#19

4.8K 354 3
                                    

HALLO

RANI SAMA USTADZ FEBRI NEMENIN MALAM AHAD NIH

VOMENT NYA YAA~

HEPI READING YOROBUN~

.

.

.

Sejak kejadian itu Rani sudah jarang ke rumah ustadz Aziz, kini dua minggu sekali ia akan menemui suaminya lewat uks yang dijaga ustadzah Malfa

Siang ahad kali ini Rani memilih duduk sendiri di bawah. Lantai satu di gedung asramanya. Lebih tepatnya samping tempat pohon-pohon mangga itu. Usai cuci piring makan siang, ia izin tidak langsung ke kamar pada teman-temannya. Teman berlima itu maksudnya

Karena Rani sedang tidak sholat, ia lebih tenang untuk mengesampingkan sementara soal setorannya. Di pesantren jika santri putri berhalangan sholat, maka wajib juga tidak ikut setoran.

"Rani sendirian aja" celetuk Khansa

Rani hanya menyengir

"Galau apasih"

"Enggak kenapa-kenapa Khans, hehe"

"Kalo gitu ana murojaah dulu ya"

Rani mengangguk

Pikirannya kalut. Pembicaraannya dengan ustadz Azmi kemarin Sabtu sore masih terngiang. Ia menjadi berfikir dua kali lipat soal perasaannya kepada suaminya sendiri itu.

Karna jujur saja, ia belum sepenuhnya mencintai ustadz Febri. Pada awalnya mungkin suka, tapi untuk mencintai? ia masih ragu.



"Ohiya Rani, selamat ya untuk itu. Hahaa"

Rani yang paham akan perkataan ustadz Azmi mengangguk 

"Dia demi loh gak ikut ke Bali" imbuh ustadz Azmi

"Ohiya?" Rani hanya menanggapi. Sebenarnya ia sedikit malas di panggil ustadz Azmi hanya untuk ucapan selamat ini. Bahkan untuk ia sendiri masih kurang percaya


Seorang ustadz Febri

Yang pernah ia kesali itu

Menjadi suaminya

"Sejak awal saya kenal dia di sini, dia sudah bercerita banyak tentang kamu"

"Se-sejak awal?" kini Rani benar-benar tertarik

"Iya, bahkan niat untuk menikahimu. Kata dia, ia takut maksiat. Makanya di halalin" jelas ustadz Azmi sedikit menahan senyumnya

"Bukannya di jodohin?"

"Hah? siapa bilang? orang saya yang nemenin dia beli cincin sama mahar"

"Ustadz Febri bilang di jodohin" Rani cengok

"Hahahahha"

"Bukan Rani, dia yang berniat"

"Tapi, bukannya ustadz Febri masih kuliah?" tanya Rani pelan. Ia takut menyinggung. Tapi, bukankah laki-laki jika ingin menikahi perempuannya harus siap ini itu? termasuk harta? 

"Loh, apa Febri gak pernah cerita?"

"Cerita apa?"

"Febri kan udah mulai bantu perusahaan ayahnya Ran, jangan-jangan kamu gak tau perusahaan ayahnya Febri?"

Rani menggeleng pelan





"Ustadz Febri aja gak pernah ngomong kok"

"Apa gue yang gak pernah nanya-nanya ya?"

Saranghae UstadziiOnde as histórias ganham vida. Descobre agora