SELEBGRAM | 06

1.2K 212 6
                                    

Ini adalah pagi terakhir Devan dan Jea berada di desa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini adalah pagi terakhir Devan dan Jea berada di desa. Kali ini Devan berniat untuk pergi ke sungai yang tempatnya tak terlalu jauh dari rumah pak kades, dan malam nanti mereka akan pulang. Ia kesana bukan untuk mengerjakan tugas observasi nya, hanya untuk jalan-jalan saja. Jadi bisa dikatakan kalau Devan hanya melakukan observasi di sawah.

Tapi sampai sekarang Devan masih tidak mengerti kenapa anak fotografi harus melakukan observasi.

Tadinya Devan ingin pergi bersama Sejia saja, mengingat Jea yang masih sedikit pincang saat berjalan. Alasan lainnya, Devan mau berduaan. Tapi sesuai ekspetasinya, Jea memaksa ingin ikut. Sudah berkali-kali pula Devan memaksa gadis itu untuk tidak ikut, tapi disisi lain juga tak tega meninggalkannya sendiri. Devan sadar kalau Jea hanya mengenal dirinya di desa ini. Kalau dibiarkan dirumah sendirian, mungkin akan gila walau hanya beberapa jam.

Alhasil, Devan harus membantu gadis itu melewati bebatuan di sungai.

"Dev, potoin gue dong!" pinta Jea pada Devan yang sibuk memotret pemandangan. Sedangkan dia sendiri tengah duduk diatas batu besar dengan kaki yang dibiarkan didalam air, diterpa oleh arus. Sepatunya sudah ia lepas dan ditaruh di pinggir sungai sebelum dia duduk dibatu ini.

"Kamera gue buat foto pemandangan sama hewan doang." jawab Devan yang bermaksud menolak.

Jea menatap Devan dengan kesal, "Kemarin gue lihat lo foto Seji tuh. Lo pikir Seji apaan? Hewan?" tanyanya ketus.

Devan melirik tajam, "Lo nyamain Jia sama hewan?". Dalam hati Devan bersyukur posisi Sejia sedikit jauh dari mereka. Gadis itu mungkin tersinggung kalau mendengar ucapan Jea barusan.

Jea memutar bola matanya, ekspresinya sudah cocok dijadikan duta besar orang julid se-Indonesia. "Kan lo bilang itu kamera khusus buat foto pemandangan sama hewan. Ya masa gue ngebedain Seji sama pemandangan sih?"

"Berisik lo!" ketus Devan, ia kemudian pergi meninggalkan Jea dan menyusul Sejia yang sibuk menerawang keberadaan para ikan. Siapa tahu bisa dia tangkap dan dibawa pulang lalu dimasak untuk dijadikan lauk nanti malam.

Jea melirik sinis, merasa kesal dengan Devan yang terlihat sedang berusaha mengakrabkan diri dengan Sejia. Padahal lelaki itu seolah bersikap ingin menjauh ketika bersama Jea. Dasar tukang pilih kasih.

Jea mengeluarkan ponselnya di tas selempang berwarna coklat yang di dalamnya hanya ada ponsel itu. Dia berharap ada sinyal untuk sekedar memulai acara pergibahan tentang Devan bersama Joy dan Momo. Dia juga penasaran apakah dua manusia kelebihan hormon gila itu merindukannya atau tidak.

Tapi nyatanya, no signal.

Jea sadar kalau ini di desa, apalagi titik tempat dia sekarang adalah di sungai. Tapi asal kalian tahu saja, Jea juga kesusahan untuk mencari sinyal di rumah Sejia. Sekalinya dapat sinyal, posisinya yang tidak mengenakkan. Spam chat yang dikirim kakaknya hanya masuk setengahnya, itupun karena sinyalnya tidak sengaja ditemukan. Bahkan untuk membalasnya pun sinyal disini tidak mampu.

SELEBGRAM✔️Where stories live. Discover now