02

36K 5K 1.1K
                                    

Sebuah tepukan kecil pada bahu gue membuat gue yang menenggelamkan wajah gue di tangan yang gue lipat diatas meja mendongak untuk mengetahui siapa yang menepuk bahu gue tadi.

Namun setelah gue tau siapa orangnya, gue kembali menenggelamkan muka gue enggan meladeni cowok yang udah nyari masalah di awal pertemuan gue sama dia.

"Woi. Gue tau lo nggak seneng sama gue, tapi seenggaknya lo harus nurutin kata guru kalo lo yang jadi pemandu gue istirahat ini." ucapnya disambut dengan tangan yang kembali menepuk-nepuk bahu gue.

Gue yang merasa terganggu pun kembali mendongak dan memasang wajah malas menatapnya jengah.

"Maupun itu suruhan guru atau bukan. Selama orang itu adalah elo, gue nggak bakalan mau." ujar gue yang kemudian berdiri dari duduk gue.

"Awas." tambah gue menyuruhnya bergeser karena gue ingin keluar dari kelas setelah mengingat ada hal yang harus gue lakukan setelah beberapa hari yang lalu selalu gue tunda.

Vino emang bergeser. Tapi dia malah ikutan berdiri yang membuat gue memandang heran ke arahnya.

"Mau ngapain lo?" tanya gue. Vino tanpa ragu menjawab.

"Ngikutin lo lah. Lo mau ngajak gue keliling kan?" ujarnya. Gue segera saja menggeleng pelan.

"Enggak tuh. Gue ada urusan, makanya mau keluar kelas. Tapi kalo lo mau ikut ya gue nggak masalah. Orang gue cuma ke satu tempat doang." ucap gue.

Iya, gue mau ke satu tempat yang mana udah dua tahun ini gue selalu kesana setiap kali jam istirahat berbunyi ataupun adanya jam kosong.

Apalagi kalo bukan ruang musik. Ruangan paling tenang karena sangat jarang murid yang mau kesana kalo bukan waktunya ekskul musik dimulai. Gue selalu masuk ke ruangan itu untuk menenangkan diri dan terkadang belajar saat ujian mau berlangsung. Bukan cuma untuk nenangin diri aja sih, gue emang ikut ekskul musik selama dua tahun gue belajar disini.

Dan beberapa hari yang lalu udah diumumin kalo murid-murid kelas 12 harus mengundurkan diri dari ekskulnya karena sudah waktunya fokus belajar.

Gue belum sempat melakukannya karena kesibukkan dirumah dan berita yang bikin gue syok kemarin. Jadi gue ingin mewujudkannya sekarang mumpung hari ini kegiatan ekskul dimulai dengan ketua klub yang baru.

"Masih jauh ya?" tanya Vino di belakang gue yang ternyata dia beneran ngikutin gue dari tadi.

Gue nggak menjawabnya dan terus berjalan tanpa memperdulikannya yang mulai menyusul untuk berjalan berdampingan sama gue hingga akhirnya gue sampai diruangan musik yang sudah ada beberapa orang di dalamnya.

Nggak memerlukan waktu yang lama, karena setelah gue masuk ke dalamnya gue langsung mendatangi ketua klub tersebut dan mengasih tanda tangan gue untuk mengakhiri keanggotaan gue di klub tersebut. Setelahnya gue kembali keluar diikuti Vino yang masih setia berjalan di samping gue.

Selama perjalanan nggak ada satupun yang ngomong antara gue maupun Vino. Karena gue emang nggak mau ngomong sama dia, jadi gue diem aja sampai akhirnya Vino membuka suara dengan kalimat yang membuat gue cukup tertarik.

"Lo mau tau alasan gue nggak mau pindah kelas walaupun kursi yang tersisa cuma ada disamping elo?" ujarnya. Gue nggak menjawabnya tapi gue tetep mendengarkan dan menunggu ucapannya selanjutnya.

"Ada seseorang yang gue sukai dikelas itu. Dan itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa gue pindah kesini." tambahnya dengan nada suara yang memelan begitu juga langkah kakinya yang perlahan berhenti sehingga membuat gue ikut menghentikan langkah gue untuk berbalik menatapnya yang menunduk.

Sebenarnya gue nggak berminat. Tapi karena ngeliat dirinya yang kayak tertekan, gue berjalan menghampirinya dan berdiri tepat di hadapannya. Gue nggak mengatakan apapun untuk membuatnya sedikit tenang, tapi malah dia yang mengucapkan beberapa kalimat yang membuat gue cukup membuka mata gue lebar setelah mendengarnya.

Married An Enemy [TAMAT]Where stories live. Discover now