Chapter VII : Les Yeux qui Voient L'invisible

389 39 0
                                    

Anna duduk di sebuah batu besar di pinggir tebing tak jauh dari tempat bendungan kokoh sebelumnya berdiri. Kini yang tersisa hanya reruntuhannya saja. Tapi Anna bahkan tak memperhatikannya. Matanya masih terpaku ke sosok yang menyelamatkannya. Dia tak dapat mempercayai apa yang ada di hadapannya saat ini.

Anna memang tidak mempercayai keberadaan naga, karena tidak ada buku yang menjelaskan tentang naga di perpustakaan Istana. Naga hanya ada di dalam dongeng kanak-kanak baginya. Anna bahkan hanya bisa membayangkan bentuk naga dari penjelasan Leon yang juga mendengarnya dari penjelasan guru berpedangnya. Tapi sosok di hadapannya saat ini sangat mirip seperti apa yang pernah didengarnya mengenai deskripsi naga.

Sosok itu mirip hewan buas yang besarnya sama dengan besar sebuah kastil. Warna kulitnya yang tampak tebal seperti dilapisi baja itu mirip seperti warna lahar merah yang baru keluar dari gunung berapi. Kedua sayap membentang lebar di bagian kanan dan kiri tubuhnya. Setiap kali bernapas, akan keluar uap panas yang masih dapat Anna rasakan meski jaraknya dengan naga tersebut tidak terlalu dekat. Tapi dari keseluruhan penampilan mengerikannya, naga itu memiliki sepasang mata yang sangat indah berwarna merah terang.

Saat itu, alih-alih takut atau gemetaran karena baru saja melihat sosok yang harusnya hanya ada dalam dongeng dan khayalan belaka, Anna justru merasa terpana. Matanya sibuk mengamati setiap hal yang ada pada naga tersebut layaknya seseorang yang penasaran akan sesuatu yang disukainya.

Anna memperhatikan ada banyak bekas luka di sekujur tubuh naga itu. Bekas luka yang paling besar membentang membentuk sebuah garis panjang dari sayap sebelah kanan ke sayap sebelah kiri. Anna bertanya-tanya dalam hati siapa yang dapat melukai naga sebesar itu. Dan betapa naga itu pasti merasa kesakitan saat mendapatkan luka tersebut.

Selama beberapa waktu, naga itu hanya diam dan memperhatikannya dari jarak yang bisa dikatakan cukup jauh. Namun, saat Anna meringis kesakitan akibat luka tusuk di punggungnya, naga itu mendekat ke arah Anna dan menyentuh punggungnya dengan ujung cakarnya. Naga itu menyentuhnya dengan sangat perlahan seolah takut menyakitinya. Dalam waktu singkat, Anna dapat merasakan bagian punggungnya terasa lebih hangat. Dan rasa hangat itu akhirnya menjalar ke seluruh tubuhnya yang sejak tadi terasa dingin. Anna dapat merasakan luka bekas tusukan itu semakin mengecil meski tubuhnya masih terasa lemas dan sulit untuk berdiri.

Anna baru akan mengucapkan terima kasih pada naga tersebut, tapi naga itu segera terbang pergi menjauh darinya.

"Yang Mulia!"

Anna menoleh ke arah datangnya suara dan melihat Leon sedang menaiki salah satu kuda milik Tuan Blanc. Kuda itu berlari cepat ke arahnya.

"Leon..."

"Yang Mulia! Apa yang terjadi?" Leon segera turun dari kuda dan berlari untuk menahan tubuh Anna yang hampir jatuh saat berusaha bangkit berjalan ke arahnya.

"Kau melihatnya?" Tanyanya, "Kau melihat naga tadi?"

"Ya." Leon mengangguk serius, "Jika kisah yang pernah diceritakan oleh guruku padaku benar adanya, maka itu tadi pasti adalah Naga Api Agung. Naga yang paling berbahaya sekaligus berkuasa di antara naga lainnya. Apa yang telah dilakukan makhluk itu padamu?"

Anna menoleh kembali ke arah naga tadi terbang meninggalkannya. Menatapnya seolah dia merindukannya dan ingin bertemu dengannya lagi. "Dia lah yang menyelamatkan nyawaku, Leon." katanya.

***

Istana Schiereiland yang sangat besar dikenal juga sebagai Istana Sejuta Pintu. Hal itu dikarenakan ada banyak sekali pintu di dalam Istana yang akan menuntun siapa pun yang cukup kuat dan penasaran untuk menjelajahinya menuju ke ruangan yang berbeda-beda. Di saat yang sama, hal itu juga berfungsi untuk membingungkan penyusup. Bukan hanya penyusup, bahkan Sang Putri kecil pun sering kali tersesat di dalam Istana yang merupakan rumahnya sejak lahir.

The Rose That Blooms in NorthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang