Chap 3

3.4K 420 12
                                    

●

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Mereka sampai di sebuah taman kecil yang letaknya cukup tersembunyi dari keramaian. Terlihat hanya ada beberapa orang saja yang duduk di sana, terutama anak-anak sekolah. Jeno tidak punya ide lain selain taman itu, karena ia juga tidak tahu banyak tentang rute jalanan yang ada di Seoul, atau mungkin tempat-tempat yang nyaman digunakan untuk mengobrol bersama.

Jeno berlutut di tanah, melihat seberapa parah keadaan kaki Nana yang terkilir, dan kelihatannya agak parah karena Nana meringis kesakitan walau Jeno belum memegangnya.

"Jaena-ssi, boleh aku memeriksanya?" Tanya Jeno hati-hati.

Nana hanya mengangguk sambil mengernyit. Perlahan tangan Jeno memegang pergelangan kaki Nana.
"Ini akan membengkak, apa kau bisa tahan sebentar saat aku memijatnya?"

"Mwo? Me-menijat? T-tapi apa iya kau bisa melakukannya, jika tidak tolong sebaiknya antar aku ke rumah sakit saja---aaakk!" Teriak Nana saat Jeno mulai memijat kakinya. Jeno mengabaikan teriakan gadis itu, ia terus saja memijat kaki Nana sampai teriakan gadis itu berubah jadi tangisan.

"Gubernur aku mohon hentikan, hiks hiks, itu sakit sekali."

Tapi tak lama Jeno melepas kaki Nana. Dengan tenang ia memandangi wajah Nana yang sudah terlihat kacau karena menangis.

"Kakimu akan segera membaik, ini hanya terkilir biasa, tapi kalau tidak segera diatasi akan membengkak."
Setelah menjelaskan hal itu Jeno berdiri, menatap ke sekeliling. Walau taman itu terlihat aman, tapi bisa saja ada wartawan atau siapapun yang memotret mereka lagi.

Sedangkan Nana, gadis itu termenung menatap kakinya yang sakit. Pikirannya berputar di masalah apa yang Jeno lakukan sekarang padanya. Pria itu menggendongnya cukup jauh, memijat kakinya dan sekarang ia tidak pergi setelah melakukan semua itu.

Akan tetapi kalau mengingat lagi ucapan Jeno ketika berbicara dengan ayahnya tadi, Nana jadi kembali kesal. Ia alihkan pandangannya pada Jeno.

"Ke-kenapa kau menolongku? Seharusnya kau biarkan saja aku."

Jeno mengangguk paham. "Baiklah, maafkan aku Jaena-ssi. Lain kali aku tidak akan lancang lagi melakukan semua ini."

Terkejut Nana mendengar Jeno malah meminta maaf padanya.
"K-kenapa kau malah minta maaf, gubernur?"

"Karena kau pasti sedang marah padaku akibat obrolanku dengan ayahmu tadi. Apakah kau menginginkan penjelasanku?"

"Tidak! Sama sekali tidak! Aku tidak peduli. Semuanya sudah cukup jelas. Jadi jangan minta agar aku setuju dengan rencana pernikahan itu." Tegas Nana, wajah cantiknya merengut lucu seperti bocah kecil.

"Baiklah, kau punya hak atas itu. Aku akan telefon taksi untuk mengantarmu pulang."

Kemudian Jeno mengambil ponselnya di saku, mencari kontak layanan taksi di Seoul yang ia miliki informasinya dari Haechan, mengabaikan Nana yang sampai detik ini masih memandanginya.

My Governor (Nomin GS)Onde histórias criam vida. Descubra agora