ayo kumpul di dalam, kita bicarain bareng bareng. Gue bantuin deh nyari kating yang pernah tinggal di sini." Haechan berdiri, menatap Nancy dan Yiren bergantian sambil senyum.

Nancy menurut sementara Yiren berdiri dan pegang tangan Nancy, bergandengan masuk kendalam asrama.

"Kumpul dulu woy!" Teriak Haechan yang suaranya cempreng bikin anak yang lain berdatangan. "Si Nancy nangis nangis dari tadi, sedih dia karena di jahatin seniornya." Jelas Haechan, Jeno dan Hyunjin yang notabennya adik tingkat pembangkang dan tidak suka penindasan langsung mendekat.

"Gimana gimana?" tanya Hyunjin penasaran.

Akhirnya Nancy cerita, di bantuin Yiren karena dia masih sesegukan. Yang lain mangut mangut mengerti.

"Anjing banget kakak tingkat lo!" Jeno kesal.

"Siapa orangnya sih? Cantik apa?" Hyunjin ikut ikutan. Aduh memang gas elpiji, mudah di pancing, mudah meledak.

"Gini aja, ayo tempat Ibu Irene, minta kontak anak yang tinggal di sini sebelum kita. Gimana?" Felix memberikan saran.

"Lo doang yang bener Lix, ayo cepet ke tempat Bu Irene." Haechan menatap Felix semangat.

"Gue?" cowok blasteran itu kaget, sementara yang lain mengangguk.

"Lo lah, ya kali gue? Gak mau Lix, masih sayang nyawa." Balas Jaemin bikin Felix berdecih.

"Ya udah bentar." Katanya sambil berjalan keluar, sementara Nancy menatap cowok itu sampai menghilang di balik pintu. Gak percaya kalau Felix mau bantuin dia, padahal mereka belum pernah ngomong selama di asrama.

"Udah Cy, jangan nangis lagi." Bomin mendekat terus senyum ke Nancy.

Nancy mengangguk pelan, sementara Yiren meringis kecil melihatnya.

"Lo belum makan juga." Bomin menambahkan.

"Gak lapar, gue skip aja deh malam ini." Kata Nancy dengan suara serak.

"Eh jangan, ayo keluar. Gue temenin beli makan." Ajak Bomin sambil tersenyum, Nancy awalnya gak mau tapi terus di desak Bomin sampai akhirnya mereka keluar.

Meninggalkan Yiren disana dengan hati yang gak karu karuan.

Tbc.

ASRAMA MELATI + 00 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang