Tentang Kita

987 70 6
                                    

Sepasang kaki mungil itu berjalan memakai sepatu ukuran tiga puluh empat. Tingginya sekitar 140 cm. Punggungnya menggendong tas dengan tulisan Haechan menggantung di resletingnya. Ditangan kanan menggenggam es krim strawberry yang sudah mulai mencair hingga ke tangan kecil itu. Lidahnya menjilat eskrim tanpa henti. Mulutnya yang belepotan tak dihiraukan. Berjalan melewati kelas-kelas yang sudah mulai kosong karena sudah lewat jam pulang sekolah.

"Huh. Kan bajunya jadi kotor. Kakak udah bilang kalo makan eskrim itu duduk. Kakak udah bilang berkali-kali masih saja diulang. Kalo seragamnya nggak dipake besok sih nggak masalah. Besok masih masuk sekolah," oceh laki-laki yang baru saja menghampiri Haechan.

Haehan yang masih asik menjilat es tidak menghiraukan ucapan dari laki-laki yang baru saja keluar dari ruang kelasnya itu.

"Echan dengerin kakak tidak?" ucapnya lagi sambil mengusap wajah Haechan dengan tisu. Membersihkannya dari eskrim yang tertinggal di wajah manisnya.

Haechan akhirnya mengalihkan pandangan ke kakaknya itu. Tersenyum manis tanpa merasa telah melakukan kesalahan.

"Echan dengerin kakak kok. Tapi mataharinya aja yang nakal. Bikin esnya Echan mencair trus kotorin baju Echan."

Laki-laki dihadapannya itu hanya menggeleng. Menghembuskan nafas pelan.

"Sudah ayo pulang," ajaknya sambil menggenggam tangan kiri Haechan setelah memastikan wajah Haechan bersih. Haechan hanya menurut dan mengikuti.

"Kak Mark mau eskrimnya?" tawar Haechan sambil mengulurkan tangannya yang berisi eskrim.

Laki-laki yang di panggil kakak itu bernama Mark. Jung Mark dan Jung Haechan. Kakak beradik dengan kemiripan 1%, yaitu sama-sama laki-laki.

99% segalanya tidak sama.

"Tidak mau bekas mulutmu. Bau."

"Ya sudah Echan habiskan. Besok-besok Echan tidak mau nawarin kakak makan lagi. Mulut kakak pedas, padahal tidak suka makan pedas. Echan bingung."

Mark tersenyum tipis sambil terus berjalan menggenggam tangan Haechan. Dengan Haechan yang hanya mengikuti Mark membawanya ke rumah.

Tak ada ucapan yang keluar dari mulut Mark selama perjalanan. Laki-laki berumur dua belas tahun itu hanya berdehem menanggapi ocehan Haechan. Jarak umur mereka memang hanya satu tahun, tapi kelakuan Haechan sangat jauh berbeda dengan Mark.

Seperti sekarang. Ketika melihat ada anak anjing yang sedang bermain di lapangan kompleks rumah mereka, dengan cepat Haechan melepaskan genggaman tangan Mark dan berlari menuju anak anjing itu. Dengan mulut terbuka lebar dan mata berbinar-binar.

"Waa!!! Lucu sekali!!!" teriaknya saat mengelus anak anjing berwarna putih itu.

Mark lagi-lagi hanya geleng-geleng kepala sambil berlari ke arah Haechan.

"Lihat kak lucu sekali! Ayo bawa pulang!"

"Chan, itu mungkin ada yang punya. Nanti kalau yang punya cari bagaimana?"

"Tapi Echan mau..."

"No. Ayo pulang, Bubu sudah menunggu."

Mark kembali menarik tangan Haechan untuk berdiri. Namun, pemilik tangan itu melepasnya.

"Echan mau anjingnya kakak!"

Everything For You [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang