18. Home (🎵)

1.4K 408 64
                                    

🎶: Membasuh - Hindia, Rara Sekar
















Pernah rasanya mau kabur. Usaha mengurangi atau berhenti dari alkohol dan obat-obatan ternyata gak seenteng yang pernah Adika kira. Mulai dari halusinasi, kepikiran, stress, hampa, ngerasa sangat bersalah. Pokoknya campur aduk-

"Adika!"

"Ya?"

"Ada yang mau ketemu."

"Hah?"

Pagi itu Adika sama sekali belum mandi, masih pakai kaos dan celana pendek karena lagi baca buku.

"Siapa?"

"Gak boleh dikasih tau siapa katanya."

Adika bingung, rautnya mengernyit karena kok ada yang dateng tapi gak bilang dulu? Adika berdiri dan keluar, dia terus jalan ke arah depan sampai akhirnya seseorang duduk di kursi tamu.

"Dea?"

Dea menoleh, dilihatnya Adika kelihatan baik-baik aja. Masih kurus sih iya.

"A,"

"Sama siapa kesini?"

"Sendiri."

Adika kelihatan gak percaya, dia berjalan keluar berusaha ngecek siapa yang dateng selain Dea, tapi gak ada. Betul cuma Dea. Dia balik lagi ke ruang depan, Dea masih disana.

"Udah makan?" tanya Adika.







Yassine dan Andrea daftar di Universitas yang sama, namun ternyata akhirnya malah beda. Setelah ikut yang lain-lain dan test, Yassine tetap gak masuk di kampus pilihan Andrea. Sementara Andrea masuk di dua kampus yang mana pilihan lainnya adalah pilihan Yassine. Dua pilihan mereka dibuat secara sepakat.

"Bae lah. Gue emang gak bakal nyampe juga otaknya kalo disana." ujar Yassine santai sembari otak-atik gitarnya.

Sementara Andrea masih diam, kepalanya menunduk gak diangkat. Dia berdiri diambang pintu kamar Yassine dan Dea.

Rasanya sedih, Andrea gak mau. Dari TK sampai SMA mereka selalu ada di sekolah yang sama. Bukan bosan yang ada, sekarang Andrea malah mau terus kayak biasanya.

Kalau dulu pasti mereka nyesel satu sekolah terus karena apa yang dilakuin mereka saling diaduin ke Anton dan Wendy. Mereka juga gak akrab di sekolah meskipun satu lingkungan. Sekarang keadaannya beda, Andrea mau terus bareng Yassine. Rasanya gak siap masuk lingkungan baru dan gak ada temen sama sekali. Sebab dimanapun Andrea ada, selama disitu Yassine juga ada, Andrea ngerasa aman. Rasanya tenang dan gak takut. Meski yang kelihatan mereka lempeng-lempeng aja.

Yassine yang sempet mikir Andrea bakal pergi dari situ menoleh waktu si bungsu gak gerak-gerak.

"Ea?" panggilnya.

Yassine berdiri, ditaruhnya gitarnya kemudian berjalan mendekati adiknya.

"Lu kenapa-euh... Mewek..."

Andrea makin cemberut, "Anjing!"

"Eh?! Bilangin ke Mama!"

"Bilang aja sana!"

"Lu ngapain mewek?!"

"Gak tau!" jawab Andrea.

"Harusnya yang mewek itu gue."

Andrea langsung berbalik menuju kamarnya. Yassine lihatnya cuma ketawa. Dia tau si bungsu sebenernya kenapa. Sebenernya Yassine juga maunya bisa terus lihat Andrea, gimanapun juga Yassine gak mau adiknya kenapa-kenapa. Masalahnya karena Andrea lumayan bego karena gak bisa bedain mana yang betulan mau berteman atau cuma memanfaatkan. Kasus itu udah sering dialaminya dari SMP. Yassine khawatir, jelas.

Makanya waktu Axel berusaha deketin Andrea, Yassine susah banget percaya. Dia tau betul lingkungan pergaulannya gimana dan kebanyakan temen-temennya agak rese, tapi ternyata Axelle pengecualian.

Yassine masuk kamarnya dan gantung gitarnya. Sekarang gitar akustik milik Dea di kamar itu jadi punya teman, yang mana lagi kalau bukan kebanggaan Aydan. Ia keluar sambil pakai jaket dan menuju ke kamar si bungsu.

"Ea!"

Andrea yang diam di kamarnya dengan pitu terbuka menoleh, "Apaan?"

"Keluar, yuk."

"Nyari apa?"

"Nyari ribut." jawab Yassine.

Andrea mendelik.

"Ya nyari apa aja lah. Pake nanya. Itu masalah belakangan."

"Gak ada duit-"

"Gue yang traktir-"

"Tunggu. Cuci muka dulu."








"Jangan jadi pikiran. Jangan jadi kecil hati juga. Buat gue lu gak ada bedanya sama Idan, Ea." ujar Adika.

Dea cuma ngangguk. Adika gak bisa bayangin apa yang dirasain Biru dan Dea, terlebih karena Dea gak begitu pandai berekspresi. Adika juga gak akan bisa nebak-nebak.

"Denger-denger di rumah rame katanya. Ribut si bungsu dua milih kampus." suara Adika membuka topik lain.

Dea terkekeh dan mengangguk-angguk, "Rame, debat politik juga kalah kenceng sama mereka."

Adika ketawa, tiba-tiba keputar semua klip dimana adik-adiknya kalau ribut. Andrea yang gak mau kalah, Yassine ngeyel. Selanjutnya hening, gak ada lagi yang buka suara sampai akhirnya Dea nanya,

"Lu kapan pulang, A?"

"Dua mingguan lagi lah, lumayan padet disini ditambah balik juga giliran 'kan. Kemaren ada yang minta dituker gara-gara orang tuanya sakit. Harusnya hari ini gue balik, sih." jelas Adika.

Dea ngangguk-ngangguk, "Jangan bilang soal yang tadi ya, A."

Adika menatap adiknya lamat, "Lu yakin?"

Dea ngangguk.

"Mama sama Papa 'kan harus dikasih tau dari lama, biasa juga mereka gak nerima yang tiba-tiba. Eh, tapi bukan karena kejadian ini 'kan-"

"Enggak, lah." potong Dea. "Gue nyiapin ini dari lama, jauh dari sebelum gue tau tentang asal usul gue sama Biru."

Adika gak tau harus ngerasa gimana, bangga jelas tapi. Sebab nyatanya Dea mungkin bisa ganti apa yang pernah dikonsep buat Adika. Dea bisa lakuin apa yang Adika gak bisa.

"Lu udah masuk seleksinya atau-"

"Udah selesai, tinggal interview. Waiting list." jawab Dea.

Adika mengangguk-angguk. Dea ikut study exchange program. Di bayangan Adika kalau Dea lolos pasti di rumah mungkin sepi, atau mungkin enggak juga karena Andrea dan Yassine gak jauhan. Di bayangannya langsung terlintas Biru. Adik yang selalu kelihatan setiap hari, yang dari dulu satu kamar dengannya. Jadi kangen rumah.

"Oke. Kalo itu yang lu mau, kejar. Sukses buat lu."

"Amin." balas Dea.

Adika masih menatap adiknya dari sini, Dea masih kelihatan sama. Gak punya ekspresi apa-apa. Namun Adika bisa rasain kali ini agak beda, dari ngobrol aja Dea kerasa jadi lebih terbuka.

"Gue kangen lo di rumah, A."

Dengar itu Adika agak heran, dari dulu aja bahkan mereka gak deket tapi ternyata yang Dea rasain gak kayak yang Adika pernah pikirin.

"Gue bangga sama lo."

Dea menoleh, "Gue gak ada apa-apanya dibanding lo lah, A."

Adika menggeleng, "Lo keren."

Dea senyum, seneng.


























hampir lupa buat update :DD

Pumped Up KicksWhere stories live. Discover now