Hari I : Awal Bertemu

85 15 0
                                    

Rintik-rintik hujan memenuhi pada hari senin.

Seorang gadis berusia 21 tahun itu berlari sambil menutupi kepalanya menggunakan tote bag berwarna hitam agar tidak mengenai rintikan hujan.

Dia berhenti di depan sebuah cafe yang tidak jauh dari gedung Fakultas Ekonomi.

Ia mengecek ponselnya untuk melihat chat seseorang apakah dia membalas atau tidak.

Dan ternyata...

....Tidak ada.

Gadis itu mendengus kesal sambil menghentak-hentakan kedua kakinya.

"Sial!!! Yuda Br*ngs*k!!!" Tiara berteriak kesal bahkan memaki.

Untung saja suara hujan jauh lebih keras daripada suara Tiara, kalau tidak bisa dilihatin sama oelanggan maupun staff cafe tersebut.

Bagi Tiara, hari senin membawa kesialan baginya.

Selalu telat masuk...

Selalu ditinggal bus...

Dan beberapa kesialan yang dialaminya itu hanya terjadi saat setiap hari senin.

Itulah mengapa di benci hari senin.

Mungkin udah pada umunya kalau kebanyakan orang gak suka sama hari senin, tetapi bagi gadis cantik bernama Tiara hari senin merupakan hari yang paling tidak disukai.

Dan sekarang, hari senin ini dia mendapatkan kalau pacarnya, Yuda memutuskan hubungannya dengan Tiara tanpa bilang alasannya.

Dan setelah itu, dia menghilang...

Tanpa kabar sama sekali.

Tiba-tiba saja beberapa butir air jatuh ke bawah tanah. Ini bukan air hujan, melainkan air tangisan seorang gadis muda berusia 21 tahun.

Ia capek...

Ia marah...

Ia muak dengan hari senin ini...

"Kalau begini terus... Gue mau bunuh diri saja." Gumam Tiara yang masih terisak.

"Mbak..."

"Gue capek tau... Hari ini selalu sial."

"Eee... Mbak?"

"Kenapa sih harus hari senin? Gak usah tiap hari senin kenapa?"

"Mbak!! Mbak!!" Seru seseorang memanggil perempuan itu.

"Apaan sih? Mbak-mbak... Gak liat gue lagi galau, hah?" Tiara memarahin seseorang yang memanggil dirinya.

"Maaf, mbak. Bukan maksud mengganggu, mbak. Tapi mbak menghalangi pintu masuk." Jelas pemuda itu.

Seketika Tiara menoleh ke arah belakang dimana dirinya berdiri didepan pintu masuk cafe.

Ia berjalan ke samping mempersilahkan pemuda itu untuk masuk.

Malu sekaligus masih kesal dengan kejadian barusan. Benar-benar dirinya bernasib sial.

Pemuda itu tampak menyadari kesedihan Tiara. Ia menawarkan untuk bergabung bersamanya.

Untung-untung bisa menghibur dia.

"Mau gabung sama gue?"

"Kemana?"

Dia menunjuk ke arah dalam cafe.

"Daripada mbak nunggu hujan reda di sini, mending mbak ikut saya ke dalam."

Tiara tampak berpikir sejenak dan ragu-ragu.

Kalau dia tolak, ada kemungkinan dia dapat sial mulu. Tetapi dirinya tidak mengenal ciwok didepannya.

Tiap Hari Senin : Geranda Where stories live. Discover now