The most beautiful present (Morisawa Chiaki)

147 20 5
                                    

9 bulan lamanya penantian ku dan istriku, akhirnya pahlawan kecilku terlahir. Aku sangat senang saat anakku terlahir dengan sehat. Namun disisi lain, aku terpukul karena istriku menukarkan nyawa nya agar anakku terlahir dengan sehat.

Morisawa (Name) ialah nama anakku. Aku bersumpah akan menjaga nya sebaik mungkin dan sebisa mungkin aku akan meluangkan waktu untuknya agar dia tidak kekurangan kasih sayang.

Menjaga (Name) sebagai single parent tidaklah mudah, aku sering menitipkan Name ke teman-teman ku kalau aku sedang sibuk di kantor, untunglah mereka mengerti keadaanku.

(Name) tumbuh sebagai anak yang baik. Ia sangat ramah kepada siapapun sama seperti mendiang ibu nya, ia juga sering membantu orang yang kesulitan, dia memang adalah pahlawan kecilku.

Ia pintar memasak, aku ingat dia hampir membakar dapur saat umur 5 tahun karena sedang mencoba memasak telur. Ia menangis karena masakannya gagal, namun ia tidak pantang menyerah dan pada umur ke 8 tahun, ia sudah bisa memasak.

Setiap pagi, ia akan membangunkanku. Ia tidak peduli walau aku lembur kemarin, ia tetap membangunkanku agar kami bisa sarapan bersama.

(Name) sangat menyukai game. Ia sering bermain game bersama Harukawa, walaupun ia tidak pernah menang melawan Harukawa, tapi ia menikmatinya.

(Name) benci pembully-an, ia pernah mendapati temannya di bully oleh seseorang, ia pun melawan orang tersebut dengan berani.

(Name) sering bernyanyi saat senggang. Ia anak dari mantan Idol sih, jadi sepertinya wajar saja kalau ia sering bernyanyi.

Suaranya.... Ah, sangat merdu seperti suara ibunya.

(Name) juga sering mengunjungi makam ibunya. Ia bercerita tentang kejadian-kejadian yang terjadi di rumah maupun di sekolah nya, baik itu kejadian yang menyenangkan maupun kejadian yang menyedihkan. Kadang ia juga membawa nilai ulangannya.

Tentu saja kalau nilai ulangannya bagus.

"Ibu, aku... Ah tidak, bukan apa-apa."

Itulah kata-kata yang sering (Name) katakan sebelum pergi dari makam ibunya.

Aku tidak mengerti maksud perkataannya.

(Name) memiliki rambut yang panjang. Awalnya ia merasa gerah karena itu, namun saat aku mengajari nya mengikat rambutnya, ia mulai sering memodeli rambutnya, sehingga ia tidak terganggu dengan rambut panjang lagi.

(Name) suka menonton live Ryuseitai. Aku tidak tau ia mendapat dari mana video live itu karena seharusnya penjualan CD nya sudah berhenti. Namun selama ia menyukai nya, itu tidak masalah.

(Name) benci kesepian. Saat aku pulang telat dari kantor, aku sering melihatnya menangis di meja belajar nya, namun ia buru-buru bersikap ceria kalau sadar aku sudah pulang.

(Name) tidak suka kalau aku melupakan sesuatu yang penting. Aku pernah tidak sengaja melupakan ulang tahunnya, dan dia benar-benar marah sampai ia membuat makan malam penuh dengan terong. Aku yakin pasti Kanata yang mengatakan kelemahan ku pada (Name).

(Name) memiliki teman masa kecil bernama Shinkai Shizu, anaknya Kanata. Aku sering melihat (Name) bermain dengan Shizu dan merasa mereka berdua persis sepertiku dan Kanata dulu.

"Jangan disamakan puka~ nanti anak kita di 'ship' seperti kita 'dulu'~."

Aku akan menjaga (Name) dari para shiper.

Terkadang aku melihat tatapan mata (Name) yang sedih saat melihat Shizu bersama ibunya, sebisa mungkin aku menghibur nya setelah itu agar (Name) tidak terlalu sedih lagi.

(Name) menyukai Tanabata matsuri, ia sangat antusias jika ada Tanabata Matsuri, ia biasanya pergi denganku atau teman-temannya bila aku sibuk.

"(Name) kenapa kamu begitu menyukai Tanabata Matsuri?"

"Karena aku bisa menulis harapanku! Jadi aku bisa menuliskan harapan ku untuk Okaa-san."

Ah, ia memalingkan wajahnya sejenak. Persis sepertiku saat memendam perasaan.

(Name) menyukai kucing. Aku memberikannya kucing saat ia berumur 13 tahun dan dia menyayangi kucing itu seperti adiknya.

"Namamu sekarang Morisawa Nyanko! Kau sudah jadi bagian dari keluarga pahlawan, HaHaHa!"

Senyum nya, perangai nya, suara nya dan warna matanya sangat mirip dengan ibu nya, (Name) adalah hadiah terindah di dunia.

Yah, hanya 15 tahun, sampai tuhan mengambil (Name) kembali.

Untuk kedua kalinya, aku kehilangan wanita yang ku sayangi.

Aku tidak marah, toh marah tidak akan mengembalikan (Name), dan Tuhan pasti sudah merencanakan kebahagiaan (Name) di alam sana, bahagia bersama ibunya.

•••

"Aku datang, apa kabar kalian disana?"tanyaku sambil berjongkok di depan makam (Name) dan istriku.

"Kalian tidak bisa jawab yah... Aku terkadang bodoh sekali yah!"kataku sambil tertawa di akhir.

"Meow~"Nyanko menggaruk tubuh nya di ujung batu nisan (Name).

"Kamu merindukan (Name) yah, Nyanko."kataku sambil mengelus kucing putih itu.

Aku kembali menatap kedua nisan wanita yang kucintai lalu tersenyum.

"Maaf yah, aku belum bisa menjadi suami yang baik untukmu..."kataku sambil mengelus nisan istriku.

"Maaf yah, aku belum bisa menjadi ayah yang baik untukmu."kataku lalu mengelus nisan (Name).

Aku tersenyum pahit lalu menggendong Nyanko, sudah saatnya pulang.

Aku berjalan keluar dan tiba-tiba ada sebuah mobil yang bergerak cepat ke arahku tanpa terkendali.

Yah, aku akan pulang, aku akan pulang ke tempat mereka.

Ansuta Random StoryWhere stories live. Discover now