3

1.1K 131 1
                                    

"dok! tolongin papa saya!"

"saya akan berusaha semampu mungkin, anda silahkan duduk disini"

Mark duduk di bangku yang disediain depan ruangan UGD. Pikirannya makin kacau sekarang.
Ia mengambil ponselnya lalu menelpon Jeno.

"jen lu sibuk ga?"

"ngga sih, kenapa mark? suara lu serek banget"

"bisa temenin gua sebentar? gua butuh orang sekarang"

"otw, lu dimana?"

"Neo hospital, depan ruang UGD"

"ok"

Sambungan terputus dan mark cuma bisa menangis.

20 menit kemudian.

Jeno bergegas mencari keberadaan mark, ia tau ini pasti menyangkut papa chitta.

"mark!" jeno langsung duduk disebelah mark lalu mengelus punggung mark.

Bohong kalau dibilang seme itu paling tangguh dalam menghadapi masalah, justru mereka paling rentan jatuh kalo masalah itu udah menyangkut orang yang mereka sayang. Mark bukti nyatanya. Dia itu orang yang dihormati dan dianggap hebat dalam menyelesaikan masalah tapi liat keadaan dia sekarang, rapuh.

"jen demi Tuhan gua belom siap kehilangan jen, gua belom siap" mark terus menangis.

Jeno tidak bisa berkata kata, ia merasa ga pantes buat nasehatin mark ataupun sekedar nyuruh mark sabar karena kalau dia di posisi mark pun, dia pasti bakal sama hancurnya kaya mark.

Guanlin, renjun, haechan, dan jaemin ikut datang. Mereka yang mendengar mark butuh pertolongan ga bisa diam dan menunggu doang.

"kak mark..." mata haechan berkata kaca, dia seperti dapat merasakan rasa sakit yang dirasakan mark walaupun dia tau rasa sakitnya pasti jauh lebih sakit dari itu.

Haechan duduk di sebelah kursi mark yang kosong dan tanpa pikir panjang langsung memeluk kakak kelasnya itu memberi penguatan.
Mark juga langsung memeluk haechan dengan erat.

"gua belom siap kehilangan. gua belom siap kehilangan" mark terus menerus meracau sampai kelelahan.

1 jam sudah berlalu, mark sudah ga kuat ngapa ngapain rasanya. Ia cuma bisa bersender di tubuh haechan.

Dokter keluar dari ruangan UGD namun mark tidak berani mendengar apapun perkataan dokter, akhirnya jeno yang maju pertama.

"dok bagaimana?"

Dokter menghela nafasnya, mark sudah siap untuk menangis sejadi jadinya.

"beliau masih hidup tapi dalam keadaan koma, maaf. saya benar benar sudah berusaha sekuat mungkin. kemungkinan beliau hidup hanya 40 persen, sekarang ini pasien hidup dibantu dengan alat alat medis dan harus dirawat di rumah sakit untuk penanganan intensif"

Mark berdiri perlahan dan menghampiri dokter "tolong dok, tolong berusaha semampu mungkin"

"saya pasti berusaha semampu saya tuan"

Dokter pergi, mark tidak kuat menahan berat tubuhnya dan hampir terjatuh. Untung saja jeno langsung menangkap mark dan meletakan mark di kursi lagi.

"lin air"

Guanlin buru buru beli air mineral lalu memberikannya pada mark.
Mark meminum air mineralnya dan berusaha menenangkan hatinya.

"jen, gua mau izin ga sekolah 4 hari kedepan. lu bisa backup gua ga?" mark meminta bantuan jeno lagi.

"bisa mark, lu tenang aja"

Pertemanan jeno dan mark emang udah ga diraguin lagi bahkan guanlin sendiri sering mengakuinya.

"yang penting lu jangan sakit, jaga kesehatan lu biar lu juga bisa jagain papa chitta"

Mark mengangguk tanda paham.

"permisi tuan, pasien atas nama chittapon dipindahkan ke ruangan nomor 107. biaya obat dan lain lain bisa langsung dibayar di kasir"

"baik suster" kata jeno.

"saya permisi dulu"

Mark berdiri lagi lalu berjalan ke arah kasir rumah sakit diikuti oleh teman temannya, setelah selesai melakukan pembayaran mereka langsung pergi ke kamar tempat ten dirawat.

Mark duduk di bangku sebelah kasur ten dan menggenggam tangan papanya dengan erat.

"pa, mark selalu minta banyak hal. kali ini mark mau minta papa bertahan, please kabulin permintaan mark"

"mending lu ikut ke rumah gua dulu. di rumah cuma ada papa jae, lu pasti dibolehin nginep. tenangin diru lu dulu mark. lagian disini ada perawat yang jagain papa ten"

"gua disini aja jen nanti gua bisa pulang. kalian balik aja duluan, gua masih ada urusan sama si brengsek itu" kata mark dengan tegas.

"jangan lepas kendali mark, gua yakin papa ten ga mau lu ribut sama daddy lu" kata guanlin.

"hm"

"kak mark, mau renjun temenin?"

Hati mark luluh seketika saat renjun bicara padanya "ngga njun, gua bisa sendiri. lu pulang bareng alin aja"

"kalo gitu echan aja yang temenin" tawar haechan.

"ga usah chan"

Jeno menghela nafasnya.

"ya udah lu hati hati, nanti gua bakal izinin lu selama 4 hari. OSIS juga ga ada rapat 4 hari kedepan, jadi lu bisa tenang. soal tugas nanti gua backup semua, lu bisa fokus jagain papa lu"

Mereka semua akhirnya pulang dan lagi lagi mark berdua dengan papanya.

"papa istirahat dulu, nanti mark balik lagi kesini" ucap mark walaupun ia tau ten ga mungkin mendengarnya. Ia mengecup kening papanya lalu pulang ke rumah.

 Ia mengecup kening papanya lalu pulang ke rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Papa Chitta | taeten [END]Where stories live. Discover now