Chapter 25

957 74 3
                                    

Trust me!
Takdir Allah, jauh lebih baik daripada rencanamu.
__________________________

Tubuh Alia seakan lemas tak berdaya, ketika mendengar ungkapan dari Firda. Ternyata, benar saja dugaannya. Asheeqa ingin menjadi pendonor jantung untuk ayahnya, namun bukan karena bunuh diri, melainkan karena kecelakaan tak disengaja.

Alia menggeleng lemah. "Enggak mungkin. Asheeqa masih hidup. Jawab Alia, Ma! Asheeqa masih hidup, 'kan? Asheeqa baik-baik saja, 'kan?"

"Mama, tidak tahu," jawab Firda seadanya.

Di lain tempat, Dokter Arya berlari tanpa peduli dengan sekitar. Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah dia bisa melihat Asheeqa untuk yang terakhir kalinya. Dia sudah mengetahui bahwa Asheeqa tertabrak mobil di persimpangan jalan raya.

Asheeqa adalah gadis yang hebat, bahkan Dokter Arya telah merelakan waktunya terbuang, hanya untuk mencari tahu tentang hal yang berkaitan dengan self harm atau self injury. Seperti, membawa benda tajam dan melakukan apa saja jika benda tajam itu tidak dibawa olehnya, yang terpenting orang itu bisa melampiaskan emosi dengan cara menyakiti dirinya sendiri. Dan hal itu membuat Dokter Arya semakin yakin, bahwa Asheeqa memiliki sejumlah penyakit pada kejiwaannya.

Langkah demi langkah, Dokter Arya berlari. Tujuannya saat ini adalah, melakukan tugas dan amanat yang dititipkan oleh Asheeqa, yaitu mendonorkan jantungnya untuk Fadlan. Dokter Hans, Dokter Roby, Dokter Aldi, Dokter Doni, Dokter Farel, Dokter Dimas, dan Dokter Tino juga berlari mengikuti Dokter Arya dari belakang. Sementara, beberapa suster sedang menyiapkan ruang untuk operasi.

Rumah sakit elite yang memiliki fasilitas lebih dari cukup. Jadi, tidak heran jika satu pasien saja terkadang memiliki dua sampai tiga perawat. Dan, memang biasanya untuk melakukan operasi tidak bisa dilakukan sendiri.

"Asheeqa," lirih Dokter Arya yang melihat Asheeqa bersimbah darah.

"Dokter, siapkan brankar!" ucap Dokter Aldi yang ikut membantu memapah Asheeqa, lalu membaringkannya di brankar.

"Dokter Arya, segera!" Perkataan Dokter Hans telah menyadarkan Dokter Arya untuk kembali ke dunianya, bahwa ada nyawa seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan darinya, untuk sekadar bertahan hidup.

Wafi hanya bisa menatap nanar ke arah Asheeqa yang akan mulai ditangani oleh beberapa dokter. Dirinya tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Wafi," panggil Dokter Arya.

"Dokter Arya, tolong lakukan yang terbaik untuk Asheeqa!" pinta Wafi dengan lirih.

"Saya tidak yakin, untuk membantu operasi--"

"Tidak, Dok! Asheeqa tidak akan menjadi pendonor untuk ayahnya. Dokter Arya tahu korban kecelakaan semalam? Orang itu yang akan menjadi pendonor jantung untuk pak Fadlan," ungkap Wafi membuat Dokter Arya tersenyum tipis.

"Biar saya memastikan. Korban semalam yang kamu maksud, atas nama, Sutrisno Wijaya. Benar?" tanya Dokter Arya yang melihat data diri beberapa korban kecelakaan dalam bulan ini.

Wafi mengangguk. "Iya, Dokter. Setelah ini, saya dan orang tua saya akan membawa Asheeqa ke Singapore, untuk menjalankan terapi dan berusaha menghilangkan bipolar disorder serta self harm yang ada di dalam diri Asheeqa."

"Bipolar disorder? Terapi untuk Asheeqa? Saya mendukung keputusan kamu." Dokter Arya menepuk pelan bahu Wafi.

"Tolong rahasiakan hal ini, Dok! Terutama, untuk pak Fadlan dan keluarganya. Tolong buat seakan Asheeqa yang menjadi pendonor jantung untuk ayahnya," kata Wafi. Dokter Arya pun mengangguk setuju.

"Saya, janji," sahut Dokter Arya yang cukup membuat Wafi merasa lega.

--oOo--

Dokter Hans, Dokter Roby, Dokter Aldi, Dokter Doni, Dokter Farel, Dokter Dimas, Dokter Tino, dan Dokter Arya dengan beberapa suster sudah siap melakukan langkah pertama, yaitu mengangkat jantung pasien penerima donor. Langkah ini cukup sulit apabila pasien sudah beberapa kali melakukan operasi, tetapi Fadlan sama sekali belum pernah melakukan operasi pada jantungnya. Jadi, kemungkinan akan lebih mudah.

Langkah selanjutnya adalah memasang jantung dari pendonor. Proses implantasi jantung ke penerima adalah prosedur termudah daripada proses sebelumnya.

Beberapa menit telah berlalu, operasi telah dinyatakan berhasil. Namun, akibat cairan yang disuntikkan kepada tubuhnya, Fadlan menjadi tidak sadarkan diri. Dokter tidak bisa memastikan, kapan Fadlan akan bangun dari pingsannya. Entah, hari ini, esok, atau nanti.

Saat ini, mereka sedang menunggu di depan ruang operasi. Nurul menyembunyikan wajahnya pada kedua lulutnya sambil menangis tersedu-sedu, sementara Alia memeluk Nurul dari samping untuk mencoba menenangkannya, tetapi Alia justru ikut menangis. Firda berdiri tidak jauh dari mereka dengan tatapan kosong, seakan dunianya telah berhenti berputar. Farha dan Zaki pun sengaja ikut andil, untuk mencairkan suasana.

Zaki sebenarnya tidak menganggap Fadlan sebagai rivalnya, hanya saja Fadlan yang selalu mencari masalah dengannya dan Zaki pun hanya mengikuti alur yang dibuat oleh Fadlan. Padahal, di masa lalu Zaki dan Fadlan adalah dua orang yang bersahabat dekat dan memiliki cita-cita untuk menjadi orang sukses. Namun semuanya berubah, ketika Fadlan mulai ingin menang sendiri.

Sejauh ini, Zaki dan Farha beranggapan bahwa Asheeqa hidup dengan penuh penderitaan. Sampai akhirnya, mereka mengetahui kenyataan pahit bahwa Asheeqa mengidap self harm or self injury serta bipolar disorder, setelah Wafi mengungkapnya.

"Bunda dengar, ayah kamu mau dioperasi ya?" tanya Farha.

"Iya, Bunda." Asheeqa menganggukkan kepalanya.

"Jadi benar, Fadlan itu ayah kamu?" tanya Zaki dan dijawab anggukkan kepala oleh Asheeqa.

"Asheeqa boleh minta tolong?" tanya Asheeqa ragu-ragu.

"Boleh, Sayang. Apa yang bisa kami bantu?" tanya Farha yang mengusap kepala Asheeqa.

"Asheeqa mau secepatnya menikah dengan kak Wafi. Maaf, jika kesannya enggak sopan dan memaksa--"

"Kamu mau menikah dengan Wafi, Nak? Akhirnya, Bunda akan segera memiliki cucu," sahut Farha dengan antusias.

"Bunda, Papa, Asheeqa sangat ingin tahu seberapa besar perasaan sayangnya ayah kepada Asheeqa. Setidaknya, Asheeqa membutuhkan waktu untuk berdamai dengan keadaan. Tolong, bantu Asheeqa pergi yang jauh, sampai mereka mengira bahwa Asheeqa telah meninggal dunia. Asheeqa enggak mau bohong, tapi Asheeqa juga masih memiliki perasaan. Jujur, Asheeqa kecewa sama ayah. Secara enggak langsung, ayah mengira bahwa Asheeqa adalah perempuan liar yang telah ternoda--"

Firda mengingat kembali perkataan Asheeqa, saat itu. Gadis malang itu meminta bantuannya untuk menutup rahasia ini, sampai dia benar-benar bisa berdamai dengan keadaannya. Namun, kehendak lain terjadi. Asheeqa kecelakaan dan terluka cukup parah, padahal hal itu sama sekali tidak termasuk dalam rencananya. Niatnya, setelah Asheeqa pulih, Farha dan Zaki akan mempersiapkan rencana awal untuk membawa gadis itu ke Singapore. Selain untuk bersembunyi, sekaligus untuk melakukan terapi.

"Oma, Kak Asheeqa akan baik-baik saja 'kan?" tanya Leon dengan suara berbisik di telinga Farha.

"Kamu berdoa ya, Sayang!" pinta Farha dan dijawab oleh Leon dengan menganggukkan kepalanya.

--oOo--
TBC
To Be Continue

Asheeqa's Dream [COMPLETE]✔Where stories live. Discover now