"Hhm? Kau bertanya kepadaku apakah aku mengenal Morax?" Venti yang tengah duduk di ujung jurang Starsnatch memainkan harpa di tangannya tanpa membalikkan badannya, tak menoleh ke arah lawan bicaranya.
Aether—lelaki yang bertanya di belakangnya—menjawab dengan kalemnya, "Ya. Aku tahu kau mengenalnya... Maksudku, bukan sekedar kenal. Apakah kau akhrab dengannya?"
"... Hmm~" Venti bergumam pelan, menaikkan alisnya. Senyuman kecil terbentuk di mulutnya, sedangkan otaknya membayangkan apa yang terjadi di dalam masa lalu. Puluhan ribu tahun yang lalu. Ketika ia bertemu dengan Morax yang masih bertubuh naga, atau di saat Archon War... ah, penuh nostalgia.
"Entahlah, aku juga tidak yakin?" Venti terkekeh pelan, kini memilih untuk berdiri dan membalikkan badannya. "Mengapa kau bertanya, hm? Ah—"
Mata hijau kebiruan milik Venti itu berhenti di batu bercahaya yang berada pada dada juga anting Aether. Warnanya bukan hijau kebiruan seperti kekuatan angin yang diberkahinya, melainkan kuning—itu adalah lambang kekuatan geo. Archon itu pasti memberkahinya.
"He~ Begitu, ya. Bagaimana perjalananmu di Liyue, Tabibito~? Menyenangkan?" Venti mengeluarkan senyuman lebar dan berkecak pinggang, "Ada apa? Mengapa kau bertanya padaku tentang Morax? Apakah kau bertemu dengan pria gentleman itu~?"
"Gentleman...?" Aether mengangkat alisnya, tak yakin mereka sedang membicarakan orang yang sama. Zhongli yang dikenalnya itu... tegas, lugu, agak bodoh, dan yang terpenting; miskin.
Paimon yang berada di samping Aether berkecak tidak terima, "Tidak, tidak! Zhongli sama sekali tidak gentleman! Kami pergi bersama dan kami membayari semua kebutuhannya! Untung saja Childe datang dan—"
"Ha'i, ha'i. Paimon, cukup," Aether menghela napasnya, meminta si partner kecilnya itu untuk tidak banyak bicara selagi ia mengobrol dengan Venti.
"Zhongli?" Venti memiringkan kepalanya mendengar nama yang tidak familiar di telinganya itu. Namun, ia mengerti di detik selanjutnya, "Ah, souka. Jadi dia telah memilih untuk hidup biasa dengan nama itu, ya?"
Aether melenggutkan kepalanya, mengiyakan apa yang dikatakan Venti.
"Hmm, hmm. Jadi, apa yang ingin kau tanyakan tentangnya?"
Banyak. Banyak yang ingin Aether tanyakan kepada Venti. Mungkin, jika Venti mengenal baik Zhongli, apakah ia mengerti tentang kontrak lelaki itu kepada Signora? Birai mulutnya terbuka, pertanyaan itu keluar dari mulut sang traveller.
🍁🍃
Mengunjungi teman lama.
Ya, itu yang dilakukan Venti setelah mendengar pertanyaan dari Aether. Dia sudah mendengarnya. Ia sudah mendengar bahwa Signora telah mengambil Gnosis milik si Rex Lapis. Sama sepertinya yang telah kehilangan Gnosis di tangan sang Fatui Harbinger tersebut.
Sebenarnya, Venti tahu ia pun tidak bisa (lebih tepatnya, tidak pantas) menanyakan soal perihal itu. Namun, ia hanya ingin bertemu dengan sosok teman lamanya itu.
Liyue. Ya. Tempat itu luas, Morax bisa berada di mana saja.
Untungnya, Venti masih bisa menggunakan intuisinya. Di malam yang tenang itu, ia melihat sosok pria berambut coklat itu duduk tenang di sebuah hamparan hijau. Mengelus bunga Glaze Lily yang mengingatkannya pada sosok yang ia rindukan.
"MOOORAAAAX~!" Suara antusias itu memecah lamunan Zhongli. Kepalanya menoleh ke belakang, terkejut ketika sesuatu berwarna kehijauan bagaikan katak itu melompat ke arahnya dalam persekian detik, lalu memeluknya. "Merindukanku, eh?"

ESTÁS LEYENDO
Genshin Impact Short Story
Historia CortaOneshot dan Drabble Genshin Impact. ~~~~~ ⚠️ Mostly BL ❗Cover © my art.