𖥻 Kedua.

2.8K 590 152
                                    

Lentera melangkahkan kakinya memasuki perpustakaan kampus sembari menunggu kedatangan Cempaka yang masih ada kelas hari ini. Ia sudah mengirimkan pesan pada Cempaka, bahwa Lentera akan menunggunya di perpustakaan.

Setelah menyimpan tasnya, Lentera berjalan menuju rak-rak buku, mencari sesuatu yang menarik untuk dibaca sembari menunggu. Ia menarik beberapa buku satu per satu, tapi belum menemukan yang cocok.

Bruk!

Sedang asyik melihat-lihat buku, Lentera mendengar suara benda jatuh. Ia menoleh dan melihat seorang gadis yang tak sengaja menjatuhkan buku-bukunya hingga berserakan di lantai. Lentera segera berlari kecil menghampiri gadis itu dan membantunya memungut buku-buku tersebut.

"Duh, makasih banyak yaa Lentera, yaampun.. Kepala gue lagi pusing banget jadi nggak lihat lihat jalannya" Kata gadis itu.

Lentera tersenyum, "Gapapa kok, Na, santai ajaa. Biar aku bantuin aja yaa bawain setengah bukunya. Mau di bawa kemana?" Tanya Lentera sambil memeluk tiga buku tebal yang sudah dipungutnya, menatap khawatir pada gadis yang terlihat pucat di depannya.

"Gausah, Len. Gue nggak mau ngerepotin. Biar gue aja yang bawa, lagian cuma ke meja dekat situ," jawab Ayana dengan ramah, mencoba mengambil alih buku dari Lentera. Tapi Lentera menolak.

"Nggak, aku bantuin aja. Keadaan kamu lagi kurang sehat, nggak boleh bawa buku sebanyak ini. Yuk, aku anterin," Lentera menuntun Ayana ke salah satu meja di perpustakaan.

Setelah sampai, Lentera menaruh buku-buku di meja dan membantu Ayana duduk. Ia menatap khawatir pada Ayana yang masih terlihat pucat, apalagi melihat tumpukan tugas kuliah di meja.

"Makasih banyak ya, Lentera," kata Ayana sambil tersenyum lemah.

"Na, kamu lagi sakit ya? Muka kamu pucet banget. Pulang aja ya, takutnya ada apa-apa di kampus," ujar Lentera dengan nada penuh perhatian.

Ayana menggelengkan kepala pelan, "Lagi nggak enak badan aja, Len. Kepala gue lumayan pusing kayaknya karena tugas tugas kuliah lagi banyak banget. Gue harus selesaiin tugasnya sekarang, soalnya gue minjem laptop temen harus di balikin hari ini, laptop gue rusak lagi di tukang service."

Lentera menghela napas panjang mendengar penjelasan Ayana. Ia mengusap pundak Ayana dengan lembut. "Udah, pulang aja ya. Pakai laptop punyaku aja nanti, buat kerjain di rumah kamu. Bentar aku ambil dulu laptopnya."

Sebelum Ayana bisa menolak, Lentera sudah bergegas ke meja lain untuk mengambil laptop dari dalam tasnya. Tak lama kemudian, ia kembali dan menyerahkan laptop itu pada Ayana.

"Nih, pakai aja," kata Lentera sambil tersenyum.

"Len, makasih banyak ya. Gue nggak tahu lagi gimana cara terima kasih sama lo," ucap Ayana dengan tulus.

Lentera terkekeh, "Udah sih santai aja, Na. Gapapa kok, pakai ajaa yaa kalau udah selesai kamu bisa chat aja ke aku."

Ayana tersenyum haru. Lentera, gadis yang dikenal sebagai primadona kampus, memang memiliki hati yang baik. Meskipun mereka tidak dekat, Lentera dengan tulus menolong tanpa berpikir dua kali.

"Sekali lagi, makasih ya, Len. Gue bakal balikin laptopnya secepat mungkin. Kalau gitu gue pamit dulu ya? Mau balikin laptop temen, terus pulang ke rumah," kata Ayana sambil membereskan barang-barangnya.

"Iya, Na. Hati-hati ya. Sampai rumah istirahat dulu, baru lanjutin tugas kalau udah mendingan!" Lentera melambaikan tangan pada Ayana yang berlalu pergi meninggalkan perpustakaan kampus.

Setelah Ayana pergi, Lentera kembali ke rak-rak buku, melanjutkan pencariannya yang sempat tertunda. Tanpa disadari, sejak pertama kali ia masuk perpustakaan, seorang pemuda telah mengamatinya dari kejauhan.

Lentera & Sastra.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang