Bab 33|Cinta Teungku?

1.4K 76 3
                                    

Part of Teungku

Kalian mungkin tidak suka dengan kepribadian ku yang linglung ketika tak lagi mengejar gadis itu untuk terakhir kalinya. Aku yang tidak memperjuangkan hubungan kami. Aku mungkin salah.

Aku mengenal gadis itu jauh sebelum aku pindah kos, jauh sebelum Eki bercerita banyak tentang gadis itu. Aku mengenalnya ketika masa PKKMB( Pengenalan kehidupan kampus mahasiswa baru), saat itu masih masa pandemi, jadi PKKMB dilangsungkan secara online. Aku saat itu iseng, di tengah kebosanan menjalani PKKMB online, aku menggeser beberapa slide room zoom itu. Aku ingin melanjutkan, tapi pergerakan satu mahasiswi membuat diriku tertarik. Perempuan itu tersenyum manis, ada lesung pipi, aku jadi ikut tersenyum karenanya.

Kemudian selayaknya sedang bercermin, gadis itu menguyel-uyel pipinya yang berisi, kemudian tertawa karena pipinya berubah jadi merah akibat ulahnya. Aku tertawa ketika ayah gadis itu muncul di layar, panik, itu yang dirasakan gadis itu. Aku bisa melihat kepanikan di wajahnya ketika ia berusaha untuk menyingkirkan ayahnya dari tampilan layar. Lucu.

Kemudian aman, tidak ada hal lain yang dilakukan gadis itu. Tapi aku tidak ingin beranjak dari kegiatan ku. Gadis itu lumayan untuk dijadikan tontonan. Lalu tidak berselang lama, ada laki-laki lagi, kali ini adiknya. Menyembul ke arah layar, kemudian mereka berdebat, aku gak tau apa-apa soal perdebatan mereka, soalnya mic gadis itu dibisukan. Tapi tetap aja terlihat lucu.

Ternyata gadis itu mengalah, ia beranjak dari duduknya, tidak perduli dengan adiknya yang sekarang menguasai layar. Aku terkekeh melihat pakaian gadis itu. Diatas kemeja putih rapi, tapi dibawah pake piayama kuning cerah. Lalu ia kembali dengan sepiring kerupuk yang terlihat baru di goreng. Oh, makanan untuk adiknya, lucu juga.

Itu awal mula aku mengenal Angeli Silaban pemilik NPM F1C021034, anak Fisika angkatan 21. Aku terus berharap suatu saat nanti, aku dapat bertemu dengannya, bertanya apa yang mereka perdebatkan kala itu dengan adiknya. Aku juga ingin melihat senyumnya yang tidak bisa aku lupakan. Kalau ternyata cinta pada pandangan pertama itu ada, sepertinya aku mengalami hal itu. Tapi itu berlalu gitu aja, setelah hari itu, aku tak pernah melihat gadis itu lagi. PKKMB Universitas hanya dilakukan satu hari itu, selanjutnya akan dilakukan PKKMB Fakultas, sedangkan aku dan dirinya tentu berbeda fakultas.

Lalu Eki pun mulai banyak bercerita, dulu aku sempat pesimis dengan orang yang diceritakan oleh Eki. Aku tidak berharap banyak, nama Angeli kan cukup banyak. Nama itu nama yang sangat familiar dan banyak dipakai.

"Siapa tadi namanya?" Aku berharap tidak salah dengar kala Eki menyebutkan nama itu, waktu pertama kali dirinya bercerita.

"Aish, telinga dua gak kepakai, namanya Angeli Silaban, anak fisika, seangkatan sama kita," aku ingin berteriak kesenangan, 2 tahun akhirnya aku menemukan gadis itu. Senang banget, aku excited banget dengerin Eki ngobrol panjang lebar cuma perihal gadis itu. Aku gak tau Eki suka atau nggak sama dia, pokoknya aku dapet kabar gadis itu aja lumayan. Tapi aku serakah banget, cerita Eki gak menarik lagi. Sahabatku satu itu gak kooperatif, setiap ku tanya dia langsung alihkan topik. Aku jadi gak tau kabar gadis itu. Akhirnya aku putuskan dengan matang-matang. Aku tak ingin dengerin Eki bicara banyak tentang dia. Aku lebih suka lihat gadis itu secara nyata. Aku pengen lihat senyum dia.

Setelah pindah, aku senang banget. Aku bisa lihat dia dari jarak dekat. Apalagi kala itu gadis itu gak pulang kampung, beda sama Eki. Tapi aku iri, Eki foto sama gadis itu di Gereja, beberapa kali. Sok banget, seharusnya kan ajak aku!

Gadis itu tampak cantik dengan dress Hijau Hitamnya, meskipun Eki papnya aneh, papnya dari jauhh, sewaktu gadis itu baca puisi. Meski kek buram, aku apresiasi, soalnya tetap manis dan cantik.

Gadis itu juga tampak cantik dengan balutan kemeja putih dan celana dasar hitam. Dia gak pake dress saat itu, meski sama-sama manis, aku lebih suka dia pake dress, lebih kelihatan manisnya. Hehe. Saat itu, Eki nemplok banget sama gadis itu, kan aku jadi panas dingin. Gak suka banget.

Lalu, gadis itu juga tampak cantik dengan balutan drees biru, serius, disini dia tuh cantik banget. Rambutnya digerai cantik, polesan wajah nya juga manis banget, aku gak bohong. Senyum nya juga gak kalah manis, cantik poll. Tapi, sialnya dia foto sama Eki lagi, apalagi setelan jas yang dipakai Eki dalamannya kemeja biru. Senada gitu, aku gak selera lihat Eki. Wajahnya songong, pengen pukul.

Itu beberapa foto gadis itu saat natal, tentu saja aku lihat di story WhatsApp Eki. Tambah kesal kalau ingat itu.

Sebenarnya kami udah saling sapa di bulan Desember, cuma ya gitu, canggung. Meski aku gak terlalu suka kehadiran Eki diantara kami, aku cukup berterimakasih, sebenarnya tanpa Eki aku tidak bisa berkenalan dengan gadis itu. Thanks Eki, but aku gak suka cerita mu tentang gadisku. Busuk pala kau🖕🖕🖕

Setelah pembuatan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) kami lebih dekat, dan aku sampai ditahap gadis itu akhirnya menyukai ku. Aku senang? Jangan ditanya, banget malahan. Akhirnya cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Tapi rasanya aku melakukan hal yang salah. Kami kan memiliki pembatas yang sangat tinggi. Aku takut kalau gadis itu terjatuh saat memanjatnya. Aku juga takut melewati tembok itu, ada banyak duri ternyata. Rasanya begitu menyakitkan ketika aku tak bisa memilih antara gadis itu dengan sang pencipta. Aku tak ingin mengecewakan siapapun. Jadi, biarkan gadis itu yang memilih.

Tapi aku orang yang sangat serakah, aku pikir dengan membangun jarak, gadis itu paham dengan apa sebenarnya yang aku mau-walaupun sebenarnya gadis itu paham sih. Ia juga memilih menjauh, bukan lebih tepatnya, menghilang. Aku benar-benar buta kabar dari gadis itu. Ia hilang, tapi hanya dariku saja. Buktinya Eki, Amel, bahkan Dio yang baru beberapa bulan ia kenal masih tukar kabar dengannya. Aku berusaha, berusaha nelpon dan chat gadis itu, sialnya centang satu. Aku di blokir.

Aku tau aku salah, tapi apa sehebat ini dia harus hukum aku? Apa sekentara ini dia menunjukkan dia bisa hidup bahagia tanpa diriku? Ulang tahun gadis itu adalah hari yang paling aku tunggu, aku sudah menyiapkan buket Matahari kesukaannya. Gadis itu memang sedikit aneh, dia tidak terlalu suka hal manis, coklat yang dulu aku berikan pun membutuhkan dua hari penuh untuk menghabiskannya. Aneh kan? Padahal Silverqueen seenak itu. Disaat cewe lain suka mawar, gadis itu malah terobsesi dengan bunga matahari, ia bahkan menanam beberapa pot bunga matahari, dijaga sampai berbunga. Cantik. Aku jadi suka sama bunga matahari juga.

Tapi nyatanya perempuan itu tak kunjung memberi maaf. Aku tak diundang. Hanya orang-orang yang dekat saja. Aku juga tak bisa memberikan ucapan selamat ulang tahun. Nomorku di blokir, media sosial nya dihapus, jadi dari mana lagi aku bisa berkomunikasi dengan gadis itu?

Jadi apakah semua ini salahku?

Tidak! Aku tidak salah, apalagi gadisku itu, dia tak pernah salah. Kami hanya dua insan yang dipertemukan tapi tidak dipantaskan bersama. Kami dua insan yang memiliki banyak persamaan tapi satu perbedaan yang tak akan bisa menyamakan kami.

Sudahlah, kisah kami berakhir. Aku tak akan mengganggu gadis itu. Kami akan hidup dengan kebohongan bahwasanya kami tak pernah saling kenal. Kebohongan manis yang pahit.

Hebat! Kisah kami benar-benar hebat.
Tanpa debat tau-taunya tamat!

Selamat melegenda, gadisku. Gadis dengan lesung pipi yang cantik. Cinta pandangan pertama yang tak bisa kugapai.

Maybe in another life, huh?! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang