13 | Selaras

2K 466 140
                                    




b a g i a n | 13 | Selaras

---------------

.

.

.

.

.

.

.

Nadesha Okantara lagi menyusuri lorong-lorong panjang menunju kelas yang berada di gedung sebelah. Menjajakan diri, becanda. Maksudnya menjajakan barang dagangan dia yang akan habis dalam waktu singkat. Adik-adik kelas yang kena hipnotis sama wink dan smirknya Nadesh sudah berkerumun. Apapun yang dijual sama dia bakalan laku keras, serius.

Ini semua bermula ketika bulan bahasa yang biasanya diadakan pada bulan September taun kemarin. Doi diajukan sebagai perwakilan kelas buat jadi model fashion show batik, jelas dong auto menang. Dari total seribu warga sekolah, Nadesh dapat tiga ribu vote! Soalnya anak sekolah lain ngikut vote juga. Udah gitu pas dia baru bilang 'selamat pagi, saya Nadesha Okantara' juri-juri langsung kena mental breakdown. Terpesona sama suara rendah nan seksi miliknya.

Wah di masa itu Nadesh beneran bersinar.

Imbasnya kepada Leo dan Dikta -selaku tim sukses Nadesh. Yang bela-belain nyogok adik kelas dengan bagi-bagiin foto unyu Nadesh yang jarang dipublish, yang punya foto enggak tau, soalnya itu aib yang ada di galerinya Leo. Capek memang, tapi gapapa yang penting dapet sohib mereka yang itu juara dan mereka dapat cuan.

Kalau masalah marketing, memang udah paling bener milih si kembaran cangcorang ini. Dia kalau lagi promosi bawelnya setengah mati, ditambah mukanya yang mendukung banget, udahlah, miskin-miskin dah fans dia. Tiap hari ada aja yang dijual, mau barang sendiri, atau promosiin barang orang, hobi Nadesh yang satu itu udah enggak bisa diberhentikan. Padahal seperti yang kita tau, dia anaknya tajir melintir.

Kesekolah bawa satu set balenciaga dari tas, sepatu, topi, sampai kaus putih polos buat dalaman seragam tuh masih kurang? Dikta yang pernah dibeliin apple watch pas ulang tahun kurang juga? Leo yang hampir dibeliin ipad? Ngomong-ngomong itu sebenernya udah kebeli, tapi Leonya nggak mau, dia udah punya sendiri, sama lagi. Jadi daripada mubadzir karena punya dua barang yang sama persis, Leo minta dijual aja, duitnya buat jajanin anak-anak deket jembatan yang biasa mereka lewatin buat pulang.

Lumayan lah, seenggaknya seminggu anak-anak di sana bisa makan McD sama minum street boba ya nggak seminggu itu terus, cuma ya pokoknya mereka bisa ngerasain makan enak karena kebaikan hati Leo dan Nadesh. Sisanya buat beliin mereka buku, iqro' buat ngaji, sama alat sekolah lainnya.

Sebuah ide bagus ketika Dikta ngefotoin dua anak orang bertahta itu pas lagi baksos. Trending deh mereka bertiga di base sekolah, akhirnya guru-guru tau, terus dipanggil, diajak foto buat profil sama kalender sekolah. Mereka yang tadinya udah famous jadi makin famous lagi.

Waktu itu orang tua mereka bertiga dipanggil, masing-masing dikasih penghargaan gitu. Seenggaknya ada bahan lah buat dipamerin pas Papa Leo lagi pertemuan antar kolega dari kejaksaan, atau pas Bapaknya Nadesh lagi pesta sama petinggi-petinggi perusahaan lain. Mereka masuk TV cui, gimana enggak bangga? Malahan, Nadesh sempat ditawarin buat casting film yang berbau relawan gitu, tapi dia nolak dengan alasan masih pengin mengejar cintanya di SMA. Ah, jangan lupa dia bucin nomor satunya si Karin Nalares.

Rumpang | haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang