Hey, girl!

380 46 19
                                    

"Terima kasih." Gadis bersurai ash silver itu mengambil alih goodie bag yang berisi beberapa bahan makanan dari pelayan kasir dan langsung melangkahkan kakinya keluar dari dalam mini market.

Malam ini tampak berkabut, bingkai hitam di atas sana kian pekat diiringi kilatan sang guntur yang bergemuruh. Gadis dengan nama Rosiella Anatasya itu mempercepat langkahnya ketika mendapati jarum jam pada arloji yang melingkar dipergelangan tangannya sudah mengarah ke angka sebelas.

Heels merah marun yang membungkus kedua kakinya pun memberikan suara ketukan dan berhasil mengisi kesunyian disekitar, membuat rasa cemas yang ada kian memudar. Rosie memang tak biasa pulang larut malam, jika bukan karena client yang meminta untuk menyelesaikan 20 karangan bunga dalam satu hari pun, Rosie enggan berjalan membelah kegelapan sendirian. 

Gadis itu sudah cukup trauma dengan kejadian yang pernah menimpanya dahulu, kejadian yang membuatnya takut untuk berpapasan apalagi berdekatan dengan laki-laki.

"Anggrek, mawar, melati, tulip.." Rosie terus menerus mengucapkan nama-nama bunga secara berulang untuk mengusir rasa bosan karena kesendirian.

Hingga pada ucapan yang ketiga, Rosie mendadak bisu karena merasa tubuhnya terhalang oleh seorang laki-laki yang tiba-tiba datang dari arah berlawanan berdiri kaku dihadapannya.

Laki-laki yang tubuhnya dibalut pakaian serba hitam juga surai berwarna coklat gelap yang sudah tak tertata itu tersenyum kearahnya, berhasil membuat Rosie bergidik ngeri.

Gemetar di seluruh tubuh, Rosie benar-benar merasa terancam hingga ingatan tentang kejadian yang dulu kembali berputar di kepala. Kedua tangannya pun berusaha dia gerakan untuk mendorong tubuh laki-laki itu, namun nyatanya tenaga yang dia punya tak cukup kuat untuk membuat tubuh laki-laki itu menjauh.

"Pergi!" Rosie mendadak berteriak histeris, tak ada satu orang pun selain keduanya yang melewati jalan itu, benar-benar hanya ada mereka berdua.

Baru hendak berbalik dan melangkah, Laki-laki itu sudah lebih dulu menahan salah satu tangan Rosie. Rosie tersentak.

"Lepaskan aku!"

"Hey, girl!" Suara laki-laki itu kini menginterupsi, langkahnya kian mendekat seolah tengah mengikis jarak yang menjadi pemisah diantara mereka.

"Calm down. I want to ask your help. Please." Ucapnya dengan volume suara yang begitu rendah, dia melafalkannya dengan aksen Amerika kental.

Rosie menggeleng, dengan beberapa kali sentak, genggaman laki-laki itu pada tangan Rosie akhirnya terhempas.

"No! I can't help you. Just find someone else!" Suara itu terdengar bergetar, namun Rosie berhasil membalas ucapan laki-laki berkewarganegaraan asing itu sebelum pada akhirnya tungkai jenjangnya kembali mengambil langkah besar dan menghilang dari sana.

Namun bukannya berhasil lolos, laki-laki itu nyatanya mengikuti langkah Rosie dengan tergesa.

"Hey what's wrong? I just want to ask for help."

"Pergi! Jangan menggangguku!" Rosie mengucapkan serentetan kalimat itu dengan suara yang cukup keras. Heels merah marun miliknya pun sudah  hilang tak tahu arah, Rosie hanya terus berlari hingga dua iris coklat gelap itu berhasil melihat sebuah rumah berwarna hijau yang tak lain adalah rumahnya sendiri.

"Hey, girl! Wait for me."

"Sial!" Rosie merogoh tasnya dengan cepat sesekali melirik kebelakang, tangannya berhasil mengeluarkan kunci rumah berwarna perak dan membuka pintu itu dengan cepat.

"Cepat, cepat, cepat Rosie, cepat!"

Rosie memutar kunci itu sebanyak dua kali sampai akhirnya pintu utama berwarna putih itu terbuka dengan lebar. Seolah tak ada waktu untuk melihat kebelakang, Rosie buru-buru masuk dan menutup pintu rumahnya secepat kilat.

LOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang