12

6.3K 1.6K 703
                                    

"ku dengar, kau berteman dengan Hattala ya?" tanya Warda saat Gentala baru saja menutup buku yang ia baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ku dengar, kau berteman dengan Hattala ya?" tanya Warda saat Gentala baru saja menutup buku yang ia baca.

pemuda berparas manis bak derawa itu mengangguk. "bagaimana diri mu tahu?"

"banyak yang membicarakan tentang kalian. bahkan kemaren Hattala mengantar mu ke sekolah kan?" tanya Warda.

bibir semerah jambu air itu terbuka seraya mengangguk dengan mata yang kosong karena sibuk melamun memikirkan pandangan warga.

"Denok bilang, itu bukan hal yang wajar." kata Warna malas.

Genta tertegun. "mengapa demikian?"

"katanya tidakah itu aneh jika lelaki mengantar dan menjemput sesama lelaki lainnya berkerja? seperti sepasang kekasih saja." cerita Warda menirukan gaya berbicara Denok.

Gentala tergelak. "fakta yang sedikit mengejutkan. ternyata Denok suka menggunjing."

"aku kurang suka dengan Denok, dia selalu sibuk mengurusi hidup Hattala yang jelas sekali tak menyukainya." kata Warda malas.

"dia suka Hattala?" tanya Genta.

Warda mengerlingkan matanya malas. "bukankah sudah jelas sejak ia menyerahkan diri untuk berdansa dengan pejuang muda itu?"

Gentala mengangguk. fakta bahwa Denok menyukai Hattala memang benar adanya. lalu, apakah Hattala juga menyukai paras ayu milik sang bunga desa itu seperti lelaki lainnya.

"Gentala." panggil Warda pelan.

"apa." sahutnya.

"jikalau diri mu memang memiliki hubungan dengan Hattala, aku tak bisa menghakimi. yang bisa ku lakukan adalah mendoakan keselamatan kalian." ujar Warda pelan.

Gentala terdiam di duduknya. mendengar kalima Warda tadi, tubuhnya seperti tersambar petir di siang bolong.

"gelagat mu dan Hattala amat mencerminkan jika kalian saling mencintai. aku paham, jadi jangan khawatirkan apapun." kata Warda senang.

Genta bersuara. "apa maksud mu?"

wanita berambut ikal itu terkekeh pelan. " jikalau Hattala meminta mu untuk menjadi kekasih hatinya. tolong di terima karena memiliki seorang kekasih itu indah adanya."

Warda bangkit seraya membawa tumpukan buku keluar kelas, meninggalkan Gentala yang masih termenung di kursi kayu setengah lapuk miliknya.

Hattala menatap Genta yang sedari tadi berdiam diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hattala menatap Genta yang sedari tadi berdiam diri. tanpa sepatah kata bahkan meliriknya pun tidak.

wajah manis itu terlihat begitu tak semangat membuat Hattala penasaran, ada apakah gerangan.

"apa mau baik-baik saja?" tanya Hattala.

Gentala menghela napas. "bolehkah aku bertanya?"

Hattala mengangguk. "akan ku jawab sebisa ku."

pemuda berkulit coklat itu menjilat bibirnya pelan sebelum mulai bertanya.

"apa maksud dari kalimat mu semalam." tanya Gentala sembari menunduk.

pejuang muda itu terperanjat, cuku terkejut akan pertanyaan yang keluar dari bibir semerah jambu air itu. aga tak menyangka jika Gentala memikirkan hal tersebut.

helaan napas berat terdengar membuat Gentala sedikit mengangkat kepalanya demi melirik sekilas ke arah Hattala yang masih saja tampan.

"maafkan aku jika rasanya telah lancang karena melabuhkan hati ku pada mu." ujar Hattala.

kepala yang sedikit mendongak itu kini telah mendongak sepenuhnya. manik serigala itu membola dengan bibir yang sama membola.

membuat Hattala menggeram tertahan. bagaimana bisa sang juwita terlihat begitu lucu malam ini.

"kau." ujar Gentala menggantung.

Hattala tersenyum kecil. "benar, aku menyukai mu tepat saat pertemuan pertama kita. lebih tepatnya saat netra kita bertubrukan dan membuat ku mabuk karenanya."

mendengar kata demi kaya yang di lontarkan oleh lelaki di hadapannya ini membuat Gentala pening seketika.

rasanya seperti mimpi. bukankah tuhan terlalu baik. Gentala tak terbiasa dengan kebaikan tuhan yang tak biasa baginya ini. akan kah suatu hal akan terjadi nanti.

"kalau kau tak menyukai ku. aku paham. jangan merasa jahat karena tak bisa membalas. akan tetapi, ku harap kau bisa memberi ku waktu untuk menghapus rasa yang baru ku rasa ini." kata Hatta pelan.

Gentala menggeleng. "jangan hapus perasaan mu."

"kenapa?" tanya Hattala yang telah menegakkan tubuhnya.

kereta telah berhenti dan pintu gerbong telah terbuka. Gentala bangkit lalu tekekeh seraya berjalan mendekat ke arah tubuh tinggi di hadapannya lalu mengelus pipi kusam itu lembut.

"karena aku juga merasakan hal yang sama, di saat yang sama jua." ujar Gentala lalu beranjak dengan cepat meninggalkan gerbong

Hattala ambruk seketika kembali ke duduk di kursi kereta api dengan jantung yang menggila hebat. lelaki itu terkekeh seraya memegang dada kiri miliknya.

"memang licik bak serigala." ujarnya pelan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juwita Malam Season 1 [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang