4. Freya

2.8K 388 5
                                    

Freya bangkit dari duduknya, ia memeluk Remus sekejap, “Terima kasih, Remus. Untuk semuanya.”

Remus mengangguk diatas kepala Freya, ia menepuk pelan punggung Freya dengan pelan. “Tak apa. Dari dulu kau sudah kuanggap keluargaku, Frey.”

Freya mendongak, ia tersenyum dengan matanya yang masih berlinang air mata. “Apa aku masih boleh memanggilmu ‘Dad’?” Tanyanya dengan tawa kecil di akhir, Remus ikut tertawa.

“Kalau kau nyamannya begitu, boleh saja. Lagipula, aku memang lebih cocok jadi ayahmu, kalau dilihat-lihat.”

“Tepat sekali! Kau harus segera mencari ibu untukku, Dad!”Freya melepas pelukannya dan berjalan menuju pintu keluar.

Remus menunduk dan menggaruk tengkuknya. “Belum saatnya.”

Freya mengangguk mengerti. “Eumm—Terima kasih sudah mau mendengar dan menceritakan segalanya padaku, Dad!”

“Sama-sama, Darl.”

Freya keluar dengan lesu. Ia menghela nafasnya beberapa kali sebelum akhirnya ia berbelok di ujung koridor, menuju kamar mandi. Ia masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi dan mengeluarkan tangisan yang ia tahan sejak tadi.
***

“Hei, Fred. Apa kau atau George, atau mungkin kalian berdua, mengerjai Freya?” Angelina menghampiri Fred dan George yang masih saling bercanda di aula.

“Tidak. Kami tadi baik-baik saja. Well, George memang mengolok-oloknya tapi, seperti biasa, Freya tidak pernah tersinggung. Dan bersikap biasa saja.” Fred menatap heran pada rekan Quidditchnya itu. Ia kemudian menatap sekilas ke arah George.

“Ya, dia bersikap biasa saja. Ada apa emangnya?”

“Apa kau yakin candaanmu tak keterlaluan? Kau bisa saja mengatakan hal itu, siapa tahu kali ini benar-benar menyinggungnya. Apa yang kau bicarakan tadi padanya?”

George mengernyit bingung. “Baiklah, Angelina. Bisakah kau langsung ke intinya? Kenapa memangnya dengan Freya?”

Angelina mendengus, “Aku barusan dari toilet di dekat kelas DADA. Kau tahu toilet itu emang lumayan sepi bukan?” Angelina memelankan suaranya, “—aku gak sengaja melihat Freya keluar dari ruangan Prof. Lupin. Matanya sembab. Aku mengikutinya dan dia menuju toilet. Tapi aku justru mendengar tangisan histerisnya di dalam sana. Aku bahkan harus menyuruh siswi yang hendak memakai toilet itu pergi.  Apa itu karena kalian? Kalau iya, kalian sudah keterlaluan! Kalian mencari gara-gara juga dengan Prof. Lupin!”

Fred dan George saling bertatapan. Tanpa aba-aba, George langsung bangkit dan pergi dengan tergesah.

“George! Kau mau kemana! Sore ini kita ada latihan Quidditch!” Teriak Angelina. Namun, tidak digubris oleh George.

“Biarkan saja dia dulu Angelina. Dia pasti latihan nanti. Dan satu lagi, aku yakin Freya menangis bukan karena candaan kami. Kami juga tahu batasnya jika bercanda, terutama dengan dia… apalagi kau. Biar George yang menanganinya.”

Angelina menatap tak yakin ke arah Fred. “Akan kubunuh kalian kalau macam-macam dengannya.”

Fred menatap horror Angelina. “Oh, Astaga!”
***

George berjalan menyusuri koridor, menuju toilet yang dimaksud Angelina tadi. Pikirannya mulai bertanya-tanya. Apa Freya dan Professor Lupin terlibat perbincangan yang tidak enak? Atau mimpi yang diterima Freya adalah sesuatu yang buruk sehingga Professor Lupin memarahinya? Ia tak tahu. Ia akan bertanya hal itu pada Freya, jika gadis itu sudah tenang. Atau mungkin, ia akan membawa Freya ke dalam dekapannya yang katanya hangat itu dulu dan menenangkan gadis itu.

Freya keluar dari kamar mandi dengan kepala tertunduk, tapi George dapat melihat bahwa wajah gadis itu basah, beserta rambutnya. Pasti ia membasuhnya agar terlihat lebih segar dan menyamarkan sisa-sisa air matanya. George membuntuti Freya beberapa langkah di belakang gadis itu. Ia berjalan pelan dan tertunduk. George terus mengikutinya dengan diam. Tak mau mengusik gadis itu. Hingga mereka berhenti di danau hitam.

“Freya…” George akhirnya mendekati Freya.

Freya langsung berbalik, ia sedikit kaget. “George? Sejak kapan kau dibelakangku?”

“Sejak aku keluar dari toilet.” George menatap Freya sejenak, “—apa pembicaraan kalian berjalan lancar? Kau terlihat lesu sekali.”

Freya tersenyum dan mengangguk. “Lancar. Aku hanya—entahlah.” Freya duduk di bawah pohon. Menatap lepas ke arah Danau Hitam. George duduk di sampingnya.

“Ada apa?” George menatap Freya khawatir karena mata gadis itu berkaca-kaca kembali.

“Tidak apa. Hanya saja—aku belum bisa cerita padamu. Tak apa, kan?” Ujarnya dengan suara yang bergetar.

George mengangguk pelan. Meski penasaran, sangat penasaran, tetap saja ia tak bisa memaksakan Freya untuk berbicara. Mungkin saja itu adalah bagian dari masalah keluarga mereka yang seharusnya tidak boleh diungkapkan. George memaklumi. Setidaknya, sampai Freya berniat mengatakan sendiri padanya.
***

“Apakah sakit sekali, Draco?” Freya menoleh ke belakang sekejap. Ia meringis geli melihat Draco yang tengah menyombongkan dirinya yang terluka saat kelas dengan Hagrid tadi siang.

“Rasa sakitnya datang dan pergi. Tetap saja, aku menganggap diriku beruntung. Kalau bukan karena Madam Pomfrey terlambat satu atau dua menit lagi, aku bisa kehilangan tanganku.” Pansy menatap Draco khawatir.

“Kenapa dia?” Tanya Geroge yang ikut memperhatikan Draco.

Freya kembali melanjutkan mengerjakan tugasnya. Fred dan George menunggu jawaban dari gadis yang duduk di antara mereka itu. “Terluka. Dia diserang Buckbeak tadi siang. Dia bertindak menyebalkan karena iri dengan Harry. Seperti biasa.” Freya memasang raut kesal.

“Sayang sekali tangannya tidak hilang.” Sahut Fred.

“Bocah itu memang sombong. Dasar anak manja!”

Freya tersenyum kecil mendengar ejekan kedua Weasley itu.

“DIA TERLIHAT! DIA TERLIHAT!” Seamus Finnigan, berlari ke arah meja dengan sebuah korang di tangannya.

“Siapa?” Tanya Ron, sedikit kaget.

“Sirius Black!”

Beberapa anak Gryffindor mengerumuni Seamus yang berdiri tepat di sebrang George, Freya, dan Fred. Freya sontak berdiri mendengar nama Sirius Black disebutkan. Ia memperhatikan Koran yang dibawa Seamus.

“Dufftown? Itu gak jauh dari sini.” Ujar Hermione.

“Dia gak mungkin datang ke Hogwarts, kan?” Neville bersuara dengan wajah ketakutan.

“Enggak lah! Dementor ada di setiap pintu masuk!” Ujar George.

Seamus menatap George, “Dementor? Dia sudah pernah menyelinap melewati mereka, bukan? Dia bisa saja lolos sekali lagi.”

Freya menggigit bibirnya. Ia menghawatirkan Sirius kalau-kalau pria itu tertangkap lagi. Freya ingin sekali bertemu dengannya, tapi ia yakin ia tidak bisa. Waktunya tidak tepat.

“Apa yang Sirius Black ingin dapatkan di Hogwarts.”Gerutu Fred.

“Entahlah, apa dia mau membunuh semua orang yang ada di Hogwarts? Dia bisa saja melakukannya, dia pelahap maut, dan dia pernah menghianati sahabatnya.” Kata Neville. Freya meremas tangannya. Kupingnya rasanya panas sekali mendengar Sirius yang dijelek-jelekkan.

Seamus menatap Neville.  “Mungkin saja. Dia sudah gila! Dia bisa saja membantai semua orang disini!”

Freya mengepaki buku-bukunya. Ia memasukkannya ke dalam totebag dan beranjak pergi. “Kau mau kemana?” George menahan tanga Freya.

“Aku mau kembali ke asrama. Aku sedikit pusing, mau istirahat. Aku duluan.” Freya menepuk singkat bahu Fred dan George.

Fred dan George mengamati punggung Freya yang perlahan menjauh. Kemudian, Fred menatap saudara kembarnya itu. “Dia kenapa lagi? Seharian dia bertingkah aneh.” Ujarnya.

“Entahlah, Fred. Dia sepertinya sedang banyak pikiran.”

Fred berdehem. “Ya, aku rasa juga begitu. Sepertinya aku melihat beberapa rambutnya sudah kriting.” Candanya dan George langsung menoyor pelan bahu saudaranya itu.

“Apa aku harus menyusulnya?” Tanya George, ragu.

Fred tergelak. “Ada apa denganmu juga, Bro? Susul saja, aku rasa dia gak menuju asrama,” Fred melihat sekilas Freya yang berbelok, “—karena seingatku itu bukan jalan menuju asrama.”

George mengangguk dan mengikuti Freya dari belakang. Sungguh, sepertinya seharian ini George menjadi stalkernya Freya. Dia terus mengekori gadis itu diam-diam.

Freya berhenti ketika ia sudah berada di menara astronomi. Ia mendekati balkon dan menatap lepas kearah pemandangan di luar Hogwarts. Matanya menyapu setiap sudut yang bisa ia jangkau. Berharap ia mendapati sedikit pergerakan saja, dari Sirius.

George ingin mendekati Freya. Namun, langkahnya tertahan saat Freya bergumam dengan sedikit kencang. Sehingga George mampu mendengarnya. Bahkan, ia sedikit kaget dengan gumaman Freya. Yang ia pikirkan, kenapa Freya bergumam seperti itu?

“Sirius… Kau dimana? Aku bisa membantumu masuk dan bersembunyi di Hogwart.”

---
To be  ontinue
Next?

Freya [xGeorge Weasley]Where stories live. Discover now