PART-14

4 5 0
                                    

Nala memasuki kawasan rumahnya. Saat ia turun dari angkot hujan sudah mulai reda, hanya menyisakan gerimis kecil. Ia berjalan melewati beberapa gang dan setelah itu ia sampai di depan rumahnya. Disana terdapat Ayahnya yang sedang duduk di teras rumah.

"Assalamualaikum Ayah," ucap Nala tersenyum dan menyalimi tangan Ayahnya.

"Waalaikumsalam. Kamu pulang hujan-hujanan hm?" tanya Ahmad sambil melirik penampilan sang anak. Rambut yang lepek, seragam sekolah yang basah hampir kering.

"Kamu itu sudah besar Nala, kalo hujan ya berteduh bukannya malah hujan-hujanan. Nanti kalau kamu sakit itu merepotkan dan satu lagi itu seragam kamu basah nanti besok kamu mau pake seragam apa? Sudah tau punya seragam satu tapi malah buat hujan-hujanan," belum sempat Nala menjawab pertanyaan sang Ayah, Ahmad lebih dulu mengomelinya.

"Iya Ayah Nala ngerti. Soal seragam nanti Nala cuci sekarang juga siapa tau besok kering," Nala lebih memilih mengalah saja, jika Nala menjelaskan yang sebenarnya kalau ia hujan-hujanan hanya untuk menghindari Vian itu hanya akan membuat Ayahnya bingung dan ia sendiri yang malu.

"Sekarang kamu masuk dan ingat cuci seragam kamu yang basah itu," ucap Ahmad dengan wajah datar.

Nala mengangguk dan segera pergi dari hadapan sang Ayah. Sebelum pergi ke kamar mandi Nala masuk terlebih dahulu ke kamarnya guna mengambil handuk dan pakaiannya.

Setelah beberapa menit sekarang Nala sudah selesai dengan ritual mandinya. Nala mulai mencuci bajunya dengan cara merendam bajunya terlebih dahulu di ember yang sudah berisi air yang tercampur rinso.

"Kamu lagi nyuci apa La?" tanya Sera menghampiri Nala.

"Nyuci seragam Bu, tadi Nala sempet ujan-ujanan," terang Nala sambil menatap Sera yang berdiri di sebelahnya.

"Sini biar Ibu aja yang lanjutin, mending sekarang kamu makan. Kamu pasti belum makankan?"

"Nggak usah Bu. Ini tinggal Nala kucek dan bilas aja, soal makan habis ini juga Nala pasti makan kok Bu," ucap Nala tak mau merepotkan Ibunya.

"Yasudah kalo begitu Ibu kedepan dulu ya. Semangat nyucinnya," ucap Sera sambil mengelus pundak Nala dan pergi. Nala hanya tersenyum menanggapinya.

*****
Sera menghampiri Ahmad yang masih berada di teras, lantas Sera duduk dikursi samping.

"Kamu yakin dengan keputusan kamu?" tanya Ahmad menatap istrinya yang sangat ia cintai.

"Yakin Mas, percuma aja kalo aku dirawat itu hanya membuang-buang uang saja. Pada akhirnya aku akan tiada sekarang aku hanya tinggal menunggu waktunya datang," ucap Sera, tatapannya  kosong.

Sebenarnya saat Sera pergi ke klinik untuk periksa penyakitnya yang mulai kambuh lagi, dokter klinik tersebut sempat menyarankan untuk Sera dirawat dirumah sakit karena sakit asmanya sudah sangat parah. Saat periksa Sera sempat di infus diklinik itu, itulah alasannya mengapa kemarin Sera dan Ahmad pulang cukup lama.

Sera memutuskan untuk dirawat jalan saja dan tak memberitau anak-anaknya tentang kondisinya saat ini. Levino, Nala, dan Riko mereka tau kalau Ibunya mengidap penyakit asma tapi mereka taktau kondisi Ibunya saat ini. Sera hanya tak ingin membuat ketiga anaknya bersedih.

"Tidak baik berbicara seperti itu, kamu harus bisa sembuh demi aku dan anak-anak kita," ucap Ahmad menyemangati istrinya.

"Aku akan berusaha sebisa mungkin," ucap Sera sambil mengusap air matanya yang menetes.

Ahmad yang melihat itu hanya mampu memegang tangan istrinya dan menghela nafas berat.

"Mulai hari ini kamu tak usah kerja lagi, ini demi kesembuhan kamu. Kamu ingatkan kata dokter untuk saat ini kamu harus banyak istirahat dan tidak boleh melakukan aktifitas yang berat," ucap Ahmad memperingatkan istrinya.

PANTAS KAH?Where stories live. Discover now