(00.07)

3 0 0
                                    

Apakah kau lelah mencari? tapi bukankah hidup memang pencarian? jadi biasakan dirimu dengan hal itu. Akan tetapi jangan terlalu memaksakan diri, ada saatnya kau perlu beristirahat dari perjalananmu. Berteduh dan rebahkan tubuhmu pada pohon beringin itu.

Pemuda itupun akhirnya beristirahat. Merebahkan tubuhya sedikit menyender pada batang beringin. Hembusan angin yang sepoi-sepoi tak lama kemudian membuatnya tertidur. Tapi tiba-tiba belum sampai pulas dia tertidur. Dia dibangunkah oleh sosok kakek tua dengan membawakan minuman serta beberapa makanan jajan pasar.

"Maaf nak mas, saya bangunkan. Soalnya saya hendak menyuguhkan minuman dan beberapa makanan ini." Ujarnya.

"Loh, kakek siapa? tiba-tiba kok bawa makanan dan minuman?" Tanyanya heran dan penuh curiga.

"Dah, minum dan dimakan dulu, ntar baru tak jelasin.

pemuda itupun dengan penuh khawatir kemudian minum dan memakanya. Kebetulan perutnya sedang lapar, tapi tetap pikiranya masih waspada dan menerka-nerka.

"Gimana sudah kenyang?" Tanya kakek itu setelah tadi asik menikmati sebatang rokok sambil menunggu si pemuda selesai makan.

"Sudah. Ngomong2 kenapa kok kakek baik begini?"

"Loh, kamu kan tamu, dan saya sebagai tuan rumah sudah sewajarnya kan jika memberi suguhan."

"Hah, tamu? emang ini rumah kakek? tapi dimana rumahnya?" pikiranya dipenuhi kebingungan.

"Itu rumahku" Kakek itu menunjuk sebuah makam tepat disamping pohon beringin itu, dimana tadi pemuda itu tidak menyadarinya kalo disitu terdapat sebuah makam.

Pemuda itupun seketika terpranga, dan hendak berlari tapi tanganya digenggam erat si kakek tua itu.

"Tenang anak muda, jangan takut. Duduklah dan dengarkanlah ceritaku" Pintanya.

Dulu aku pun seorang pencari. Mencari apa yang menjadi keinginan hati. Bertahun-tahun aku mencari, tetapi tak kunjung aku temui. Hingga sampai hati ini lelah. Bahkan sampai protes karna garis takdir yang diberikan-Nya serasa tidak adil. Bukan tak mau menerima, melainkan menerima jalan yang berlawanan keinginan, pada dasarnya bukanlah hal yang mudah. Meskipun ujung barat adalah timur, dan begitupun sebaliknya. "Ya" dan "Tidak" tetaplah pilihan yang tak bisa berselaras dalam pertanyaan yang sama. ibarat dua perhitungan yang dimulai dari angka 0, satunya berjalan kearah plus (..1,2,3...dst) dan satunya lagi berjalan kearah minus (-1,-2,-3..dst). Takkan mungkin ada titik temu. akan tetapi mau tidak mau, karna itu sudah takdirku yang tak bisa ku lawan, perlahan aku mulai menanamkan sifat sebagaimana air, perwujudan dari "Penerimaan" kedalam diriku. Mengalir sebagaimana mestinya. Tiada ekspektasi tinggi bukan berarti putus asa. Meski sebenarnya berawal dari rasa kecewa. Perlahan-lahan, entah akan berapa juta tahun mengalir baru akan sampai pada muara "Narimo Ing Pandum". Muara dari segenap kekecewaan dan bahkan keputus asaan. jika semakin cepat sampai, maka semakin cepat pula perasaan yang tersiksa akan sirna. Demikian juga sebaliknya, jika lama tak kunjung sampai, maka perasaan ini masih tersiksa dengan gejolak kecewa dan tak bisa berbuat apa-apa.

   

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lingkaran Ruwatu (Ruang dan Waktu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang