14. Ritual terakhir

23 6 0
                                    

Welcome back In my work
Jangan lupa jejaknya ya kalian..





______

Suasana malam ini terlihat mengerikan untuk kelima orang yang sedang berada di depan gerbang sekolah. Mereka memandang gedung itu dengan pandangan yakin. Dengan pakaian putih karena disuruh Brian dan celana jeans hitam.

"Setelah sampai disini kita mau kemana?" celetuk Tika memecahkan keheningan. Surat yang mereka dapatkan tidak menuliskan dimana tepatnya ritual itu.

"Aula mungkin, aula tempat mereka ditemukan dengan keadaan bisu," ucap Rasya dengan tangan tak lepas dari Tika. Masih sempet-sempetnya.

"Nah sekarang kita masuk."

Mereka masuk bersamaan dengan berpegangan tangan. Kek mau nyebrang aja.













"Semua sudah siapkan?"

"Sudah tinggal nunggu Ravn dateng aja, lo udah kabarin dia kan untuk datang," ucap Gun Min. Kalo kalian lupa dia saudara kembar Seoho.

"Lalu gimana dengan Seoho dia udah kesini? Bukankah ini hari dimana dia akan sembuh," ucap temannya dengan wajah bingungnya.

"Gue gak tau dimana dia yang pasti dengan adanya dia atau enggak ritual ini tetap akan berjalan," yakin Gun Min. Dia tau jika Seoho mencoba menggagalkan rencananya Seoho terlalu menggunakan hatinya.

Gun Min akan melihat Seoho normal. Itu yang dia inginkan saat melihat Seoho diperlakukan tidak adil dengan teman-temannya waktu taman kanak-kanak, bahkan orangtuanya juga melakukan itu. Gun Min ingin Seoho dilihat seperti mereka melihatnya.

Ting!

Teman Gun Min membuka ponselnya, lalu tersenyum senang dengan pesan dari orang itu. Ravn. Dia sudah berada di depan sekolah, dengan embel-embel ingin mengembalikan buku tulis yang dia pinjam semalam dengan mudahnya Ravn percaya begitu saja.

"Dia udah mau ke atas, kita siapin aja peralatannya."

"Jangan lupa panggil dia, karna itu inti dari ritual ini," celetuk Gun Min saat melihat temannya itu menuangkan cairan berwarna merah ke dalam sebuah ember besar.

"Gue gak akan lupa itu."












"Serem amat sih tempatnya, gue malah kebelet lagi gimana donk ini," ucap Brian saat melihat lorong tanpa cahaya di depannya.

"Pengen ketawa tapi takut dosa," lirih Rasya berusaha menahan rasa ingin tertawanya, "Gue anter ke toilet deket dari sini juga."

Setelah berpamitan dengan ketiga temannya Rasya dan Brian menuju toilet samping uks yang berada beberapa ruangan dari tempatnya sekarang.

Brian berjalan dengan mencengkeram tangan Rasya. Sedangkan Rasya dengan santainya menyapa makhluk tak kasat mata dan itu sangat mengerikan untuk Brian. Jika misi ini selesai ingatkan Brian untuk memukul Rasya.

"Lo bisa berhenti bicara gak, gue takut ogeb," kesal Brian tanpa berniat membuka matanya karena takut.

"Iya-iya, lagian kita diajarkan untuk saling menyapa."

"Gue tau kalo itu."

"Nah makanya jangan larang gue buat ramah."

"Masalahnya lo ramah malah nakutin gue, lo nyapanya setan!"

"Hehehe, buka mata lo lagian lo gak bisa lihat juga," Rasya melepaskan cengkaraman tangan Brian, "Kita udah sampai sana masuk gue tunggu disini jangan lama-lama."

"Lo gak ikut masuk?"

"Dih ogah gue tunggu sini cepetan sana sebelum gue tinggal karena lo lama."

"Jangan ninggalin gue," ucap Brian dengan wajah memelas.

"Lo ngomong kaya gue itu pacar lo, geli gue," Rasya bergidik saat mendengar kalimat yang diucapkan Brian.

"Serius gue Sya!"

"Iya gue tau, lo buruan deh gue kesini bukan mau ribut sama lo!"

Setelah Brian masuk Rasya hanya memandang sekitarnya. Cukup banyak penghuni sekolahnya ini. Bahkan banyak macamnya. Dari yang terbang, ngesot, bergelantungan. Astaga jika dirinya tidak terbiasa dengan hal seperti ini, dia yakin sudah pingsan saat membuka mata pada pagi hari.

Eh rumah mereka bebas akan makhluk gaib soalnya sudah dimantrai oleh bang Defran. Jadi kalo mau ngelakuin yang iya-iya? Gak perlu takut ada yang ngintip.

"Sya gue udah nih, kita susul mereka sekarang," ucap Brian dengan wajah leganya.


























Ravn berjalan menuju aula seperti yang ditulis oleh temannya, entah kenapa perasaannya tidak enak seperti dua hari yang lalu disaat temannya atau lebih tepatnya teman dadakannya tiba-tiba meminjam buku catatanya padahal mereka tidak sekelas. Bahkan dia tidak mengenalkan dirinya siapa hanya menyapa sekilas lalu meminjam buku.

Ini perasaan gue atau gimana hawanya kaya berubah saat gue masuk gerbang sekolah_batin Ravn. Dirinya sudah was-was karena keadaan sekolah pada malam hari seperti tempat uji nyali. Ravn juga manusia biasa yang takut akan makhluk tak kasat mata.

Ravn heran kenapa perjalanan menuju aula terasa sangat lama. Biasanya dia ke aula tidak memakan waktu yang lama. Atau ini mungkin efek suasana sepi.

Deg!

Sekilas Ravn melihat bayangan berjalan di depannya. Apakah ada orang lain disini. Ravn berjalan mengendap-endap menuju bayangan itu. Walaupun sedikit takut apakah itu manusia atau bukan.

Eh!

Bukankah itu_

"Hoy ngapain kamu disini?"

Ravn tersentak lalu melihat siapa yang mengagetkannya. Rasya dan Brian.

Kalian yang ngapain disini?

Ravn tak perlu menggunakan kertas karena dia tau Rasya bisa bahasa isyarat.

"Ehm.. Lo gak usah pake bahasa isyarat kita tau lo gak bisu," celetuk Brian dengan wajah bingungnya.

Ravn tentu saja terkejut setahunya tidak ada yang tau dirinya tidak bisu. Bahkan orangtuanya tidak mengetahuinya. Karena mereka menganggap dirinya juga korban seperti yang lain.

"Kalian tau darimana," selidik Ravn dengan memandang mereka berdua curiga.

"Gue tau dari Young jo," jawab Rasya ringan.

"Gak mungkin, Young Jo udah gak ada," bantah Ravn dengan wajah tak percaya, "Gak mungkin dia memberitahu kalian."

"Gue gak bohong, dia sendiri yang bilang kalo Lo gak bisa bahkan dia pengen kita jagain lo karna lo target selanjutnya," jelas Rasya dengan senang hati, "Dan mungkin lo dipanggil kesini untuk upacara itu ritual."

Rasya terkejut dengan ucapannya sendiri, dirinya yakin apa yang diucapkanya benar. Kalau tidak kenapa Ravn betapa disini.

"Gue kesini mau ambil buku yang dipinjem temen gue."

"Bodoh! Kan bisa diambil besok kenapa harus malam-malam ke sekolah," sungut Brian. Dia tau dirinya bodoh tapi tidak sebodoh Ravn juga.

"Itu mungkin jebakan," ucap Rasya.

"Gue tebak lo mau ke aula."

Ravn menatap Brian dengan pandangan 'darimana lo tau' 

"Karena kalo itu jebakan pasti lo disuruh ke aula."




























"Sepertinya sulit untuk melakukan ritual ini," ucap Gun Min dengan ekspresi kesalnya.

"Ya seperti yang lo tau tamu kita banyak sekali termasuk dia."

✔️[1] INDIGO :: A Song Written Easily :: ONEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang