E

249 32 10
                                    

"Gue bakal berjuang buat lo. Karena ... lo itu Princess gue, selamanya bakal jadi Princess gue."



🐥🐥🐥

Yuino adalah sebuah adat pertunangan di Jepang setelah omiai terlaksana. Omiaiku terjadi ketika keluarga kami bertemu di restoran waktu itu, lebih tepatnya ketika dua keluarga secara resmi mengumumkan jika akan ada perjodohan di antara kami.

Yuino dilakukan dengan pertukaran hadiah  berupa obi untukku dan hakama untuk Jemmy. Acara ini dilakukan di ruangan tertutup. Duduk saling berhadapan dengan bantal duduk.

Nenek ada di antara kami. Mengawasi acara dengan seksama. Aku menghela napas bosan, membungkukkan badan  ketika menerima hadiah. Kakiku pegal sekali, apalagi pakaian kimono dengan warna putih dan bergambar sakura ini terasa begitu melilit.

Jangan lupakan hiasan kepala yang terasa mencengkram rambutku. Aku tidak tahu bagaimana mama menatanya hingga terasa seperti ini. Untungnya acara pertunangan ini hanya dilakukan oleh dua keluarga. Tidak ada keramaian, tidak ada ucapan selamat yang harus aku lakukan secara repot-repot.

Tentu saja perasaan lega kurasakan. Namun, siapa sangka jika itu adalah hal yang aku pikirkan tadi dan sekarang semuanya terjadi. Aku berdiri bersama Jemmy, menyambuti tamu yang datang di balroom yang dipesan oleh kedua orang tua kami. Kaki lelah, pinggangku terasa ingin lepas, aku hampir kehabisan napas jika saja Jemmy tak menepuk punggungku.

"Lepas aja sepatunya kalau lo capek," ujar Jemmy.

"Ya kali gue nyeker."

"Daripada sakit?" bisik Jemmy sembari menyalami dan tersenyum pada tamu.

Bukankah semua ini berlebihan? Kenapa seperti resepsi pernikahan saja? Kata papa karena ia memiliki banyak teman, begitupun orang tua Jemmy.

"Masa yang punya perusahaan buat acara kecil-kecilan?"

Sombong banget, kan, papa?

Berikutnya aku terpaku ketika melihat Jemmy yang memang sedang tampan-tampannya. Rambut pemuda itu tertata rapi dengan garis lurus. Memakai jas hitam dengan kemeja putih dan dasi hitam. Namun, bukan itu yang membuatku terdiam.

Hanya... sepintas pertanyaan.

Bagaimana bisa Jemmy masih bersikap manis seperti itu padahal kakinya sedang terluka? Aku yakin, pasti di dalam sana terasa perih karena tergores kain.

"Lo gak apa-apa, Jem?" tanyaku memastikan.

Ia menggeleng, tetapi aku tak langsung percaya dengan melihat matanya, mencari kebenaran di sana.

"Lo gak usah bohongin gue, Je—"

"Wow! Apa yang gue liat sekarang?"

"Kevin!" pekikku mendapati pemuda itu berdiri di depan kami memakai pakaian rapi.

"Jadi ... ada yang mau jelasin ke gue apa yang terjadi?" tanya Kevin memasang wajah jenaka dengan tangan bergerak seolah meminta konfirmasi.

"Lo ngapain di sini?" tanyaku setengah berteriak dengan mata melotot. "Lo ngikutin gue?" tanyaku menuduh.

Jemmy hanya diam. Sepertinya ia tak mampu untuk berkata-kata. Ke mana semua alibi handalnya? Kenapa hilang di saat penting seperti ini?

MY THE BEST HUSBAND [13] Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang