Bab 4

22 4 1
                                    

Ahhh gemess akutuh. Pengen nyapa kalian dulu yang udah baca sampe sini. Di mana pun kalian berada Love youu so much pokoknyaa. Makasih banyak udah mau baca Novel abal-abal ini. Yukk follow yukk biar makin akrab sama aku. Di follow yah IG sama Fb nya. (@Ayyana_haoren)

****

Happy Reading...

Kalau suruh memilih antara pulang ke rumah Bunda atau balik lagi ke jakarta, mungkin aku akan lebih memilih untuk kembali ke jakarta.

Faktor utama yang membuatku ingin sekali pulang yaitu kehadiran Mas Hanif yang saat ini berada di sampingku. Kalian pasti tau rasanya bertemu mantan pacar atau bahkan mantan suami. Gelisah dan tak itu sudah pasti.

Rasanya itu ingin teriak sekencang-kencangnya dan menghempaskan kegelisahan yang ada.

Sesampainya di rumah, aku sangat berharap sekali Bunda tak ada di rumah. Alasannya cuma satu, kalau sampai Bunda tidak ada di rumah, secara otomatis Mas Hanif akan langsung ke rumah Raina. Dan betapa bahagia dan bersyukurnya aku saat tau ternyata bunda tiada di tempat.

Tapi masalah hidupku tak selesai sampai  di situ. Mas Hanif dengan santainya memilih tetap menunggu di depan rumah agar nantinya bisa pergi bersama-sama  ke rumah Raina.

Sekali lagi aku menghela napas panjang. Dan itu justru membuatku semakin bingung harus berbuat apa.

Satu sisi aku ingin sekali segera masuk ke dalam rumah untuk bersantai tanpa di buru-buru orang lain tentunya.

"Apa kata Bunda, Ca?" tanya Mas Hanif saat melihatku  mengakhiri panggilannya dengan Bunda.

"Bunda baru saja ke rumah Rara, jadi tidak mungkin langsung balik lagi kesini, Mas," jawabku.

"Apa sebaiknya kita langsung ke rumah Rara aja yah, Mas. Biar Mas juga gak harus nunggu di sini." sambungku bingung harus berbuat apa.

"Emangnya kamu gak capek, Ca."
Aku pun menghela napas panjang dengan mimik wajah yang sedikit kelelahan.

"Capek, tapi mau gimana lagi, Mas. Tau sendiri ibu-ibu di sini kalo ngomong itu mulutnya pada pedas. Dulu aja pas Mas Hanif nikahin aku secara mendadak di sangka nikahi orang yang hamil duluan, kan?" Kataku yang membuat mas hanif diam.

Masih sangat jelas dalam bayangan ku. Bagaimana orang-orang komplek membicarakan pernikahan ku dan Mas Hanif yang terkesan mendadak itu. Saat itu aku menjadi bahan gosipan ibu-ibu dan mengatai kalau aku hamil di luar nikah.

Komplek perumahan Cemara, memang terbilang padat, sehingga setiap berita yang ada di tempat ini akan cepat sekali menyebar seperti bangkai.

Seperti halnya pernikahan ku dengan Mas Hanif. Pernikahan kami berdua memang terbilang mendadak. Entah apa yang mendorong Mas Hanif saat itu, sampai ingin menikahi diriku secara tiba-tiba.

Bahkan dirinya saja tidak memberi waktu untuk diriku mengenalnya lebih lama lagi. Jangankan mengenal dirinya luar dalam, memberi ku waktu untuk berfikir saja rasanya tidak sempat.

Aku bingung harus menceritakan kisah ku dari mana dengan Mas Hanif. Karena memang aku dan dia awalnya hanya sekedar teman,  tidak mempunyai status spesial sama sekali.

Kembalikan Cinta Yang Hilang (Terbit)Where stories live. Discover now