𖥻 Ketiga.

2.5K 544 86
                                    

Sastra memarkirkan Vespa klasiknya di parkiran kampus. Ia melepaskan helm dan menata rambutnya yang sedikit berantakan akibat angin. Setelah memastikan semuanya rapi, ia berjalan menuju gedung kampus dengan langkah mantap.

Di tengah perjalanan menuju kelasnya, mata Sastra tertuju pada seorang gadis yang sering mengisi benaknya—Lentera Anindya. Lentera tampak sedang berjalan sambil tersenyum, menyapa orang orang yang ia temui dengan hangat. Senyumnya seperti sinar mentari pagi yang memancar, membawa kehangatan bagi siapa saja yang melihatnya.

"Selamat pagi, Lentera."

Sapaan itu hanya bisa terucap dari dalam hatinya, Sastra tak memiliki keberanian untuk bisa menyapa Lentera seperti itu secara langsung. Jangankan menyapanya, berhadapan saja Sastra yakin ia tidak akan sanggup.

Seolah terhipnotis, Sastra tanpa sadar mengubah arah langkahnya untuk mengikuti Lentera. Ia menjaga jarak yang cukup jauh, memastikan Lentera tidak menyadari keberadaannya. Matanya terus mengikuti Lentera yang akhirnya berhenti untuk mengobrol dengan seseorang.

Sastra menatap Lentera dengan takjub. Ia diam-diam mengeluarkan kamera dari tasnya, mengarahkan lensa ke arah Lentera dan dengan cepat memotret momen tersebut. Ia kemudian mengambil secarik kertas dari sakunya, menuliskan sesuatu dengan hati-hati, dan menempelkan kertas itu pada foto Lentera.

 Ia kemudian mengambil secarik kertas dari sakunya, menuliskan sesuatu dengan hati-hati, dan menempelkan kertas itu pada foto Lentera

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Eh? Lenteranya kemana?"

Kesibukannya dengan sticky note membuat Sastra kehilangan jejak Lentera. Gadis itu telah menghilang dari pandangannya. Dengan cepat, Sastra mulai berjalan lagi, mencari kemana Lentera pergi.

“Duh, mana saya nggak tahu kelas dia dimana—”

Langkah Sastra terhenti ketika melihat Lentera keluar dari sebuah ruangan. Sastra segera berjalan menuju ruangan tersebut dan mengintip ke dalam. Ruangan itu kosong, kecuali barang-barang Lentera yang tersusun rapi di salah satu meja. Kesempatan ini tidak ingin dilewatkannya.

Dengan langkah cepat dan hati-hati, Sastra masuk ke dalam kelas, mendekati meja Lentera. Ia meletakkan sticky note dan foto tadi di atas buku Lentera.

"Maaf, Lentera. Saya cuman bisa ngelakuin ini, saya belum seberani itu buat ketemu sama kamu secara langsung."

"Selamat belajar, yaa."

Sastra kemudian keluar dari ruangan dengan hati-hati. Saat ia berjalan pergi, beberapa mahasiswa mulai masuk ke dalam kelas. Sastra lega karena mereka tidak memperhatikannya, hanya melanjutkan aktivitas mereka seolah tidak ada yang terjadi.

Dengan perasaan bercampur antara puas dan gugup, Sastra kembali ke tujuannya—kelasnya sendiri. Meskipun ia tahu ini hanya langkah kecil, hatinya merasa lebih dekat dengan Lentera daripada sebelumnya.

Sedangkan di sisi lain, beberapa detik setelah kepergian Sastra Lentera kembali lagi masuk ke dalam kelasnya. Ia sempat ke toilet sebentar untuk buang air kecil. Kelasnya yang sempat kosong ternyata sudah terisi oleh beberapa temannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 5 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lentera & Sastra.Where stories live. Discover now