A Bento

435 72 2
                                    

Entah mengapa hari ini begitu sendu. Langit terlihat sangat gelap sejak pagi tadi. Mendung yang merata dari timur ke barat. Bahkan tadi pagi tak ada sunrise terlihat.

Hinata hanya duduk termenung dikamar. Sedari 30 menit yang lalu ia menatap layar laptop nya, namun tak ada ide yang muncul di kepalanya. Mata kelabunya menatap layar dengan kosong.

"Apa yang harus aku tulis? Kenapa tugasnya susah sekali~"

Hinata menelungsupkan wajahnya ke lututnya. Otaknya buntu. Tak ada ide sama sekali.

Ia butuh asupan manis kali ini. Baru Hinata sadar ia masih memiliki 1 slice cinnamon roll yang ia beli kemarin. Di toko kue yang ia kunjungi karena ingin balas budi pada pria yang telah memberinya kartu nama.

Hinata berdiri lalu berjalan ke kulkas mini yang terletak di dapur. Hinata mengambil 1 potong kue lalu ia panaskan di mikrowave. Setelah selesai Hinata kembali ketempatnya dan memakan kue tersebut dengan damai.

Tak lama kemudian suara gemericik air hujan menggema dari luar. Hinata suka bau ini. Bau air hujan yang bercampur dengan bau tanah basah. Hinata berinisiatif untuk membuat kopi hitam panas untuk menemaninya dikala hujan lebat sekarang.

Selesai membuatnya, Hinata kembali duduk di singgasananya. Melihat layar laptopnya yang masih tertulis 2 paragraf membuat nafsu makannya hilang.

"Haahh.. aku tak bisa berfikir"

Hinata sudah tak peduli lagi, toh tugas itu untuk 2 minggu lagi. Hinata kembali memakan cinnamonnya sambil melihat keluar jendela kamarnya yang besar.

Kejadian kemarin saat ia membeli cinnamon sungguh membuatnya ingin bertemu dengan pria itu lagi dan lagi. Walaupun hanya sekedar bertukar identitas saja. Entah mengapa tapi Hinata menyukai netra biru langit yang indah itu. Sangat teduh pikir Hinata.

"Uzumaki Naruto, ya.."

.
.

Weekend ini adalah hari libur Hinata. Tak ada kelas tak ada tugas. Hinata berencana pergi berjalan-jalan ke tempat wisata atau hanya sekedar berkeliling kota.

Hinata berdiri didepan stasiun sambil memainkan ponsel pintarnya. Sesekali ia melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Lalu melihat disekitar stasiun. Sudah hampir 10 menit Hinata berdiri disana dan yang ditunggu tak kunjung datang.

Hinata sudah membuat janji dengan temannya hari ini. Ia dan temannya ingin pergi ketempat yang teduh dan menenangkan tapi tidak mustahil juga jika mereka berubah fikiran lalu belok ke kota yang ramai pengunjung.

Tak lama setelah itu yang ditunggu datang.

"Hinata, maaf kau menunggu lama ya?"

Itu Sakura, teman seperjuangannya sejak SMA. Lama tak kontak, membuat mereka merindukan satu sama lain.

Hinata tersenyum.

"Tidak kok. Aku saja yang datang terlalu pagi"

"Benarkah, kalau begitu ayo. Kita ke kuil dulu kan?"

"Iya, setelah itu kita jalan-jalan"

.
.

Setibanya di kuil Kanda, Hinata dan Sakura segera beribadah sesuai dengan syariatnya. Setelahnya mereka berjalan keluar dan berjalan ke perempatan Shimizusakashita lalu mampir ke family mart terdekat untuk sekedar mengisi perut.

Selagi memakan makanan, Sakura sedikit curhat akan kisah cintanya dengan seorang pria yang temukan lewat aplikasi pencari jodoh. Yang hanya Hinata jawab dengan anggukan. Karena ia fokus dengan makanannya.

"Hey, kau mau sampai kapan sendirian seperti ini? Apa kau mau aku carikan juga lewat aplikasi itu? Atau mau aku tanyakan pada kekasihku?"

Uhuk

Seketika Hinata tersedak. Lalu memandang Sakura tajam.

Yang tersangka hanya nyengir tanpa dosa.

"Tak perlu, Sakura.."

"Kenapa? Ah, kau sudah menemukan pujaanmu yaa~"

Uhuk

Baru satu suapan yang Hinata makan, ia tersedak lagi. Lalu meminum air putihnya.

"Benar kan dugaanku. Karena sikapmu berbeda Hinata. Aku tahu itu"

"Apa yang kau tahu, Sakura. Aku juga tak punya kenalan cowok kok"

Hinata memakan nasinya lagi.

Sakura memicing. Lalu ide jahat muncul di kepala pinky nya.

"Hey, lihat bukankah itu kekasihmu, ooo tampan sekali"

Dan benar saja, Hinata memalingkan pandangannya dari nasi bentonya ke arah jalanan nan sepi di depan toko.

"Lihatkan kau punya"

Merasa menang, Sakura melipat tangannya didepan dada. Dan menuntut Hinata untuk berbicara tentang pria idaman teman cantiknya.

Hinata mendelik seketika.

"Hahh.. baiklah. Sebenarnya, dia bukan kekasihku, tapi aku terpana akan kebaikan hatinya"

"Mmm.. kebaikan hati yaa lalu bagaimana dengan tampangnya?"

"Kau ini apa-apaan sih. Aku kan jadi malu~ dia adalah pemilik toko roti depan fakultas kesenian Universitas kita."

"Tunggu, bakery yang baru buka itu ya?"

Hinata mengangguk.

"Dan dia adalah pemiliknya? Wah, Hinata kau sungguh sesuatu. Pada umumnya orang-orang hanya akan mendapat pegawai disana atau bertemu seseorang saat berbelanja bersama disana. Tapi Hinata mendapat pemiliknya? Kau akan memakan roti kesukaanmu setiap hari nantinya."

"Astaga, Sakura aku baru saja bertemu dengannya 2x. Mana bisa menganggapnya miliku"

"Hey, kau harus positive thinking. Itukan bisa saja terjadi"

Hinata hanya menggeleng. Temannya ini selalu bersemangat saat berbicara tentang jodoh.

Selesainya sesi makan siang di Family Mart. Sakura dan Hinata hanya berjalan-jalan disekitar kuil dan menenangkan pikiran mereka. Hingga tak terasa hari sudah mulai sore, maka mau tak mau mereka harus segera pulang.

Dengan menaiki kereta bawah tanah. Hinata harus berpisah dengan Sakura ditengah jalan karena rute kereta Hinata memang lebih jauh dari pada Sakura. Pula Universitas mereka yang juga berbeda.

Sesaat setelah datangnya kereta Hinata ditempat tujuan, Hinata melangkahkan kakinya menuju jalan keluar stasiun. Hinata menatap langit yang sudah mulai gelap. Maklum saja sekarang sudah pukul 20.00

"Mungkin aku akan membeli beberapa makanan ringan dan makanan manis"

Setelah berkeliling ke beberapa toserba Hinata pulang dengan membawa satu kantong plastik besar berisi beberapa snack dan kebutuhan harian.

Namun saat Hinata hampir ada dibelokan depan apartemen kecilnya. Mata bulannya tak sengaja melihat seseorang yang benar-benar ia kenal.

Perawakan tingginya yang terbalut jaket hitam tebal selutut. Rambut jabrik pirang khasnya terlihat sangat jelas walau jalanan sedang gelap.

Hinata menajamkan pandangannya. Di jam-jam hampir tengah malam ini apa yang dilakukan pria itu. Apalagi di jalanan sepi begini.

Hinata berjalan mendekat. Dan disanalah Hinata mematung saat ia melihat pria yang ia suka sedang berduaan dengan seseorang. Sebenarnya Hinatapun tak apa jika ia memiliki kekasih, tapi ini sangat jelas bahwa orang disamping itu adalah pria juga. Pria dengan rambut hitam berkulit putih. Badannya juga tinggi sama dengan si Uzumaki itu.

Hinata tak bisa mempercayainya. Tapi apa yang Hinata lihat sekarang membuatnya mual dan ingin segera pergi. Ia benar-benar membenci orang dengan ketertarikan sedikit tak normal dari yang lainnya.









Hmm sebenarnya apa yang terjadi disini?
Siapa yang bersama Naruto?
Lalu apa yang dilakukan Hinata nanti?

Vote dulu yuk!

On Your BakeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang