Bab 3

130 2 1
                                    

Laura Charlotte adalah gadis keturunan Indonesia dan Jerman diusianya yang masih tergolong sangat muda harus bekerja keras untuk hidup seperti sekarang. Laura bahkan tidak pernah menikmati masa muda seperti layaknya pemuda di kota itu.

Semenjak sepeninggalan ayahnya karena dibunuh oleh komplotan mafia, ia kakak, dan juga ibunya tinggal bersama disebuah rumah kecil itu pun hanya menyewa.

Hingga Viona kakaknya setelah menikah membawa Laura ke rumah suaminya sampai saat ini. Meskipun begitu Laura harus membantu kakak iparnya untuk terus bekerja mencari uang.

Kini gadis berambut hitam dan ikal panjang itu berjalan tergesa-gesa memasuki kantor BERLION yang merupakan perusahaan kimia. Dengan sesekali melirik arloji yang melingkar di tangan kanannya, Laura terus saja berlari kecil menuju ruangan kepala staf.

"Kalian harus mematuhi semua peraturan di kantor ini, kerana itu sangat penting untuk karier ke depannya."

Seorang wanita berambut cokelat memberi instruksi pada enam karyawan perempuan dan laki-laki di hadapannya.

Laura membuka pintu ruangan itu dengan panik kemudian berdiri di posisi paling ujung di antara enam orang yang memiliki tinggi menjulang itu. Tatapan kepala staf seketika menyorot tajam ke arahnya mengintimidasi.

Hari ini adalah hari paling penting, karena bos pemilik perusahaan ini akan datang. Oleh sebab itu mereka semua diperintahkan untuk datang lebih awal.

Dengan tatapan sengit kepala staf bernama Michelle tu mendekat sedangkan Laura menunduk, tahu pasti akan kena marah berikutnya. Sedangkan dari enam anggota karyawan tiga di antaranya menyeringai senang karena mereka tidak menyukai gadis itu.

Michelle mendekati Laura yang menunduk takut, kemudian meraih kalung Id card.

"Laura Charlotte," ucapnya. Kemudian menatap wajah Laura, gadis itu memang berbeda dari yang lain. Tidak hanya usianya yang masih muda akan tetapi ia juga memiliki tubuh kecil dan ramping karena ia mewarisi gen ibunya.

Laura semakin menunduk. Bagaimana jika hari ini ia dipecat? Bagaimana kalau gajinya dipotong? Ia gugup memikirkan ini semua, andai saja dia tidak ceroboh dan tidak bangun kesiangan pasti tidak akan dihadapkan dengan seperti ini.

"Aku harap kau tidak melakukan kesalahan seperti ini lagi. Dan tentang peraturan kau harus bertanya pada mereka semua." Dagu Michelle menunjuk ke arah karyawan yang menunduk detik berikutnya berlalu pergi.

Seketika Laura membuang napas lega seperti setelah melepas batu besar yang mengganjal dadanya. Saat melirik ke sampingnya ada tiga pasang mata menatap tidak suka ke arahnya. Akan tetapi dengan kepolosannya justru membalas dengan tersenyum.

***

"Maafkan saya, Bos, karena saya terlambat menjemput, Anda harus menaiki sebuah bus," ucap Maikel yang merupakan sekertaris Alaric. Terus saja mengimbangi jalan bosnya begitu cepat menuju ruangannya.

Sedangkan para karyawan diperintahkan untuk menyambut dengan cara berdiri di samping pintu masuk. Ada banyak karyawan yang berjejer di sana mengucapkan selamat datang karena ini adalah hari pertama Alaric akan mengurus perusahaan ini setelah kedatangannya dari Amerika.

Alaric terus saja berjalan tanpa ingin membalas sapaan mereka. Hingga matanya sampai pada seorang karyawan yang menunduk dengan hormat berdiri di paling ujung.

"Kau?"

Laura menaikkan pandangannya menatap sumber suara. Dadanya seketika berdentum ternyata lelaki di hadapannya adalah orang yang baru saja ia tabrak. Sungguh memalukan.
.
Hingga sebuah senggolan dari temannya dari samping mengagetkannya. "Beri ucapan selamat datang, dia bos kita," bisiknya di dekat telinga Laura.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boss Affair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang