[2] Great Daddy

866 172 26
                                    

KEDUA,
GREAT DADDY.




Hapus pikiran kotor kalian kalau mikir ini adalah daddy dalam tanda kutip. Karena Yoshi adalah gambaran pemuda daddyable bukan daddy daddy yang lain. Dia punya jiwa kebapakan yang luar biasa hebatnya.

Ini bermula sebulan setelah lulus SMA.

Saat gue kembali ketemu dengan Yoshi, di sebuah TK dekat komplek perumahan kakak gue. Gue benci banget kalau disuruh jagain ponakan gue yang bandelnya minta ampun itu, tapi sialnya hari itu gue disuruh jemput dan jagain dia seharian karena mama dan papanya sibuk bekerja.

Gue telat lima belas menit buat jemput dia.

Keadaan TK udah cukup sepi, dari jauh gue lihat cuma ada ponakan gue, dua anak lain dan satu orang cowok dewasa yang mungkin guru TK di sana. Mereka asik main di besi-besi panjatan yang gue gak pernah tau apa nama permainan itu. Walau gue sebelumnya gak pernah lihat ada guru cowok di sana.

Gue nyamperin Fabioㅡponakan gue untuk membawa dia pulang. Tapi dia ribut masih mau main sama Kak Oci yang terus dia tunjuk. Gue lihat siapa Kak Oci yang dia maksud ini.

Kak Oci itu lagi membelakangi gue, dia sekarang lagi dorongin ayunan yang dinaiki seorang anak perempuan. Gue maksa Fabio untuk pulang, tapi dia lari. Ke sosok Kak Oci itu. Memeluk betis cowok itu, lalu menunjuk ke gue seolah gue ini penculik jahat.

Cowok itu noleh, natap gue, lalu tiba-tiba senyum manis. Dia menghampiri gue bersama Fabio yang akhirnya dia gendong. Bertanya apakah bocah cilik itu adik atau keponakan gue.

Kami lalu berbincang dengan dia yang selalu membagi senyuman termanisnya, sesekali dua anak lain yang belum dijemput menghampiri dan memeluk betisnya, meminta bermain bersama.

Yang dibalas Yoshi dengan lembut, bahwa dia masih ingin berbincang dengan Tantenya Fabio. Iya gue. Tangannya menepuk lembut kepala dua anak itu.

Obrolan singkat dengan Yoshi cukup menyenangkan, bertanya perihal apa yang dilakukan setamatnya dari SMA. Dan dari situ gue tau kalau Yoshi menjadi guru sementara di TK itu, menggantikan guru lain yang sedang cuti melahirkan

Fabio, kayaknya gue gak bakal kesel disuruh jemput lo terus kalau begini.

Dan bener aja, semesta menjawab doa gue dan mungkin doa Fabio yang berharap tantenya gak bakal ngomel lagi kalau jemput di TK. Gue dengan seluruh kesadaran diri, tiap hari ngejemput Fabio tanpa paksaan, tanpa drama marah-marah. Gue dengan senang hati datang lebih awal. Cuma buat ngelihatin Yoshi yang ngajar dan main dengan bocah-bocah di TK itu.

Suatu hari, Yoshi minta kontak gue.

Gue ulang, Yoshi minta kontak gue!

Sebulan kemudian, Yoshi nembak gue.

Dia nembak gue dengan segala kelembutan dia dan senyum sederhananya.

Kita pacaran.

Gak jarang, pacaran dengan membawa si Bocah Fabio yang lebih sering diurusin sama Mas Pacar dibanding sama tantenya sendiri. Dan bocah itu, entah kenapa lengketnya sama Yoshi, bukan sama gue.

Yoshi sering ngurusin dia, ngebujuk bocah satu itu tiap dia ngambek. Nurutin kemauan dia. Gak berhenti main meskipun Yoshi capek. Kadang gue malah pengen jewer si Fabio saking keselnya sama anak itu setiap gue ngelihat Yoshi kecapean.

Tapi Yoshi bilang gak boleh.

Gue pernah tanya, kenapa dia mau jadi guru TK sih, kenapa dia sesayang itu sama anak-anak yang bahkan bukan adek atau ponakan dia sendiri.

Dan jawabannya sederhana.

"Karena suatu saat, gue mau jadi Ayah yang hebat, Rin."

Lo tau gak? Rasanya gue mau meleleh, meletoy, meleyot.




Love,
Karina Alana.

10 Reasons WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang