17

18.7K 1.9K 184
                                    

HAIII selamat datang di cerita AGRIO!

vote sama commentnyaa diperbanyak dongg:(

YUKK vote dan commentnyaa!

selamat membaca, enjoy!!

🎈🎈🎈

Agrio mengerutkan keningnya saat mendapati Agria di rumahnya. Tumben-tumbenan gadis itu malam hari di hari sekolah berada di rumah, bukannya di rumah Omanya.

Dengan lesu Agrio berjalan melewati Agria yang sedang memainkan ponselnya dan selonjoran di kursi ruang keluarga.

"Gue bawa kabar bahagia!"

Secara tiba-tiba Agria berdiri menjulang di hadapan Agrio. Agrio yang lemas hanya menatap Agria malas. Agria menampilkan senyuman giginya.

"Gue bawa kabar buruk," lirih Agrio pelan.

Agria mengerutkan keningnya. Bukannya harusnya Agrio bersemangat setelah bertemu dengan Havana?

"Gue dulu apa lo dulu nih?" tanya Agria.

Agrio mendecak malas. "Gue lagi gak mau diganggu Ya,"

Agria menelisik penampilan Agrio. Kembarannya itu tampak kacau.

"Kenapa hmm?" tanya Agria sembari mengusap dahi Agrio yang berkeringat.

Dari mata lelaki itu, Agria dapat merasakan kegelisahan yang mendalam.

"Gue... nyakitin Havana,"

Agria terdiam. Secepat itu?

"Bukannya kalian tadi ketemu?"

Agrio menatap Agria lalu mengangguk. Ia menundukkan kepalanya. Menatap kakinya membuat Agria memeluk kembarannya.

Berulang kali Agrio menghela napasnya. Tanda lelaki itu gusar.

"Eliana balik Ya,"

Agria langsung melepas pelukannya. Matanya membulat menatap Agrio.

"Jangan bilang-"

Agria menghentikan ucapannya saat Agrio mengangguk dengan lemah. Jangankan Agrio, Agria bahkan kini langsung lemas. Memikirkan keadaan Havana.

"Lo keterlaluan Gri," ucap Agria membuat Agrio menunduk dan mengangguk.

"Dia denger semua pembicaraan gue sama El. Dia bahkan ngeliat gue meluk El. Gue brengsek banget ya Ya?"

Agria mengangguk. "Banget,"

Agria menghela napasnya. "Padahal tadi dia baru tanya-tanya ke gue tentang lo. Gue suruh dia tanya lo langsung tentang masa lalu lo. Dia beneran sepeduli dan sesayang itu sama lo Gri,"

Agrio semakin menghembuskan napasnya. Semakin menyesal telah menyakiti gadis itu. Harapannya untuk bisa dimaafkan oleh Havana semakin kecil.

"Sebenernya kabar bahagia yang mau gue sampein... gue pindah ke sekolah lo,"

Agrio membulatkan matanya. Ia menatap Agria.

"Serius?"

Agria mengangguk dengan tidak semangat. "Gue gak suka di sana. Diperlakuin spesial semenjak pada tau tentang Papi sama Opa,"

"Tadinya gue pikir kabarnya bakal bahagia banget. Tapi setelah liat keadaan lo gue jadi gabisa seneng,"

Agrio terdiam. Ia membenarkan rambut Agria. "Setidaknya gue dapet satu kebahagiaan setelah semuanya,"

Agria menatap Agrio. "Gimana... perasaan lo?"

Agrio terdiam. Ia menurunkan tangannya yang merapikan rambut Agria. Agrio menggeleng lemah.

AGRIOМесто, где живут истории. Откройте их для себя