Dear, My Healer, Sorry

1.2K 194 584
                                    

Halo... setelah baca short story ini kalian bisa lanjut ke ROMANCNG RHAPSODY ya

Happy reading ^^
.
.
.

Apakah manusia yang terlahir dari rahim seorang wanita perusak rumah tangga orang, tidak mempunyai hak untuk hidup secara normal?

Seorang gadis berambut hitam sebahu tengah merasakan kesakitan, peluh membanjiri bersama getar-getar kecil yang mendominasi seluruh tubuhnya. Yeon Bitna, tidak seperti namanya yang berarti bersinar, hidupnya kian redup seiring untaian silabel sarat akan pembataian mental yang diterimanya setiap hari.

Hari ini, tepatnya di sebuah rooftop sekolah yang sepi, dia kembali diingatkan bahwa dirinya tidak lebih dari seonggok benalu yang menggerogoti tanaman semangnya. Pukulan, tendangan, serta guyuran tepung dan telur busuk sering kali dia alami tanpa ada perlawanan dan pahlawan yang menolong. Semua orang menatap Bitna dengan beragam. Ada yang dengan puas mengangguk seolah berkata kau memang pantas diperlakukan seperti itu, ada pula yang memandangnya iba. Bagaimana dengan pihak sekolah? Tentu mereka menutup rapat kasus ini, terlebih karena pelaku perundungan tersebut merupakan anak donatur terbesar sekaligus saudara dari si korban. Miris, bukan?

Bugh ....

Suara tubuh yang termundur membentur tembok akibat tendangan telak di perut, terdengar begitu keras. Tendangan yang dilayangkan sepenuh hati itu begitu menyakitkan, memberikan efek denyut yang mampu melemahkan neuron di kaki Bitna. Gadis itu ambruk dengan tangan ditahan di kedua sisi, kepalanya tertunduk lemah dengan napas memburu disertai buliran kristal bening meluncur bebas di pipinya.

Plak ....

Sebuah tamparan kini melayang seiring wajah yang didongakkan paksa oleh salah satu perundung. Bitna hanya mampu mengulum bibir, mencoba menghalau rasa sakit yang menghunjam perut dan wajahnya. Gadis itu disudutkan dan dikelilingi oleh lima orang siswi dengan Yeon Eunbyul sebagai ketuanya.

"Apa kau belum ingin mati, eoh!" teriak Eunbyul dengan mata memicing berbahaya. "Bukankah aku sudah bilang bahwa darah yang mengalir di tubuhmu itu menjijikan? Kau ini sama seperti ibumu, dasar jalang murahan!"

Bitna susah payah menelan saliva guna membasahi tenggorokannya yang terasa kering. "K-kenapa kau sangat membenciku?" tanyanya lirih dengan bulir bening yang bertambah deras, menampilkan ekspresi kesakitan sekaligus putus asa. Sementara dalam hati, dia sibuk membenarkan semua perkataan Eunbyul. Hadirnya ke dunia adalah sebuah kesalahan, menghadirkan luka mendalam pada kebahagiaan sebuah keluarga, menimbulkan dendam, dan tentu deraian air mata yang tak terhitung banyaknya. Apa mati adalah jalan terbaik? Apa segala kesakitannya akan berakhir jika dia mati?

Eunbyul berdecih remeh. "Masih bertanya kenapa? Astaga, dasar tidak tahu diri!"

Bitna berusaha menggenggam fokus diri, rasanya sesak sekali. Bagaimana bisa dia hidup dan tumbuh sampai sebesar ini, bila kehadirannya selalu menyakiti orang lain? Kilatan mata penuh emosi itu menatap begitu kejam menyurutkan keberaniannya yang semakin terkikis habis.

Bitna mengaku salah, sangat salah ....

Bugh ....

Suara pukulan itu kembali mengudara telak pada ulu hati, menimbulkan sensasi mual yang tidak berkesudahan hingga memburamkan pandangannya. Bitna meringis dengan pejaman mata terlampau erat sampai titik-titik hitam mulai mendominasi dan merenggut kesadarannya.

Gadis-gadis itu tertawa melihat Bitna pingsan, kemudian menaburkan satu kantong terigu dan memecahkan tiga telur busuk. "Dasar lemah!"

***

Hidup Bitna mungkin tidak akan setragis ini jika saja sang ibu tidak meninggalkannya. Mereka hidup cukup bahagia di sebuah desa di Busan dengan bertani sebagai mata pencaharian. Bertahun-tahun, mereka lalui tanpa kesusahan berarti hingga takdir buruk menimpa sang ibu. Wanita itu divonis mengidap kanker rahim dan cukup rapi menyimpan penderitaannya seorang diri hingga maut menjemput.

Kumpulan Short Story By Ranesta13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang