49. Daddy Johnny

4.7K 627 128
                                    

Note: [update lagi bisa kali?]

Happy reading
.
.
.

Chitta mendengus pasrah menatap sang suami yang masih mengacuhinya sedari tadi. Sejak kejadian di pantai tadi, Chitta menjadi diam dan hanya di hiburi oleh teman-temannya dan anak bungsu nya.

Johnny jika mendiaminya begitu pasti sudah marah besar seperti kejadian pertemuannya bersama Kun, si mantan pacarnya di suatu pantai di bali.

Kenapa marahan mesti di pantai si!?

Johnny membuka pintu rumah dengan cepat, seraya mengendong Haechan yang tertidur pulas.

Hendery mendongakkan kepalanya, menatap rahang tegas sang papa. "Pa, dery mau lanjut tidur ya?"

"Selesai mandi, setelah itu tidur lagi." Sahut sang papa sembari mengulas senyum.

Lagi dan lagi, Chitta di hiraukan. Bahkan anak sulungnya juga ikut mendiamkannya begitu saja.

Pria yang berbadan tinggi mulai menaruh tas ranselnya, dan nampak sedikit kesulitan untuk menaruh ranselnya ke atas meja. Karena takut si bungsu kebangun begitu saja.

"Sini biar bunda bantu," Usulnya. Ia sudah merentangkan tangannya gugup di hadapan sang suami. Johnny hanya melirik sebentar, lalu menyerahkan Haechan pada Chitta.

Chitta menerima Haechan dengan hati-hati, lalu Johnny pergi begitu saja. Chitta lagi-lagi menghela napasnya gusar.

"Dek, bangun. Ayo mandi sama bunda?" Ucap Chitta pelan, menuju kamar Haechan.

Haechan mengulat sembari menguap keras, "bunda kita udah sampai mana?" Tanya anak kecil itu polos.

"Sudah di rumah sayang," Chitta menaruh Haechan di atas kasur. Setelah itu ia ke kamar mandi dan menghidupkan keran ke dalam bak mamdi, lalu menyuruhi Haechan untuk mandi segera.

"Embul mandi di bathtub dulu, udah bunda siapin air hangatnya, nanti bunda nyusul." Ujar Chitta.

"Okey bund," Haechan masuk kedalam kamar mandi.

Sedangkan Chitta menghampiri kamar si sulung. Dan ternyata Hendery masih leha-leha di atas ranjang.

"Kak, mandi dulu baru lanjut tidur." Gerutu Chitta, ia menepuk pantat mulus Hendery seraya menguncangkan kaki kecil Hendery.

"Ih! Iya-iya! Ini juga mau bangun!" Kesal Hendery pada sang bunda.

Ini kali pertama Chitta di bentak oleh sang anak. Pertama kalinya, ia merasa sedih atas perbuatannya tadi sore. Seharusnya dia juga sadar diri, karena sudah berstatus sebagai seorang istri, bukan anak remaja yang bisa kencan setiap hari.

"Iya kak, maaf in bunda." Lirih Chitta.

Hendery yang masih terduduk di atas ranjang seketika menunduk malu, "bunda, dery minta maaf. Dery ga berniat buat bentak bunda." Sesal anak kecil tersebut. Hendery mengacungkan jemari kelingkingnya, namun pandangannya masih menunduk.

Chitta yang seseggukan dengan cepat memeluk Hendery seraya mengecup kening sang anak, "bunda yang minta maaf ya sayang, bunda ga bakalan ngecewain kakak." Ujar nya seraya mengusap surai halus Hendery, "ayo cepat mandi, nanti papa marah." Tukas Chitta kembali.

Seo's HouseWhere stories live. Discover now